Mohon tunggu...
Syahrida Amalia
Syahrida Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Lambung Mangkurat

Saya Syahrida Amalia mahasiswi dari Universitas Lambung Mangkurat jurusan Ekonomi & Studi Pembangunan. Dari kompasiana ini saya dapat belajar mengenai banyak hal yang berhubungan dengan jurusan yang saya pelajari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lahan Menjadi Kendala dalam Keberhasilan Food Estate di Kalimantan Tengah

18 Juni 2024   14:00 Diperbarui: 18 Juni 2024   14:05 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui program Food Estate ini menjadi rencana dalam mengatasi krisis pangan yang terjadi di Indonesia pada saat pandemi Covid- 19. Program pengembangan food estate dimulai sejak tahun 2020 dan akan terus berkembang hingga 2024 pada wilayah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Nusa Tenggara Timur.

Namun Kalimantan Tengah memiliki kendala dalam pengembangan lumbung pangan ini, dikarenakan tanah yang menjadi wilayah untuk pertanian dan perkebunan adalah 60% tanah gambut. Tanah gambut mengandung kadar asam gasam yang dapat menghambat perkembangan pertanian. 

Hal ini tidak menjadi penghabat pemerintah dalam program food estate yang telah direncanakan. Dengan memahami karakteristik tanah gambut yang berbeda dengan tanah mineral. Penggunaan irigasi dapat membantu menyalurkan air untuk menjaga kelembapan tanah dan pemilihan pangan yang cocok dialokasikan sesuai dengan tanah gambut. Rencana pangan food estate Kalimantan Tengah akan berfokus pada jagung, padi, singkong dan tanaman hortikultura seperti buah- buahan dan sayur- sayuran.

Mentan Amran Sulaiman meninjau lahan food estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Senin (11/12/2023).  (ANTARA/HO-Kementan) 
Mentan Amran Sulaiman meninjau lahan food estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Senin (11/12/2023).  (ANTARA/HO-Kementan) 

Keberhasilan program Food Estate di Kalimantan Tengah, wilayah Gunung Mas pada musim panen Jagung dan akan disusul panen Singkong, di kritik bahwa kualitas jagung yang dihasilkan tidak layak untuk dikonsumsi karena kering. Sedangkan singkong belum panen walaupun sudah masuk musim panen singkong. Hal ini harus menjadi evaluasi pemerintah dalam menghadapi tantangan dalam pemilihan lokasi di tanah gambut yang perlu di optimalkan dan harus memastikan program ini berhasil seperti yang sudah direncanakan.

Adanya evaluasi yang dilakukan pemerintah berusaha memaksimalkan dengan perbaikan infrastruktur dengan membuat sistem irigasi yang relavan. Tidak hanya itu pemerintah juga melibatkan masyarakat sekitar dalam proses pertanian agar menghasilkan pangan yang lebih baik. 

Dan tercatat saat ini bahwa panen jagung Food Estate di Gunung Mas , Kalimantan Tengah menghasilkan 25 ton. Panen padi yang dihasilkan rata rata mendapatkan 4-6 ton per Ha, menurut Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalteng Syamsuddin.

Namun singkong tetap gagal panen di tanah gambut seluas 600 ha yang menyebabkan kerugian triliunan dan kerusakan lingkungan. Masyarakat sekitar sudah memperingatkan bahwa singkong mustahil tumbuh di tanah yang karakteristik pasir, jika ingin tumbuh pun tanahnya harus diolah agar subur. 

Banyak masyarakat sekitar kesal karena sebagian hutan Gunung Mas gundul. Karena dulunya hutan tersebut menjadi tempat masyarakat sekitar dalam mengambil kayu untuk membangun rumah dan kebutuhan mereka. 

(Foto: Green Peace).
(Foto: Green Peace).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun