Mohon tunggu...
Syahrian
Syahrian Mohon Tunggu... Penulis - selenophile, aquarius, aktivis

Aku ingin seperti tikus, jadi peng-erat selamanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hidup dalam Kata

16 November 2024   23:03 Diperbarui: 17 November 2024   02:04 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia seakan berhenti berputar. Aku memandangnya, mencari tanda-tanda bahwa ini hanya lelucon buruk, tapi ekspresinya terlalu serius.

"Menikah? Dengan siapa? Kapan?" tanyaku dengan suara yang lebih tinggi dari yang kuinginkan.

"David," katanya pelan, hampir seperti bisikan. "Kami menikah dua bulan yang lalu."

Aku merasa marah, bingung, dan hancur sekaligus. "Lalu kenapa kau datang ke sini? Kenapa kau masih bicara tentang kesempatan?"

Dia menunduk, air mata mulai mengalir di pipinya. "Karena aku ingin kau tahu, Robby. Aku tidak pernah berhenti mencintaimu. Tapi aku tak punya pilihan lain."

Aku tertawa pahit. "Tidak punya pilihan? Apa maksudmu, Rani?"

Dia menghela napas panjang, seakan menanggung beban yang terlalu berat. "Kita berbeda, Robby. Beda keyakinan. Aku mencoba melawan, mencoba percaya bahwa cinta kita cukup untuk mengatasi semua itu. Tapi keluargaku... mereka tidak akan pernah menerima kita. Dan aku tidak bisa melawan mereka. Aku harus memilih jalan yang menurut mereka benar."

Aku terdiam, kata-katanya seperti menghujam hatiku.

"David... dia seagama denganku," lanjutnya. "Dia adalah pilihan yang tepat di mata mereka. Aku tidak pernah mencintainya seperti aku mencintaimu, tapi aku harus menerimanya."

Aku merasa hampa. "Jadi semua ini... semua yang kita punya, hanya berakhir karena itu?"

Dia menatapku dengan mata penuh penyesalan. "Aku tahu ini tidak adil. Tidak untukmu, dan mungkin juga tidak untukku. Tapi aku tak punya kekuatan untuk melawan dunia, Robby."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun