Mohon tunggu...
Syahril Arsyad
Syahril Arsyad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Opini atau Artikel

Mahasiswa Sosiologi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Komunikasi pada Hubungan Jarak Jauh Anak dan Orangtua

21 Juli 2022   22:09 Diperbarui: 21 Juli 2022   22:14 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan zaman yang terus berkembang akan mempengaruhi setiap keluarga untuk membentuk keluarga menjadi individu yang cerdas. Karena itu, banyak orang tua yang ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. 

Para orang tua juga rela terpisah jauh dengan anak mereka demi masa depan dan cita-cita yang akan dicapai anak yang mereka cintai. Hal ini karena menurut orang tua banyak sekolah dan universitas yang memiliki kualitas yang baik di luar kota dari tempat tinggal mereka. 

Sehingga para orang tua tetap memberikan motivasi agar anaknya mendapat pendidikan yang terbaik walau harus tinggal terpisah dengan orang tua.

Pola komunikasi merupakan bentuk atau hubungan antara dua atau lebih dalam proses penyampaian atau penerimaan pesan. Komunikasi merupakan aktivitas dasar yang dilakukan manusia. 

Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi. Komunikasi yang dilakukan anak dengan orang tua pada hubungan yang berdekatan bisa berjalan lancar karena komunikasi dilakukan setiap hari. 

Berbeda jika komunikasi yang dilakukan anak dengan orang tua adanya hubungan jarak jauh, intesitas komunikasi yang dilakukan anak terhadap orang tua menjadi jarang. 

Dengan adanya perbedaan jarak dan waktu komunikasi anak terhadap orang tua tidak lagi secara tatap muka langsung melainkan dengan menggunakan media sebagai penghubung komunikasi anak dan orang tua.

Hubungan jarak jauh antara anak dengan orang tua diharapkan adanya komunikasi yang efektif agar hubungan berjalan dengan baik. Tetapi pada kenyataanya komunikasi yang terjadi tidak berjalan baik. Karena kurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua. 

Tentunya dengan adanya hal-hal tersebut orang tua sangat berperan penting dengan psikologis anak saat berjauhan dengan orang tuanya yang mana hal tersebut harus diimbangi dengan komunikasi yang rutin. Komunikasi yang baik biasanya ditandai dengan intensitas percakapan yang baik seperti misalnya komunikasi terjalin setiap hari atau bahkan sehari bisa beberapa kali berkomunikasi. 

Dan komunikasi yang tidak baik adalah sebaliknya seperti misalnya seminggu hanya sekali, dua minggu hanya sekali, atau bahkan sebulan hanya satu kali saja.

Pada hubungan jarak jauh antara anak dengan orang tua memiliki sebuah pola dalam berkomunikasi, yang mana pola dalam komunikasi ini nantinya akan menentukan bagaimana anak dan orang tua dapat menjaga hubungan tersebut. 

Pola komunikasi pada hubungan jarak jauh antara anak dengan orang tua, merupakan suatu hubungan jarak jauh yang terjadi antara anak dengan orang tua, yang mana dalam hubungan jarak jauh ini komunikasi yang tadinya bertatap muka menjadi komunikasi melalui sosial media seperti whatsapp, atau pun telepon dan komunikasi yang terjalin tentunya berbeda dengan hubungan batin antara anak dengan orang tua yang tinggal satu atap. 

Dengan adanya hal ini tentunya terdapat beberapa pola komunikasi orang tua dan anak yang diterapkan di anak rantau, yaitu pola komunikasi membebaskan (Permissive), yang mana pola komunikasi ini membebas kan seorang anak dalam melakukan segala hal, dan orang tua memberi kebebasan tersebut, lalu dalam pola komunikasi membebaskan ini seorang anak dibebaskan dalam mengambil keputusan, llalu yang kedua yaitu pola komunikasi otoriter (Authoritarian) yang mana dalam pola komunikasi ini orang tua memegang kontrol penuh, sehingga pendapat anak terkadang tidak didengarkan, yang mana hal ini biasanya terjadi akibat dari latar belakang orang tuanya, ada orang tua yang sadar akan hal itu akan tetapi orang tua lebih ke mengabaikan sehingga komunikasi tidak terjalin secara 2 arah, lalu yang terakhir yaitu pola komunikasi demokratis (Authoritative) yang mana dalam pola komunikasi ini adalah pola komunikasi yang menjembatani kedua pola komunikasi yang sebelumnya yang mana dalam pola komunikasi ini orang tua dan anak memiliki sikap yang terbuka, lalu komunikasi yang terjadi bersifat 2 arah akan tetapi dalam pola komunikasi ini tetap ada kemungkinan untuk adanya kesalah pahaman karena orang tua tidak dapat memantau anak secara langsung, akan tetapi pola komunikasi ini akan berjalan dengan sempurna jika anak dan orang tua saling terbuka.

Study Kinship & Sosiologi Keluarga

Penyusun,

Syahril Arsyad, Mahasiswa Sosiologi FISIP

Universitas Muhammadiyah Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun