Mohon tunggu...
Syahrizal Achmad
Syahrizal Achmad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

- Photoshop CC - Kaskus Geek - Co-Founder Kilas Kriminal - Politics - Law

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Renungan untuk Kita...

1 Februari 2014   23:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:15 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
from cintarindurasul.blogspot.com

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="image from cintarindurasul.blogspot.com"] [/caption]

Ku awali dengan Assalamualaikum wr.wb dan Bismillah

Alam mulai menggeliat. Dalam bulan Januari bisa disaksikan bahwa kehendak Sang Pencipta tehadap alam ini sungguh amat dahsyat. Terjadinya banjir, gempa bumi yang melanda sebagian wilayah Indonesia, dan juga letusan gunung Sinabung, tanah terbelah, tanah longsor, kecelakaan massal menjadi saksi bahwa kekuatan alam tidak ada yang mampu menandinginya kecuali hanya Sang Pencipta.

Adakah kesimpulan atau hikmah yang bisa kita petik dari kejadian-kejadian tersebut? Semua kejadian yang terjadi di muka bumi ini selalu mempunyai pesan terhadap kita yang masih diberikan kesempatan untuk lebih takwa kepada-Nya. Tapi tidak semua manusia bisa menyadarinya, hanya manusia yang mau berpikir dan mau merenunglah yang hanya akan menemukan hikmah/pesan apa yang tersirat dalam sebuah peristiwa. Manusia yang sombong, jauh dari agama, jauh dari kepedulian sosial tentu sukar untuk merasakannya.

Tidak semua bencana yang menimpa kita selalu mempunyai nilai yang negatif. Tetapi jika diamati lebih dekat lagi, bencana juga mempunyai nilai positif. Nilai positif yang pertama adalah kita akan semakin menyadari bahwa kekuasan Tuhan sungguh amat dahsyat, untuk manusia yang sudah menyadarinya maka bencana tersebut menjadi pesan bahwa ia harus lebih mendekatkan diri lagi terhadap Tuhan YME.

Nilai positif yang kedua dan yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari adalah kembalinya budaya ramah tamah, gotong royong,, kepedulian sosial yang mungkin telah lama kita tinggalkan atau mungkin sirna seiring perilaku kita yang tidak sadar telah melukai perasan alam. Dibukanya posko-posko peduli bencana alam, dompet kepedulian, saling bergotong royong untuk membantu orang lain menjadi pertanda bahwa budaya ini dapat bangkit kembali.

Namun pertanyaanya adalah akankah kita akan kembali sirna akan budaya ramah tamah, gotong royong seiring berlalunya bencana yang menimpa saudara-saudara kita?

Masihkah kita mau merusak alam?

Masihkah kita menyekutukan Tuhan YME?

Masihkah kita meragukan kekuatan alam?

Masihkah kita ingin menjadi seorang yang sombong, kikir untuk bersedekah terhadap orang yang lebih membutuhkan?

Mengapa bencana selalu datang di negeri ini? Benarkah ada kaitannya dengan kejahatan penguasa dalam melakukan konspirasi dengan pengusaha  untuk mengeksploitasi kekayaan alam tanpa mengindahkan lingkungan?

Mari kita tanya kepada para penguasa negeri ini, karena mereka yang tahu berapa banyak izin pertambangan yang telah dikeluarkan untuk menggeruk kekayaan alam tanpa mengindahkankelestarian lingkungan.

Alam tak akan marah jikalau kita tak akan pernah mencubitnya. Alam tak akan menggeliat kalau kita mau bersahabat dengannya. Alam tak akan marah kalau kita berbuat baik dan mau menjaga keletariannya. Semoga kedepan semua peristiwa bencana alam, bisa dipetik hikmahnya oleh para penguasa.

Saya teringat kata-kata yang diucapkan oleh seorang ustad ketika sholat Jum'at kemarin, "bencana ini merupakan salahsatu tolak ukur ketakwaan seorang yang beriman terhadap Allah, apakah ia merasa sangat sedih, merasa putus asa, atau tetap merasa bersyukur kepada Allah. Apabila seorang umat merasa bersyukur".

Semua itu kembali kepada diri masing-masing, semoga dengan adanya bencana ini kita semakin menjadi umat-Nya yang lebih bertakwa, yang lebih merasakan nikmat-Nya, yang lebih dapat bersyukur terhadap keadaan ini.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, akhir kata Wassalamualaikum wr.wb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun