Menjelang tahun politik saat ini lagi ramai-ramainya membahas mengenai calon presiden serta wakil presiden. Bukan hanya itu, juga mengenai caleg-caleg (singkatan dari calon legislatif) yang wajahnya berseliweran untuk mencari suara dukungan dari rakyat. Lantas sebagai santri bagaiman cara menyikapinya?,Â
Penulis berusaha memberikan beberapa alternatif yang mana ini mungkin bisa menjadi tambahan wawasan mengenai sikap santri di tahun politik ini. Yang pertama adalah diperkenankan untuk ikut dawuh dari para Kiai, Bu Nyai. Tentunya beliau memiliki pandangan mengenai calon pemimpin yang layak untuk memimpin bangsa ini. Seperti yang dikemukakan oleh Almukarom  Romo KH Marzuqi Mustamar, salah seorang Ulama NU yang juga pimpinan Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Gasek Malang, beliau mengatakan bahwa tentunya para Kiai memiliki hitungannya sendiri ketika mengatakan memilih pasangan calon A, B, atau C.Â
Lantas jika tidak sesuai dengan pendapat Kiai, bagaimana santri menyikapinya?, yakni dengan diam. Diam disini berarti tetap ikuti pilihanmu jika itu berbeda dengan yang di-dawuh-kan oleh Kiai dan jangan sekali-kali untuk mendebat, mengkritik, atau bahkan menyebarkan hoax mengenai salah satu pasangan calon. Tentu saja hal tersebut jika kita lakukan dan didengar oleh Kiai kita, hal tersebut berpotensi menyakiti hati beliau. Dan ketika hal itu terjadi, maka keberkahan dari ilmu kita akan dipertaruhkan. Oleh karenanya, cukup diam saja ketika pilihan kita berbeda dengan Kiai kita. Bukankah tujuan kita mondok di pesantren bukan hanya mencari ilmu, melainkan juga keberkahan ilmu itu sendiri?. Tetap pilih pilihanmu sendiri, namun juga hormati Kiai yang sudah memberikan keilmuannya kepada kita sehingga kita dapat berfikir, beribadah dengan benar, dapat mengenal Tuhan kita Allah SWT.
Mengenai mereka pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakinlah bahwa mereka adalah putra-putra terbaik bangsa. Mereka adalah orang-orang baik yang memiliki cita-cita luar biasa terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, jangan ragu atas pilihan kalian karena pilihan kalian adalah penentu siapa yang paling baik dari mereka yang terbaik yang nantinya akan menjadi nahkoda Republik Indonesia dalam mengarungi hempasan ombak satu periode yang akan datang. Tentunya sebagai generasi santri milenial, golput bukanlah pilihan dan sudah seyogyanya untuk kita tidak golput dengan memilih satu yang paling baik diantra yang terbaik. Siapakah yang paling baik?, Wallahu’alam.
Tentunya tulisan ini memiliki banyak kekurangan karena ini merupakan hasil sempit pemikiran alfakir penulis yang tentunya jauh dari kata sempurna. Semoga tulisan ini memberikan manfaat terhadap pembaca. Semoga kita menjadi santri yang layak untuk memimpin masa depan bangsa. Selamat Hari Santri 2023: Jihad Santri, Jayakan Negeri.
Â
Tulungagung, 22 Oktober 2023
Pujangga yang berusaha untuk menyembuhkan hati, Syahriza Azizan Sayid
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H