Mohon tunggu...
Syahril Batubara
Syahril Batubara Mohon Tunggu... -

pujian dan sanjungan adalah racun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kompasiana dan Improvisasi

19 Oktober 2010   18:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:17 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya ingat dahulu saya sangat rajin menulis. Mau tahu tulisan saya? ya anda benar surat sakit, jika anda salah mungkin anda termasuk orang yang suka bolos tanpa permisi.. Satu lagi tulisan yang pernah saya buat adalah skripsi-yang oleh karenanya saya harus bergerilya termasuk mengumpulkan handai tolan dan sanak famili- demi obsesi sekaligus eksistensi seorang calon sarjana administrasi negara. Tak ada yang istimewa dari kedua tulisan  tersebut oleh karena dia 'wajib hukumnya" mengikuti adat kebiasaan atau patron yang sudah ada sebelumnya. Misalnya untuk surat permisi " [caption id="attachment_295693" align="alignleft" width="264" caption="ilustrasi Menulis"][/caption] kepada Yth,Bapak/ibu guru di tempat. Saya yang bernama bla....bla... tidak dapat masuk karena sakit atau ada urusan keluarga (kalo bolos) demikianlah bla...bla....sekian terimakasih. Diketahui Wali murid. Tidak ada improvisasi disitu (ditabukan) misalnya: Hai..bu Desi yang imut hari saya ga bisa masuk karena agak males gitu, boleh ya..sayakan termasuk siswa yang jarang absen. terimakasih ibu Desi yang  bijaksana, saya janji deh ga akan males-males lagi. Sebagai tanda terimakasih, saya selipkan coklan dalam amplop. salam muridmu yang setia. Demikian juga dengan skripsi, tips  nya : jangan berani-berani berimprovisasi, atau anda akan menggali lubang sendiri saat sidang skripsi ! Sebuah peringatan yang wajib di camkan !. Maka semua datar dan landai saja tidak ada bahasa, kutipan apalagi judul yang bombastis, karena kuncinya semakin datar akan semakin cepat sidangnya, lain soal jika sedikit aneh maka akan memicu adrenalin panelis untuk mengkuliti korban hingga batuk-batuk sampai keringat dingin. Maka jangan salah begitu keluar ruangan panelis akan mendapat lucky draw sebagai peserta terbetah diruang sidang, dan itu tercatan hingga tamat (menyedihkan). Setelah masuk didunia Kompasiana saya merasakan warna baru dalam berimajinasi. Selalu ada dorongan untuk mengekspresikan buah pikiran dalam tulisan, tak perduli penting atau hanya hal yang remeh temeh, tidak ada batasan sistematika, patron, kebiasaan kecuali rasa tanggung jawab apakah tulisan ini akan menyinggung sensitifitas SARA. Selebihnya Hajar son.... Hasilnya ? sungguh pembelajaran yang luar biasa, ternyata semua orang memiliki potensi yang sama (menurut hemat saya) dalam memvisualisasikan buah pikirannya. Mengapa begitu mudah perubahannya ? Menurut saya karena PERSEPSI. Tulisan pertama dan kedua membuat sipenulis terpenjara karena persepsi kewajiban. Sementara menulis di Kompasiana atau Blok manapun seakan mengalir seperti air karena persepsi kebutuhan untuk berbagi. Bagaimana dengan anda ?.........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun