Mohon tunggu...
Syahriza Azizan Sayid
Syahriza Azizan Sayid Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia merdeka yang sedang mencari keridhoan-Nya

Alhamdulillah sae

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dengan Cak Edi, Dosen Unik yang Mengajarkan Mengolah Otak dan Hati

10 Mei 2020   04:49 Diperbarui: 10 Mei 2020   13:08 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Cak Edi sedang mengajar di kelas (sumber: doc. pribadi)

Belajar merupakan usaha untuk merubah tingkah laku, dari negatif ke positif, seperti dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan tingkah laku ini diperoleh dari kegiatan belajar

Belajar (menuntut ilmu) juga merupakan kewajiban setiap muslim. Seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah S.A.W "طلب العم فريضة على كل مسلم ومسلمة", yang artinya "menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah". Sebelum belajar kita harus bisa memilih guru agar tidak tersesat saat perjalan belajar.

Guru (termasuk Dosen) adalah orang yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap pendidikan, jasmani dan rohani murid (termasuk mahasiswa) agar murid mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia bisa menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya baik sebagai khalifah fil-ard dan 'abd. Dalam Al-Qur'an surah Al-'alaq ayat 4 dan 5 dijelaskan mengenai definisi guru,الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5) yang artinya "yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya".

Guru sendiri dalam akronim jawa berasal dari kata "digugu lan ditiru"  yang berarti orang yang dipercaya dan dianut. Bukan hanya menjarkan mata pelajaran yang diajarkannya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral, etika, integritas, dan karakter.

Cak Edi Purwanto, dosen unik, asyik dan nyentrik yang  lebih nyaman dipanggil Cak daripada Pak. Beliau adalah dosen berjiwa guru dengan kemasan modern. Beliau adalah dosen mata kuliah Pancasila saya semester 1 dan 2. Beliau selalu mempunyai cara yang unik untuk memberikan pundi-pundi ilmu kepada kami. 

Pertama beliau masuk kelas kami, beliau ngeprank kami dengan menyamar sebagai asdos (asisten dosen). Beliau mengaku sebagai bapak Hadi dan mengatakan bahwa pak Edi sedang bertugas di luar kota. Prank beliau hampir berhasil, namun saya berhasil menggagalkannya. 

Singkat kata awal kita ketemu pada matkul pertama beliau di kelas. Waktu matkul (mata kuliah) beliau berjalan, saya tak sengaja membuat status WhatsApp dan dibalas oleh teman saya yang berbeda kelas, "awas diprank". Saya bingung dengan maksud 'prank' oleh teman saya,"prank apaan?" Jawab saya. "Beliau itu dosen asli yang nyamar jadi asdos". Saya pun mulai sadar dan akhirnya chat saya dengan teman saya yang berbeda kelas itu saya screenshot dan saya kirim ke grup kelas. Sontak teman-teman pada curiga kepada beliau. 

Waktu sesi terakhir pertemuan pertama kuliah, beliau memberikan sesi pertanyaan. Dan pada sesi itu pula saya dan teman-teman bertanya siapakah sebenarnya beliau itu. Beliau masih tetap tidak mau mengaku. Hingga akhirnya beliau mengaku bahwa beliau adalah pak Edi yang sedang menyamar menjadi pak Hadi. Dalam pengakuannya, beliau mengatakan bahwa penyamarannya bertujuan agar dapat mengenal lebih dalam tentang teman-teman di kelas, mengenal sifat teman-teman dan karakter teman-teman. Suatu kebanggaan tersendiri dapat menggagalkan prank dari dosen, hehe.

Sistem pembelajaran yang unik membuat beliau banyak digemari oleh para mahasiswa. Ketika awal masuk semester 2, beliau tidak mengajar sesuai dengan kurikulum, melainkan bertanya kepada kami apakah yang ingin kami pelajari pada semester ini.

Ada yang mau membuat film, ada yang mau menulis buku, ada juga yang mau presentasi dengan tema yang ditentukan oleh mahasiswa sendiri. Suatu hal yang tentunya sangat asyik karena bisa memilih tema pembelajaran sendiri. Dan kebetulan saya memilih presentasi tentang ekonomi pancasila karena saya ingin tahu lebih dalam tentang tema tersebut dan ingin tahu sejauh mana pengimplementasian ekonomi pancasila di negeri tercinta ini.

Tugas-tugas beliau pun juga unik-unik. Beliau menyuruh kami untuk memberi pesan kepada presiden dan wakil presiden terpilih dengan membuat video berupa puisi, lagu, dan lain sebagainya. Tugas itu diunggah di media sosial YouTube, Instagram, dan Twitter dengan mengetag bapak presiden, wakil presiden, dan DPR dengan tujuan memberikan pembelajaran menyuarakan aspirasi. Hingga salah satu teman saya ada yang membuat cover lagu dan ketika diupload di Twitter mendapatkan like lebih dari 30.000 like. Suatu hal yang wow bukan?.

Tugas UTS dan UAS pun tak kalah unik. Beliau pernah memberikan tugas UAS semester 1 kepada kami untuk membuat film pendek dengan tema "anti korupsi". 

Sama seperti tugas pesan untuk presiden, tugas ini juga diunggah ke media sosial YouTube, Instagram, dan Twitter dengan tag dan hastag yang telah ditentukan beliau. Tujuan tugas ini adalah agar tertanam jiwa anti korupsi pada pemuda-pemudi calon penerus bangsa.

Foto saya dan penganut kepercayaan Sapta Dharma dalam rangka wawancara lintas kepercayaan pengerjaan tugas dari Cak Edi (sumber: doc. pribadi penulis)
Foto saya dan penganut kepercayaan Sapta Dharma dalam rangka wawancara lintas kepercayaan pengerjaan tugas dari Cak Edi (sumber: doc. pribadi penulis)
Untuk tugas UTS, Beliau menyuruh kami untuk wawancara lintas kepercayaan dan membuat tulisan dari hasil wawancara tersebut. Tujuan dari tugas ini adalah agar menumnuhkan sifat toleransi dalam jiwa kami dan mengikis sifat ke-fanatik-an yang keterlaluan.

Gambar Cak Edi sedang makan bersama dengan para mahasiswa di depan kelas (sumber: doc. pribadi)
Gambar Cak Edi sedang makan bersama dengan para mahasiswa di depan kelas (sumber: doc. pribadi)
Selain tugas beliau juga memiliki pendekatan yang unik dengan mahasiwanya. Misalnya beliau pernah makan-makan di warung soto qonaah bersama mahasiwanya. Beliau juga makan dengan duduk dibawah dengan para mahasiswa. 

Betapa sangat tinggi sifat sosial beliau sehingga jarak antara dosen dan mahasiswa yang seolah-olah tersekat, jika dengan beliau maka sekat itu akan hilang.

Gambar Cak Edi sedang mengajar dengan penampilan kesederhanaan beliau (sumber: doc. pribadi penulis)
Gambar Cak Edi sedang mengajar dengan penampilan kesederhanaan beliau (sumber: doc. pribadi penulis)
Beliau juga pernah masuk kelas dengan keadaan masih memakai sarung dan sendal. Ini menunjukkan kesederhanaannya kepada kami. Beliau selalu tahu cara membuat perkuliahan menjadi seru dan asyik. Dijamin tidak akan tidur kalau diajar beliau.

Dia akhir pertemuan beliau juga mengadakan forum bebas. Di forum itu kita bisa menampilkan penampilan pertemuan terakhir dengan beliau. Bisa berupa lagu, pidato, puisi, dan lain sebagainya. 

Gambar Cak Edi sedang membaca puisi (sumber: doc. pribadi penulis)
Gambar Cak Edi sedang membaca puisi (sumber: doc. pribadi penulis)

Foto bersama kelas D-Manajemen'19 dengan Cak Edi pada acara forum bebas diakhir semester 1 (sumber: doc. kelas dawe, D-Manajemen'19)
Foto bersama kelas D-Manajemen'19 dengan Cak Edi pada acara forum bebas diakhir semester 1 (sumber: doc. kelas dawe, D-Manajemen'19)
Pada awal forum bebas beliau berjanji akan membacakan puisi jika salah satu dari kami ada yang membaca puisi. Tanpa persiapan, saya pun memberikan diri untuk membacakan puisi "membaca tanda-tanda" karya Taufiq Ismail. 

Dan dibalas beliau dengan salah satu puisi dari presiden jancukers, Sujiwo Tejo. Dan diakhir pembacaannya, beliau mengakatan bahwa suatu saat beliau akan mengajak saya duet berpuisi.

Masih sangat banyak hal-hal unik yang telah beliau lakukan saat masa perkuliahan. 

Bagi beliau nilai hanyalah sebatas angka. Bagi beliau kualitas pahaman ilmu dan kematangan moral lebih penting daripada hanya angka kuantitas semata.

Cak Edi, dosen yang sangat inspiratif dan unik pastinya. Banyak hal yang saya dapatkan dari beliau salah satunya adalah belajar memanusiakan manusia, mengasah otak dengan tanpa meninggalkan hati. 

Bersyukur saya pernah bertemu beliau. Meski tidak lagi bermuajhah, semoga hati antara murid dan guru selalu nyambung. Karena sambungnya hati murid dan guru adalah tujuan kami belajar.

Gambar keceriaan beliau dengan para mahasiswa (sumber: doc. pribadi penulis)
Gambar keceriaan beliau dengan para mahasiswa (sumber: doc. pribadi penulis)
Ridhoi ilmu kami Cak Edi. Semoga selalu diberi kesehatan. Panjang umur pejuang kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun