Mohon tunggu...
Syahrul Kurniawan
Syahrul Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah

Penulis pemula dari jurusan sejarah Universitas Negeri Malang, tertarik pada apapun yang memang digemari

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Toxic Community dalam Komunitas Gim Online Indonesia, Bisakah Diperbaiki?

23 Mei 2022   21:55 Diperbarui: 23 Mei 2022   22:00 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Meniti pada masa-masa modern seperti saat ini, adanya komunitas-komunitas sosial menjadi angin segar bagi masyarakat untuk melakukan hobi atau passion yang mungkin masih asing ditengah masyarakat umum, pemain gim prosesional contohnya.

Dengan adanya komunitas-komunitas sudah pasti muncul masalah-masalah yang baru. Salah satunya adalah munculnya toxic community dimana fenomena ini sudah sering muncul diseluruh dunia. 

Toxic community sendiri muncul dari minoritas yang merasa bahwa mereka terancam akibat adanya eksposur yang berlebihan dari lingkungan sekitar mereka. Contoh umumnya adalah tindakan rasial (negaif) pada ras-ras tertentu dikarenakan ada ras lain yang merasa terancam.

Saat ini fenomena toxic community sudah mulai menyerang komunitas-komunitas gim, perilaku yang tidak tahu sopan santun, tindakan berlebihan pada media sosial, bahkan tindakan negatif lain pada dunia nyata. 

Nah, di Indonesia sendiri hal ini sudah mulai merebak di komunitas gim-gim online dimana hal tersebut sangat merugikan bagi pihak-pihak terkait. 

Sebelumnya bagaimana sih kondisi toxic community gim di Indonesia? Kemudian apakah toxic community ini bisa diperbaiki? Juga apakah solusi yang bisa diterapkan untuk memperbaiki masalah ini?

Melihat pada tahun-tahun awal gim online  merebak di Indonesia (sekitar tahun 2013-an) gim menjadi sarana hiburan bagi masyarakat, terutama remaja atau anak-anak yang telah mengenal perangkat gim, seperti playstation, komputer, handphone, atau konsol-konsol gim lain. 

Gim-gim yang ada saat itu kebanyakan bisa dimainkan ditempat persewaan konsol, seperti rental ps, warnet, ataupun tempat sewa lainnya. Sehingga untuk menikmati waktu bermain gim terasa spesial untuk menghabiskan waktu liburan atau sekedar mengistirahatkan pikiran.

Sekitar tahun-tahun tersebut, komunitas gim di Indonesia sendiri terbilang positif karena hubungan antar pemain yang baik. Kontrol orang tua menjadi faktor awal kommunitas yang baik bisa terbentuk. Diatmbah lagi gim-gim online masih asing di Indonesia dan tentunya komunitas yang terbentuk masih sebatas komunitas kecil-kecilan saja.

Masuk ke sekitar tahun 2016-an, gim-gim online semakin banyak bermunculan. Apalagi gim ini sudah masuk pada perangkat smartphone yang sudah banyak dimiliki oleh remaja atau anak-anak. 

Hal ini membuat kepopuleran gim semakin menggila dan remaja atau anak-anak berlomba untuk memainkannya. Indonesia sendiri pada tahun itu sudah masuk dalam kategori pengguna internet terbesar dunia dalam beberapa survei yang ada. 

Tetapi bagaiman untuk komunitas gimnya? Tentunya masih baik-baik saja karena sekali lagi ini merupakan hal baru meskipun sudah sekitar 3 tahun berkembang.

Lanjut masuk sekitar tahun 2019-an, sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa gim-gim sudah semakin banyak dan berkmbang pesat. Tentunya semakin banyak lagi masyarakat yang memainkan gim-gim yang ada. 

Nah kemudian bagaimana kondisi komunitasnya? Sudah mulai dimasuki fenomena toxic community. Kata-kata kasar seringkali terlontar pada kolom percakapan dalam gim, selain itu konten-konten gim dalam media online (seperti youtube) menjadi media lain dalam pengembangan toxic community, juga masih banyak lagi bentuk ketoksikan anggota-anggota komunitas gim di Indonesia.

Masuk pada masa-masa 2021-an, toxic community menjadi semakin parah dan menjadi-jadi. Kasus-kasus terbaru adalah adanya kerusuhan di media sosial dengan tindakan pelaporan terhadap akun-akun yang dianggap merugikan oleh toxic community ini. 

Kemudian parahnya adalah kata-kata kasar menjadi hal biasa dalam bermain gim yang secara tidak langsung mengarah pada kekerasan verbal. Jika ditelisik lagi pernah juga ada kasus pembunuhan gara-gara kalah dalam bermain gim, semakin parah!

Toxic community menjadi masalah bersama yang saat ini telah ditangani oleh pihak-pihak terkait, salah satunya ditangani oleh tim-tim yang bernaung dalam gim-gim online juga oleh pihak-pihak berwajib. 

Dengan itu apakah fenomena toxic community bisa diperbaiki? Semoga saja. Jika hal ini bisa diperbaiki sampai tuntas maka keasikan bermain gim akan kembali seperti sedia kala juga tidak akan mempermalukan lagi nama Indonesia dikancah dunia.

Solusi apa yang bisa diambil? Pertama penulis akan menyebutkan tentang kontrol dari orang tua. Pengawasan ketat sangat-sangat diperbolehkan agar anak tidak terjun dalam fenomena ini. 

Kedua, kontrol usia oleh vendor gim menjadi solusi yang bisa diambil. Pengadaan syarat seperti pemain harus berusia 18 keatas bisa diterapkan. Ketiga, penyediaan pengawas dalam gim yang tegas dan ketat. 

Hal ini sangat dibutuhkan mengingat pemain baik yang berusia 18 tahun kebawah ataupun keatas bisa menyulut adanya fenomena toxic community. 

Terakhir jika fenomena sangat sulit diatasi, bisa diambil tindakan represif seperti penangkapan terhadap provokator setelah adanya bukti-bukti faktual tentunya.

Dengan demikian fenomena toxic community gim merupakan hal yang harus diselesaikan dan butuh perhatian lebih. Toxic community akan semakin parah jika tidak ditangani dengan baik dan tepat. 

Dampak-dampak yang dihasilkan tidak bisa dibilang main-main dan dari dampak kecil bisa saja berkembang menjadi dampak besar yang sangat merugikan. Apakah memang benar-benar harus diperbaiki? Harus, agar komunitas gim menjadi lebih sehat dan tujuan awal bermain gim tercapai kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun