Mohon tunggu...
Muhammad Syahrul
Muhammad Syahrul Mohon Tunggu... Insinyur - Millenials generation that will change the world for the better future

Future Enthusiast. Continuous Learner. iDevice Fanboys. Interest in Enterpreneur Things.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Sedang Jenuh Jadi Karyawan? Ini 4 Langkah Mulai Bisnis Sampingan

28 September 2019   16:57 Diperbarui: 28 September 2019   17:11 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karyawan atau Pengusaha? Credit Markharbert.com

Selepas menuntaskan sekolah atau kuliah, hal pertama yang muncul dalam pikiran bagi sebagian besar orang adalah mencari pekerjaan. Salah satu pilihannya adalah bekerja pada perusahaan atau menjadi karyawan. 

Penghasilan tetap, memiliki jaminan kesehatan atau jaminan hari tua adalah segelintir alasan buat kita memilih jadi karyawan. Selain itu, di mata masyarakat, seseorang yang menjadi karyawan di sebuah perusahaan setidaknya telah dianggap mampu untuk hidup mandiri dan menuju mapan. 

Cap masyarakat ini penting, karena menyangkut tahapan hidup kita berikutnya, membangun keluarga.

Akan ada masanya nanti ketika sudah bertemu calon pasangan lalu menghadap calon mertua, yang pertama ditanya biasanya "kamu kerja apa?"

***

Ketika sudah terjun dalam dunia kerja, kita larut pada rutinitas. Hari kerja normal adalah Senin sampai Jumat. 8 jam sehari. Itu normal. Bila dalam kondisi khusus, tak jarang harus lembur hingga malam atau bekerja di akhir pekan. 

Di masa awal, hal seperti ini menyenangkan karena kita bertemu hal-hal baru. Situasi pekerjaan, ilmu, wawasan, hingga rekan-rekan baru. Namun seiring berjalannya waktu, Hal-hal baru tersebut berubah menjadi membosankan, karena ditemui tiap hari, sepanjang waktu. 

Meja kerja, deadline dan berbagai target perusahaan hingga rapat panjang hingga larut malam mengaktifkan syaraf kejenuhan kita. Senin menjadi hari yang menyebalkan. Libur di akhir pekan menjadi semacam kemewahan.

 Istirahat makan siang atau jam pulang adalah hal yang paling ditunggu, selain gajian di akhir bulan. Oh ya, satu lagi, kouta cuti setahun hanya 12 hari.

***

Mimpi semua orang adalah tidak terikat dengan rutinitas pekerjaan menjenuhkan namun juga tak khawatir kurang uang di akhir bulan. Istilah kerennya, bebas waktu dan bebas finansial. 

Paradigma jaman dulu, untuk bebas waktu dan bebas finansial hanyalah milik para orang tua yang sukses bisnis atau pensiunan. Tapi harus diingat, bebas waktu dan bebas finansial kalo fisik sudah tidak mendukung, ya buat apa.

Tapi kini paradigma lama tersebut mulai luntur. Pergeseran paradigma tersebut dipengaruhi oleh makin banyak muncul para pengusaha yang sukses di usia muda. Internet menjadi salah satu pemicunya.

Yang patut kita syukuri, perubahan kondisi kita ada di tangan kita sendiri. Bila kini saya, anda, atau siapapun yang membaca tulisan ini, sedang dalam kondisi lelah jadi karyawan, jenuh dengan rutinitas, dan muncul minat untuk menjadi pengusaha, berikut adalah 4 hal yang bisa mulai anda lakukan sebagai langkah awal menjadi pengusaha.

#1. Buka mata buka telinga, peluang itu berserakan di sekitar kita

Komentar yang paling sering muncul adalah "kalau mau bisnis, enaknya bisnis apa ya?". Sebenarnya, bila anda mampu untuk mengenali diri sendiri dengan lebih baik dan menyadari resource yang dimiliki, pertanyaan semacam itu tidak perlu muncul. Peluang bisnis bisa didapat dari hobi atau kelebihan yang dimiliki. Bila anda mampu menemukan keluhan atau masalah di bidang yang anda hobi atau mahir didalamnya, disanalah peluang itu ada. Monetisasi kemampuan atau knowledge yang dimiliki pun bisa jadi langkah awal memulai bisnis. Tak harus melulu menciptakan produk atau jual barang, kan. 

#2. Mulai dari yang sederhana

Sebagai langkah awal, bisnis dapat dimulai dari yang alurnya sederhana. Sebagai pemula, sebaiknya tidak mengambil komoditas atau bahan jualan yang terlalu kompleks. Ini penting agar kita memahami dasar mekanisme kerja dan mekanisme penghasil profitnya. Kan intinya berbisnis adalah menghasilkan uang, entah itu sederhana atau njlimet. Selain itu, ini juga melatih kita untuk berproses dalam melakukan segala hal dalam menjalankan bisnis, dari pengelolaan keuangan, marketing, hingga pengelolaan komoditas. 

#3. Mulai dari lingkungan yang terdekat

Konsumen yang paling mudah dijangkau tentu saja orang di sekitar kita. Keluarga, rekan kerja, sahabat, atau tetangga. Lingkaran terdekat kita bisa menjadi gerbang untuk membuka jejaring konsumen kita yang lebih luas. Selain itu, karena saat ini sudah ada internet, anda bisa memanfaatkan jejaring pertemanan anda yang ada di Facebook atau Instagram. Namun tentu saja, perlu diingat, produk bisnis anda harus sesuai dengan profil konsumen yang anda tuju, agar pasar yang sesuai dengan produk bisnis anda tepat sasaran.

#4. Buatlah timeline dari rencana bisnis

Dalam memulai langkah untuk berbisnis, timeline sangatlah penting. Hal ini akan menjadi alat untuk mendorong diri anda mencapai target-target tertentu. Kapan harus memiliki omset sekian, kapan nilai omset harus sama dengan penghasilan dari bekerja sebagai karyawan hingga kapan harus resign berbekal dengan penghasilan bisnis yang sudah dimiliki. Sebagian besar orang enggan membuat timeline, memilih mengalir saja karena tidak suka dikejar target. Hal seperti itu kurang tepat karena selamanya bisnis sampingan anda akan tetap menjadi sampingan. Tidak akan ada perubahan berarti dalam hidup anda.

Namun sebenarnya, menjadi karyawan atau menjadi pengusaha yang memiliki bisnis sama baiknya. Semua kembali pada tujuan kita masing-masing. Yang terpenting adalah kita menjalani kehidupan yang memang kita inginkan. Jika memang impian kita menjadi karyawan, jadilah karyawan yang terbaik dengan kontribusi maksimal bagi perusahaan. Dan bila impian kita menjadi pengusaha, jadilah pengusaha sukses yang efektif dan efisien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun