Mohon tunggu...
Syahrijal
Syahrijal Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

Full time blogger

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menuju Puncak

16 Januari 2020   15:11 Diperbarui: 16 Januari 2020   15:19 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menikmati deru 'tut...tut...tut' kereta, kemudian aku teringat akan sebuah cerita. Cerita yang selama ini ada di otak dan belum sempat kutuliskan. Tentang puncak dan kekasih. 

Sepasang kekasih telah berjanji ingin mendaki sebuah gunung tinggi hingga puncaknya, berdua. Mereka hanya ingin mendaki berdua.

Menempel di badan mereka baju couple berwarna hitam. Dua-duanya di cetak sama, hanya saja ukuranya berbeda.

Di pos awal pendakian mereka saling bertukar canda, tawa. Mereka bahagia, berdua.

Memasuki jalan setapak, sang pria bertanya,
"Kamu capai sayang?"
"Tidak, aku masih kuat," jawab wanitanya

Sampai di sebuah danau indah, sang pria mendirikan tenda sedang wanitanya mengambil air untuk di minum.

"Hai!" ucap pria ber-flanel merah dari belakang.
"Hai!, kau ingin menuju puncak juga?" sang wanita menoleh, padahal tak menggenalnya.
"Iya, mari ikutlah denganku agar kau lebih cepat menuju puncak," iming pria ber-flanel merah.

Tenda sudah berdiri dengan rapi, pria berkaos hitam itu merapatkan pasak-pasak tenda, "Agar lebih kuat," pikirnya.., "seperti rasaku padanya yang menghujam begitu kuat."

Ia baru menyadari, wanitanya tak ada sedari tadi, mustinya menggambil air hanya urusan sebentar. Mengisi botol lalu menutupnya kembali setelah air penuh terisi.

Sepatu pendakian murahan miliknya menyusuri sekitar danau, tapi tetap saja, wanitanya tak ada.

Was-was. Ia berlari meminta bantuan, "Barangkali ada yang ingin membantu," pikirnya

Di tengah savana ia berpapasan dengan pria ber-flanel merah.
"Mas, liat wanita berkaos hitam seperti ini tidak?" sambil menunjuk kaos yang ia kenakan.
"Lihat, ia bersamaku. Ia ingin berjalan menuju puncak bersamaku."
"Oh, yasudah. Jaga dia baik-baik ya mas," ucapnya sambil tersenyum.

Lantas, hanya dengan kaos hitamnya ia melawan dinginya angin, menuju puncak. Sendiri.
Berlari, terus berlari. Tubuh pucat dengan sehelai kaos itu sampai pada puncak yang dinanti.

Disana ia kembali bertemu dengan wanitanya, oh.., bukan. Mantan wanitanya.

Wanitanya sudah tak lagi menggenakan kaos hitam pemberianya, "Baiklah, bila ini pilihanmu tak apa, aku tak keberatan."

Puncak harus tetap digapai dengan cara (baik) apapun, termasuk bila ditinggalkan begitu saja. Semoga kisah puncak ini membuat kalian terus semangat mewujudkan cita meskipun banyak keluh dan halangan :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun