Mohon tunggu...
Moch Syahroni
Moch Syahroni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profil ini merupakan data valid dari pengguna
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Akun untuk laporan KKN Posko 3 Desa Tamanayu, Kec. Pronojiwo, Kab. Lumajang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Urgensi Moderasi Beragama di Dunia Pendidikan

24 Mei 2022   10:29 Diperbarui: 24 Mei 2022   10:37 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Moderasi beragama sejauh ini masih diperbincangkan oleh masyarakat dan berbagai kelompok organisasi, moderasi beragama ini menjadi perjuangan hangat di tengah berbagai  problem sosial politik ekonomi yang terjadi di Indonesia. Kementrian Agama Republik Indonesia semakin bersemangat mensosialisasikan program moderasi beragama di berbagai lini.

Moderasi Bergama mengapa selalu diperbincangkan dan dianggap bahwa itu sangat perlu untuk diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena kita merupakan bangsa yang majemuk, bergai macam perbedaan dalam bangsa ini, berikut merupakan alasan urgensinya moderasi beragama yang dikutip dari buku Moderasi Beragama Terbitan dan Kemenag RI ;

Pertama, salah satu esensi kehadiran agama adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk mulia ciptaan Tuhan, termasuk menjaga untuk tidak menghilangkan nyawanya. Itu mengapa setiap agama selalu membawa misi damai dan keselamatan. Untuk mencapai itu, agama selalu menghadirkan ajaran tentang keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan; agama juga mengajarkan bahwa menjaga nyawa manusia harus menjadi prioritas; menghilangkan satu nyawa sama artinya dengan menghilangkan nyawa keseluruhan umat manusia. Moderasi beragama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Orang yang ekstrem tidak jarang terjebak dalam praktik beragama atas nama Tuhan hanya untuk membela keagungan-Nya saja seraya mengenyampingkan aspek kemanusiaan. Orang beragama dengan cara ini rela merendahkan sesama manusia "atas nama Tuhan", padahal menjaga kemanusiaan itu sendiri adalah bagian dari inti ajaran agama.

Sebagian manusia sering mengeksploitasi ajaran agama untuk memenuhi kepentingan hawa nafsunya, kepentingan hewaninya, dan tidak jarang juga untuk melegitimasi hasrat politiknya. Aksi-aksi eksploitatif atas nama agama ini yang menyebabkan kehidupan beragama menjadi tidak seimbang, cenderung ekstrem dan berlebih-lebihan. Jadi, dalam hal ini, pentingnya moderasi beragama adalah karena ia menjadi cara mengembalikan praktik beragama agar sesuai dengan esensinya, dan agar agama benar-benar berfungsi menjaga harkat dan martabat manusia, tidak sebaliknya.

Kedua, ribuan tahun setelah agama-agama lahir, manusia semakin bertambah dan beragam, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beraneka warna kulit, tersebar di berbagai negeri dan wilayah. Seiring dengan perkembangan dan persebaran umat manusia, agama juga turut berkembang dan tersebar. Karya-karya ulama terdahulu yang ditulis dalam bahasa Arab tidak lagi memadai untuk mewadahi seluruh kompleksitas persoalan kemanusiaan.

Teks-teks agama pun mengalami multitafsir, kebenaran menjadi beranak pinak; sebagian pemeluk agama tidak lagi berpegang teguh pada esensi dan hakikat ajaran agamanya, melainkan bersikap fanatik pada tafsir kebenaran versi yang disukainya, dan terkadang tafsir yang sesuai dengan kepentingan politiknya. Maka, konflik pun tak terelakkan.

Kompleksitas kehidupan manusia dan agama seperti itu terjadi di berbagai belahan dunia, tidak saja di Indonesia dan Asia, melainkan juga di berbagai belahan dunia lainnya. Konteks ini yang menyebabkan pentingnya moderasi beragama, agar peradaban manusia tidak musnah akibat konflik berlatar agama.

Ketiga, khusus dalam konteks Indonesia, moderasi beragama diperlukan sebagai strategi kebudayaan kita dalam

merawat keindonesiaan. Sebagai bangsa yang sangat heterogen, sejak awal para pendiri bangsa sudah berhasil

mewariskan satu bentuk kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang telah nyata berhasil menyatukan semua kelompok agama, etnis, bahasa, dan budaya. Indonesia disepakati bukan negara agama, tapi juga tidak memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari warganya. Nilai-nilai agama dijaga, dipadukan dengan nilai-nilai kearifan dan adat-istiadat lokal, beberapa hukum agama dilembagakan oleh negara, ritual agama dan budaya berjalin berkelindan dengan rukun dan damai.

Itulah sesungguhnya jati diri Indonesia, negeri yang sangat agamis, dengan karakternya yang santun, toleran,

dan mampu berdialog dengan keragaman. Ekstremisme dan radikalisme niscaya akan merusak sendi-sendi keindonesiaan kita, jika dibiarkan tumbuh berkembang. Karenanya, moderasi beragama amat penting dijadikan cara pandang. Selain dari tiga poin besar di atas, dapat juga dijelaskan bahwa moderasi beragama sesungguhnya merupakan kebaikan moral bersama yang relevan tidak saja dengan perilaku individu, melainkan juga dengan komunitas atau lembaga.

Moderasi telah lama menjadi aspek yang menonjol dalam sejarah peradaban dan tradisi semua agama di dunia. Masing-masing agama niscaya memiliki kecenderungan ajaran yang mengacu pada satu titik makna yang sama, yakni bahwa memilih jalan tengah di antara dua kutub ekstrem, dan tidak berlebih-lebihan, merupakan sikap beragama yang paling ideal.

Salah satu upaya Kemenag yaitu dengan masuk di dunia pendidikan karena pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan di masyarakat, dengan pendidikan doktrinasi akan sangat mudah karena esensinya pendidikan merupakan mencari pengetahuan sehingga peserta didik akan lebih mudah menerima doktrinasi, pendidikan mampu bekerja secara efektif dan efisien, maka dari itu perlu membenahi di lini pendidikan karna pendidikanlah yang akan menghasilkan benih-benih terdidik, dan yang paling berpengaruh besar dalam dunia pendidikan adalah guru, guru perlu di sortir dengan baik sehingga tidak terjadi doktrinasi yang salah terhadap peserta didik.

Kemenag mengupayakan agar guru yang mengajar dalam pendidikan manapun agar tersortir dan mendapatkan legitimasi bukan hanya secara administrasi akan tetapi juga secara pemikiran dan karakter seorang guru yang sesuai dengan upaya yang dilakukan Kemenag yaitu Moderasi Beragama, Sebagaimana yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama (Kemenag), M Nur Kholis Setiawan, bahwa PPG jangan hanya sebagai upaya melegitimasi profesi guru saja. Lebih dari itu, PPG harus dijadikan sebagai piranti mengarusutamakan moderasi beragama. PPG harus dilaksanakan serius, sehingga melahirkan guru-guru yang moderat, karena guru akan bersinggungan langsung dengan peserta didik.

Guru merupakan seorang yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan tetapi bukan hanya guru perlu diperbaiki, peserta didikpun perlu diupayakan untuk menerapkan hidup dengan cara moderat melalui organisasi di berbagai lembaga pendidikan, dengan organisasi akan lebih mudah mengontrol siswa dengan berpedoman pada ideologi organisasi itu sendiri, karena siswa lebih banyak bersosial dengan sesama siswa, sehingga lebih mudah untuk mendoktrin hidup secara moderat.

Moderasi beragama sangat perlu diajarkan dan diimplementasikan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang mendamaikan, penuh kasih sayang dan toleran dengan sesama siswa yang berbeda. Guru harus selalu berupaya untuk mendidik siswa agar saling menghargai, mencintai dan menyayangi sesama siswa meskipun terdapat perbedaakan ras, budaya, ataupu agama, mendidik siswa agar memegang teguh prinsip islam rahmatal lil 'alamin.

Degan menerapkan moderasi beragama bukan hanya bermanfaat bagi siswa tetapi juga bermanfaat bagi sekolah, baik itu system, proses belajar mengajar, motode pembelajaran dan lain-lain. System tidak akan berjalan jika siswa tidak mendukung begitupun proses belajar mengajar tidak akan berjalan, contoh akibat siswa terlalu fanatik terhadap agamanya sendiri sehingga tidak mau berteman dengan siwa yang beda agama dan menyebabkan perkelahian sehingga berdampak pada proses belajar mengajar, dan juga metode yang dipakai tidak akan berjalan dengan lancar jika siswa tidak mendukungnya, contoh guru mengajar pembelajaran IPA dan guru menggunakan metode diskusi dan dibentuklah kelompok akan tetapi siswa tidak mau berkelompok dengan siswa yang beda agama sehingga metode yang dibapakai oleh guru tidak bias terlaksana secara maksimal. Dengan moderasi beragama akan lebih mudah sekolah dalam menjalankan system dan kegiatan belajar mengajar dengan maksimal, karena semua system untuk siswa itu sendiri, dan lebih indah jika sesama siswa hidup secara akur dan pehuh kasih sayang mesikipun beda agama.

Moderasi beragama bukanlah hal baru, ini merupakan tradisi turun temurun yang diajarkan oleh nenek moyang kita, mereka hidup berdampingan, saling saying menyayang meskipun beda agama. Maka dari itu sangatlah penting untuk diajarkan kepada anak didik kita, agar menjadi masyarakat Indonesia yang aman damai dan sentosa.

By: Moch. Syahroni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun