Kerusakan alam di Indonesia semakin hari bertambah memprihatinkan. Bukannya hanya daratan, seperti hutan yang habis di bakar dan di gunduli. Habitat air juga ikut rusak ulah perbuatan tangan-tangan manusia. Mulai dari air tawar hingga laut. Akhir-akhir ini pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, mulai dari reboisasi hutan, gunung dan pantai, perbaikan pada habitat bawah laut, seperti pelestarian terumbukarang, pembatasan jenis ikan yang boleh ditangkap dan besar kecilnya ikan dan rumput laut. Banyak lagi usaha yang sudah dan sedang diusahakan pemerintah untuk melestarikan alam Indonesia. Namun, tak kurang juga manusia yang masih suka merusak alam, bahkan bukan Cuma masyarakat kecil. Pejabat pun tak luput dari kongkalikong dalam merampok kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan pribadinya.
Baru-baru ini di provinsi Riau, terjadi bencana hebat yang baru pertama kali terjadi di Indonesia, yaitu kebakaran hutan yang cukup dahsyat, mengakibatkan wilayah sekitarnya, seperti Sumatera Barat, Batam, Jambi, bahkan sampai ke singapura dan Malaysia tergangu asap tebal akibat kebakaran tersebut. Semua jalur penerbangan menuju Pekanbaru di hentikan, rakyat pun mengalami kerurian terutama pengusaha-pengusaha hotel yang sepi pengunjung dan tidak sedikit masyarakat yang menderita gangguan pernapasan, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan banyak lagi kerugian yang di derita masyarakat.
Jika kerusakan ala mini dibiarkan terjadi berkepanjangan, tentu akan merugikan bangsa Indonesia sendiri. Sumber daya alam akan habis, lalu dari mana lagi kita memenuhi kebutuhan hidup yag terus meningkat. Bukankah selama ini kita menjadi bangsa yang konsumtif, lahan kita subur tapi masih impor beras dari Thailand. Potensi peternakan kita besar, tapi masih impor daging dari Australia. Jika alam kita rusak, apa lagi yang akan kita beli dari negara lain?
Untuk itu perlu ditumbuhkan kesadaran pada setiap lapisan masyarakat agar mau menjaga dan melestarikan alam warisan nenek moyang kita ini, menjaga dan melestarikan alam sebagai ungkapan syukur pada Allah Swt. Banyak cara yang bisa kita lakukan, mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, kemudian bangsa ini kita ajak untuk sadar akan menjaga dan melestarikan lingkungan.
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Jabal Nur adalah salah satu sekolah yang sadar akan menjaga dan melestarikan lingkungan. Sebagai partisipasi aktif untuk melestarikan alam sekitar, SDIT Jabal Nur mengajak seluruh siswanya untuk menebar ikan di sungai Bedog yang letaknya tak jauh dari sekolah. Sungai Bedog adalah salah satu sungai yang cukup besar di Prov. DI Yogyakarta. Sungai ini melintasi Sleman, trus ke selatan sampai ke Bantul.
Acara menebar ikan (restoring ikan) di sungai bedog diadakan pada tanggal 31 Maret 2014, acara di mulai sejak jam 8 pagi hingga jam 10 pagi. Sebanyak 200 ekor ikan nila dilepaskan, selesai acara para siswa diajak untuk menikmati main air di sungai. Semua siswa antusias ikut acara ini, semuanya senang, apalagi di damping guru-gurunya yang ramah dan penyayang.
Acara tersebut diadakan dengan tujuan menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan pada siswa. siswa diajak untuk perhatian (care) dengan ligkungannya. Mengajak siswa untuk menjaga dan melestarikan lingkungannya, walaupun itu berupa hal yang kecil kalau dilakukan terus menerus akan menjadia suatu hal yang besar dan berguna bagi orang banyak.
Disepanjang sungai Bedog yang mengalir di sepanjang kampong Gamping Lor, Ambarketawang, Sleman, Yogyakarta ini sudah terlihat adanya kesadaran warga untuk menjaga sungai. Hal itu bisa dilihat dari himbauan-himbauan berupa tulisan kepada warga untuk tidak merusak habitat sungai, baik itu dengan menebang pohon disepanjang sungai, menyetrum ikan, meracuni ikan, dan sebagainya bisa di lihat di sepanjang sungai.
Sebetulnya sungai ini memberikan manfaat besar bagi warga sekitar, terutama untuk mengairi pertanian dan peternakan ikan warga disepanjang sungai. Karena banyak warga yang memanfaatkan aliran sungai ini untuk beternak ikan di kolam-kolam ikan belakang rumah maupun di sawah-sawah mereka.
Maka penting sekali menanamkan cinta lingkungan pada anak-anak sejak dini, agar mereka perhatian pada lingkungannya dan ikut menjaga serta melestarikan lingungan. Hal ini tentu juga berdampak pada beban pemerintah semakin ringan, jika kesadaran yang tinggi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungannya. Maka pemerintah perlu menyediakan akses dengan berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk melestarikan lingkungannya, dengan menyediakan bibit ikat gratis misalnya, bibit pohon gratis, dan sebagainya. Sehingga masyarakat atau lemabaga tertentu yang ingin mengadakan acara seperti ini lebih mudah dan terdorong untuk sadar lingkungan.