Mohon tunggu...
Syahrul Kurniawan
Syahrul Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah

Penulis pemula dari jurusan sejarah Universitas Negeri Malang, tertarik pada apapun yang memang digemari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keberadaan Borderless Society ditengah Pandemi Covid-19 di Indonesia.

14 Oktober 2021   21:48 Diperbarui: 16 Oktober 2021   13:00 4126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan bermasyarakat baik saat ini ataupun dulu selalu saja memiliki perbedaan yang tampak mencolok. Perbedaan-perbedaan tersebut sebenarnya merupakan suatu pendukung keberagaman yang ada di dunia, khususnya di Indonesia saat ini. Negara yang dikenal dunia luas merupakan negara yang memiliki integrasi masayarakat yang baik. Kehidupan bermasyarakat di Indonesia sendiri nyatanya masih memiliki kekurangan disana sini. Konflik yang sering terjadi merupakan salah satu penanda bahwa perbedaan kehidupan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya diterima.

Kenyataan semacam ini merupakan hal yang sebenarnya biasa ditengah masyarakat, tetapi lebih baik lagi jika perbedaan tidak menjadi pemicu konflik. Batasan-batasan semacan perbedaan suku, ras ,agama sudah sepatutnya menjadi hal biasa, lebih lagi jika bisa menjadi alat untuk menciptakan kedamaian. Apalagi dalam keadaan pandemi Covid-19 saat ini yang menuntut agar perbedaan semacam ini disisihkan dahulu.

Tatanan nyata yang sedang terjadi di tengah masyarakat menjadi suatu pengaruh bahwa perdamaian harus diwujudkan.Salah satunya adalah keberadaan borderless world (lebih dikenal dengan Globalisasi) menjadi salah satu hal pendukung perbedaan yang ada. Borderless world menyajikan kebebasan yang bisa diambil oleh masyarakat ataupun oleh komunitas yang lebih besar lagi, seperti negara. Borderless world sendiri juga menjadi pemicu adanya perkembangan ynag sedang terjadi saat ini, baik dari sisi ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Kebebasan yang ditawarkan sangat mendukung juga adanya suatu tatanan baru yang lebih ramah masyarakat.

Salah satu tatanan tersebut adalah borderless society yang bisa dikatakan globalisasi pada masyarakat, baik pada ranah yang sempit atau lebih luas lagi. Menurut salah satu artikel Borderless Technology Corp (2018) borderless society lebih dari sekedar penghapusan kebutuhan pasport, tetapi merupakan suatu pendistribusian sumber daya yang efektif, efisien, dan terlepas dari kekangan etnis atau kebangsaan. Pengertian semacam ini menandakan bahwa borderless society memang muncul setelah globalisasi berlangsung. Borderless society sendiri merupakan bentuk tatanan dimana masyarakat bebas dalam melakukan apapun. Tatanan ini juga berlaku pada hal negatif ataupun positif, tergantung pengambilan sikap oleh setiap individu yang merupakan faktor terpenting dalam masyarakat.

Borderless society sendiri pada dasarnya tidak sebatas memberikan kebebasan terhadap  individu atau kelompok untuk menentukan apa yang ingin dilakukan. Dalam sisi lain, borderless society juga melunturkan nilai-nilai tradisi yang ada di tengah masyarakat. Dewasa ini, perkembangan industrialisasi juga memengaruhi kebutuhan akan sumber daya manusia juga menurun dan digantikan oleh teknologi yang juga berkembang pesat. Kenyataan ini tidak serta merta membuat apa yang disebut borderless society menjadi jalan keluar dari segala hal. Tetapi suasana pandemi seperti ini, beberapa nilai tradisi dan juga pemenuhan kebutuhan ekonomi, seperti industrialisasi,harus membuka mata dan memberikan kebebasan dalam sisi yang lain.

Pandemi Covid-19 ini juga menjadi ajang dimana borderless society menunjukkan sisi positifnya dibidang manapun. Dalam suasana sekarang, kebutuhan sosial dan ekonomi menjadi hal yang utama. Meski ada aturan yang terkesan membatasi gerak langkah masayarakat, tetapi kegiatan ekonomi mereka juga masih bebas dilaksanakan dengan kenyataan bahwa borderless society membawa perkembangan dalam bidang lain, teknologi. Pengenalan hal baru sangat dibutuhkan kali ini, apalagi dengan perkembangan nyata yang disajikan dengan adanya borderless society. Peran dari segala elemen masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal semacam ini dan hal ini sekali lagi membuktikan bahwa borderless society menyingkirkan perbedaan yang ada ditengah masyarakat, menjadikan masyarakat menjadi majemuk dan memiliki prioritas sama.

Pemenuhan kebutuhan masyarakat saat pandemi harus selalu diutamakan, dalam sisi ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Borderless society menjadi salah satu pembuka jalan kebebasan dalam hal yang lebih positif lagi. Jika terkadang membantu sesama masih mengedepankan tradisi yang beberapa masuk kategori mengandung egoisitas, maka bordeless society membatasinya dengan membebaskan mereka membantu siapapun tanpa memperhatikan tradisi tersebut. Dalam hal ini kemanusiaan menjadi lebih diutamakan dan keselamatan bersama menjadi prioritas utama pula.

Penyikapan yang bijak dari masyarakat menjadikan sisi positif dari borderless society lebih bisa diimplementasikan dengan lebih baik. Masyarakat menjadi lebih visioner akan hal-hal baru dan memutuskan untuk mempraktekkannya melalui hal-hal yang positif, seperti membuka lapangan kerja baru, memberi ruang kepada penyintas atau mantan penyintas Covid-19 untuk bisa terjum kembali ke tengah masyarakat, dan beberapa praktek-praktek lainnya. Jika seluruh hal tersebut bisa dipraktekkan dengan baik, maka pandemi Covid-19 semacam ini bukan menjadi halangan untuk berkembang dan meningkatan solidaritas mereka. Juga, borderless world dan borderless society menjadi ajang untuk melakukan suatu hal yang lebih positif tanpa menganggap bahwa ketiga hal tersebut bukan halangan untuk mereka.

Sumber:

Borderless Technology Corp. 2018.  How a Borderless Society can End Humanity’s Struggle for Food and Shelter. Medium.com (diakses tanggal 13 Oktober 2021).

Abdullah, Irwan. 2006. Dari Bounded System ke Borderless Society: Krisis Metode Antropologi dalam Memahami Masyarakat Masa Kini. Antropologi Indonesia, 30 (2), 185-192.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun