Maka itu, saya menyimpulkan bahwa ini adalah benteng, loh ko benteng ? mana ada benteng bentuk bangunan sepeti itu ? walaupun memang ada benteng yang dijadikan museum, setidaknya ada bagian yang berfungsi untuk mengintai dan bertahan atau ada sisa-sisa senjata yang tertinggal dari bangunan tersebut.
Benteng yang dimasud disini adalah benteng bukan dalam bentuk fisik atau bangunan seperti biasanya. Benteng yang saya maksud adalah benteng pertahanan untuk lintas generasi.
Ketua Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali pernah mengatakan "Untuk menghancurkan sebuah bangsa cukup hancurkan ingatan anak muda dari sejarah bangsanya". Dalam hal ini saya setuju, mengingat sebuah pepatah populer Indonesia "tak kenal maka tak sayang". Jika kita tidak mengenal bangsa kita, kita tidak paham bagaimana perbatasan negara kita, bagaimana peranan bangsa kita dalam dunia internasional, dan bagaimana cita-cita bangsa kita yang sudah dititipkan bapak-bapak pendiri bangsa serta lainnya. Suatu saat sebagian wilayah kita disalahgunakan, direbut, bahkan kekayaan dicuri. Kita diam merasa bukan urusan kita, merasa tidak-tidak apa-apa yang penting ini itu tidak merugikan diri kita sebagai rakyat, Suatu saat kebudayaan bangsa kita dipertontonkan bangsa lain sebagai kebudayaan miliknya baru kita juga mempeributkan bahwa itu milik kita yang diakui. Atau lebih parahnya, cita-cita bangsa yang terpatri suci dalam pembukaan UUD 1945 sedikit dibelokkan kita bisu saja seolah tak paham yang seharusnya dilindungi itu segenap bangsa Indonesia, bukan segelintir bangsa asing, yang dicerdaskan itu kehidupan bangsa bukan diperdaya untuk kepentingan golongan semata, turut menciptakan perdamaian dunia yang seharusnya juga di negara sendiri harus diutamakan.
Itulah sedikit gambaran jika kita tidak mengenali negara kita dengan baik, bagaimana sebuah negara dapat dihancurkan dengan mudah hanya dengan menghancurkan ingatan anak muda dari sejarah bangsanya. Nah seperti yang saya katakan mengunjungi museum Diorama Purwakarta menjadi salah satu cara mengasikan kita belajar sejarah lintas generasi. Mengedepankan kearifan lokal yang dipadukan pada kemajuan teknologi bangsa berasa kita berada dalam lorong waktu. Kita melihat masa lampau dalam balutan teknologi zaman sekarang. Pada intinya mengunjungi museum ini akan membekaskan pengalaman yang istimewa.
Satu kalimat yang berhasil saya curi dari museum Diorama Purwakarta dan saya bawa pulang bersama kenangan adalah arti dari nama Purwakarta. Hayo apakah pembaca sudah tahu arti dari nama Purwakarta ? Dan bagaimana sejarah keputusan daerah terkenal istimewa ini diberi nama Purwakarta ? Jika sudah tahu boleh berikan jawaban komentar di bawah ini dan terima kasih telah mengenal kebudayaan bangsa kita sendiri. Jika kita belajar sejarah secara nasional dirasa berat minimal kita kenal sejarah tempat dan budaya lokal sambil perlahan kita kenali budaya bangsa lainnya. Mari kita bersama menjaga keindahan bangsa kita dalam rangka menjaga persatuan bangsa dalam balutan Bhinneka Tunggal Ika.
Selamat Hari Kartini, dan salam literasi
#FestivalLiterasiPurwakarta #KBandung #FestivalLiterasi #KompasianerPurwakarta #PurwakartaIstimewa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H