Padahal, untuk bisnis penyedia layanan internet, keluasan infrastruktur seperti tiang dan kabel optik adalah koentji.
Maka untuk berkompetisi dengan pemain lama, PLN sudah punya competitive advantage yang kuat sebagai bekal bertempur.
Selain itu, langkah ini menjadi mitigasi dari resiko rapuhnya model bisnis dengan satu arus pendapatan yang dimiliki PLN saat ini.
Jika ekspansi produk layanan yang dilakukan PLN ini di eksekusi dengan tepat, nilai ekonomi nya akan sangat besar. Semacam jenthikan Thanos yang mengguyur PLN dengan duit dari pintu rejeki yang baru.
***
Apakah semudah itu?tentu tidak. Hehehe
Tantangan PLN adalah kesiapan non infrastruktur, regulasi dan model bisnis baru. Kesiapan non infrastruktur berkaitan dengan kapabilitas sumber daya manusia, kesiapan sistem dan kemampuan adaptasi. Biar bagaimanapun, internet adalah wilayah baru bagi PLN. Kurva pembelajaran tetap dibutuhkan, sehingga tidak serta merta unggul sekedipan mata.
bila diibaratkan komputer, hardware boleh bagus, tapi kalau software ecek-ecek ya tetap tidak ada yang pakai. percuma.
Dari sisi regulasi, PLN tetaplah perusahaan negara. Manuvernya tidak akan selincah perusahaan swasta. Apalagi bila menyangkut uang negara. Padahal untuk merebut market share dari pemain lama perlu insentif, yang artinya bakar duit. BPK kan tidak kenal istilah bakar duit.Â
Tantangan terakhir adalah model bisnis baru. Melihat apa yang ada di telkom, bisnis layanan internet belum menemukan bentuk maksimalnya. Telkom tetap hidup hingga kini bukan karena bisnis indihome, tapi Telkomsel. Karena itu, PLN perlu merumuskan kembali skema penghasil profit yang optimal di bidang ini. Internet of Things dan Smart Home bisa jadi jawaban, tapi kan tetap butuh mikir 7 keliling ya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI