Mohon tunggu...
Syahrian Alvi Utama
Syahrian Alvi Utama Mohon Tunggu... -

..............

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Story of Legend

19 Juni 2013   19:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:44 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita ini Merupaka Original dari Pikiran saya.
Segala Kemiripan Nama adalah sebuah kebetulan.
Karena ini adalah fiksi

Aku hanya lah pemuda biasa. aku adalah seorang Manusia, yang bisa merasakan segala emosi. Amarah,sedih,penderitaan dan cinta. Aku memiliki hidup yang mencukupi, walaupun aku tidak bisa mengingat masa lalu dan orang tua kandung ku akibat kecelakaan mobil yang ku alami saat umur 5 tahun.

Aku di tempatkan di panti asuhan karena pihak rumah sakit tidak memiliki info tentang kerabat ku. Di sana aku bertemu dengan teman-teman sebaya dan yang lebih tua dari pada ku. Di sana aku belajar untuk hidup dengan di bombing pengajar panti.

Namun sekali lagi seperti nya Tuhan memberi ujian pada diri ku yang masih berumur 7 tahun, Panti Asuhan yang ku tempati sudah di ambang kebangkrutan. Itu semua berkat seorang pegawai yang berhasil membawa kabur seluruh uang yang di miliki panti.

Wanita pemilik panti yang sudah kuanggap seperti ibu kandung ku sendiri sama sekali tidak bisa berkata apa-apa, dengan mata nya yang sudah sedikit rabun ia menatap kami dengan sedih. Air mata jernih mulai mengalir dari kedua bola mata nya, mengalir di wajah nya yang sudah mulai keriput.

Kami para anak-anak panti yang tidak mengetahui apa pun hanya menatap kebingungan, walaupun begitu kami memeluk Ibu Panti kami dengan memohon agar diri nya tidak menangis lagi. Sedangkan beberapa kakak kami yang sudah remaja dan mengerti apa yang terjadi pun juga menangis.

Lagi pula siapa yang mau di pisahkan dari keluarga yang sudah sangat kita cintai ?

Perlahan demi perlahan satu persatu anak panti mulai di adopsi oleh beberapa keluarga. Sedangkan yang sudah remaja di beri pilihan untuk di beri uang oleh pemerintah daerah agar hidup sendiri atau menunggu di adopsi.

Satu pasangan suami istri yang terlihat bahagia mendatangi panti asuhan kami, mereka berbicara sesuatu yang aneh dan tidak ku mengerti dengan Wanita pemilik panti. Namun apapun yang mereka bicarakan pasti itu hal yang menyenangkan karena melihat wanita pemilik panti tersenyum bahagia.

Pasangan suami istri itu pun berterima kasih kepada wanita pemilik panti dan berjalan mendekati anak-anak yatim piatu yang belum di adopsi. Dengan senyuman hangat pasangan itu menyapa kami. Mereka bermain dengan kami, dan bahkan menceritakan cerita dongeng saat waktu nya untuk tidur.

Saat giliran ku, pasangan tersebut memulai membacakan dongeng untuk. Suara sang wanita bagaikan seorang malaikat yang menyanyikan sebuah lagu dengan suara nya yang merdu, sedangkan suara sang pria terlihat tegas namun entah kenapa aku merasakan rasa aman hanya dari mendengar suara nya. Pandangan terakhir yang kulihat sebelum aku terlelap hanya lah senyuman hangat dari pasangan suami istri tersebut dan tangan sang istri yang meraih rambut ku untuk di elus nya.

Saat aku bangun, aku tidak lah lagi di kamar panti asuhan yang sudah ku tempati selama 2 tahun lebih. Melainkan di sebuah kamar yang mewah, sangat mewah. Beberapa mainan terlihat di susun dengan rapi di pojokan dekat tempat tidur yang aku tempati.

Otak kecil ku sama sekali tidak bisa berpikir apa yang terjadi, namun semua nya menjadi jelas ketika aku melihat pasangan suami istri yang membacakan dongeng untuk ku masuk ke dalam kamar.

Mereka meng adopsi ku.

Aku memiliki keluarga sekarang.

Apakah aku akan bahagia ?

Aku tersenyum, dan dengan jawaban pasti di pikiran ku. Ya !

Selama 5 bulan aku mengenal ayah dan ibu angkat ku. Ternyata mereka pengusaha terkenal namun tidak bisa memiliki anak karena penyakit yang dimiliki ibu angkat ku. Aku hanya tersenyum pada mereka dan berjanji akan menjadi anak yang baik untuk mereka.

5 bulan bersama mereka merupakan hidup yang terbaik yang pernah kurasakan, mereka menyayangi ku layak nya anak kandung dan aku menyayangi mereka layak nya mereka adalah ayah dan ibu kandung. Aku benar-benar bahagia.

Namun, Takdir seperti nya benar-benar dendam pada ku. Sekelompok perampok bersenjata api dan tajam menerobos paksa masuk kedalam rumah. Ayah dan ibu ku minta aku bersembunyi di dalam lemari, aku terpaksa menuruti kata mereka dan memasuki lemari tersebut. Aku menutup nya rapat-rapat.

Suara teriakan ayah ku terdengar jelas dari balik kayu jati lemari, namun suara teriakan ayah ku di balas dengan suara tembakan kencang dan teriakan histeris ibu angkat ku. Karena penasaran aku membuka sedikit pintu lemari untuk melihat.

Aku melihat tubuh ayah angkat ku tergeletak di atas tanah dengan cairan berwarna merah membasahi tubuh nya. Ibu angkat ku berlutut di sebelah nya dengan linangan air mata membasahi pipi nya. Seorang perampok tertawa kencang dan mengeluarkan sebuah golok, ia melangkahkan kaki nya mendekati sosok ibu ku yang membeku.

Namun sebelum perampok itu mendekati dan membunuh ibu angkat ku, seorang perampok lain yang seperti nya ketua dari perampok itu memegang pundak anak buah nya dan menggelengkan kepala nya, ia menyuruh anak buah nya untuk mencari benda berharga di seluruh rumah.

Begitu semua anak buah nya melakukan tugas masing-masing, sang ketua hanya memandang sebentar ke arah ibu angkat ku dan tidak memperdulikan nya. Ia langsung menggeledah seluruh isi kamar untuk mencari benda berharga.

Aku hanya bisa terdiam membeku, tanpa aku sadari siku tangan ku mengenai dinding kayu lemari tempat aku bersembunyi. Dan suara itu menarik perhatian sang ketua dan mendekati lemari temapt aku bersembunyi. Namun mendengar teriakan dari belakang nya, sang ketua membalikan badan nya dan melihat sebuah vas bunga melayang ke arah diri nya.

Tetapi hal yang di lakukan ibu angkat ku sia-sia, ketua perampok itu dapat menghindari vas tersebut, ia mengeluarkan pistol nya dan menodongkan nya ke arah ibu ku. Entah kenapa sang ketua perampok tersebut mengucapkan kata maaf dan lalu menembakan pistol nya.

Dengan cepat peluru tersebut menemukan sarang nya di dahi ibu angkat ku, memberikan diri nya kematian yang singkat dan tanpa rasa sakit. Sang Ketua tersebut hanya memandang ke sosok tubuh Ibu ku yang terjatuh lemas ke lantai, tepat bersebelahan dengan tubuh ayah angkat ku.

Tiba-tiba seorang anak buah nya memasuki kamar dengan panik, ia meneriakan kata-kata yang tidak dapat ku mengerti, namun aku dapat mendengar ‘polisi’ di dalam kalimat nya. Sang ketua perampok itu langsung saja berlari keluar kamar bersama anak buah nya.

Beberapa detik kemudian suara tembakan terdengar jelas dari luar, namun aku sama sekali tidak memperdulikan nya. Dengan tangan yang lemas aku membuka pintu lemari ku, dengan kaki ku yang kecil aku berjalan pelan ke arah tubuh kedua orang tua angkat ku, dengan mata ku yang membelalak sama sekali tidak percaya apa yang telah terjadi.

Beberapa jam yang lalu kami masih bercanda dengan ria saat makan pagi, namun sekarang kedua orang tua angkat ku meninggalkan tubuh nya yang tidak bernyawa. Aku mencoba mengguncang-guncang tubuh mereka. Namun mereka sama sekali tidak bangun, air mata ku mulai mengalir dan berteriak. Mereka pasti sedang bercanda bukan ? mereka tidak sungguhan meninggal bukan ?

Namun usaha yang kulakukan sama sekali tidak menghasilkan apapun, aku melihat kedua tangan ku yang basah. Kedua tangan ku basah karena cairan berwarna merah tersebut. Darah… iya, darah.. itu lah yang pengajar panti asuhan tentang cairan aneh berwarna merah ini.

Beberapa kilatan memori menyerang otak ku, aku berteriak kesakitan sambil memegangi kepala ku. Badan ku menjadi lemas dan mengikuti hukum Gravitasi dan terjauh di atas lantai. Pandangan terakhir ku sebelum pingsan adalah seorang polisi yang memasuki kamar.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sudah 11 tahun dari kejadian itu. Namun aku masih mengingat dengan jelas kejadian itu, suara teriakan, bau darah. Aku masih mengingat semua itu.

Namun untung nya takdir mulai berbaikan dengan ku, berkat gagal nya perampokan tersebut. Aku di wariskan semua kekayaan orang tua angkat ku. Namun aku menyumbangkan nya ke salah satu panti asuhan dan mengambil jumlah yang aku butuh kan.

Sekarang aku sudah menjadi mahasiswa, hidup ku menjadi biasa. Aku memiliki banyak teman di kampus ku, aku bercanda, tertawa dan sedih bersama mereka. Sampai seorang perempuan yang menarik perhatian ku.

Seorang perempuan yang memiliki paras yang tidak jelek namun juga tidak terlalu cantik, rambut nya yang berwarna hitam panjang dan indah benar-benar membuat ku tidak bosan untuk memandangi nya.

Dengan susah payah dan dukungan dari sahabat-sahabat ku, aku berhasil berkenalan dengan perempuan tersebut. Ia tersenyum dan tertawa melihat diri ku yang grogi saat berkenalan. Ia pun akhir memperkenal kan diri nya terlebih dahulu pada ku.

Ia memberitahukan nama nya, nama nya benar-benar indah…

Ternyata perempuan yang aku sukai dan aku satu jurusan namun berbeda kelas. Tiap hari aku mencoba mendekati diri nya dengan alasan share pelajaran. Aku menikmati kehadiran nya dan ia juga seperti nya menikmati kehadiran ku.

Akhir nya beberapa bulan menjadi teman, aku berhasil mengumpulkan keberanian ku dan mengungkapkan perasaan ku kepada nya. Wajah nya memerah lucu saat itu, ia pun segera menggangukan kepala nya dan mengucapkan iya.

Aku menemukan pasangan hidup ku.

Dan entah kenapa, Takdir seperti nya sedang baik kepada ku. Saat semester berikut nya, ia dan aku di tempatkan di satu kelas untuk 6 semester sisa. Aku bisa melihat dan melindungi dia setiap hari..

Berpacaran itu bukan lah hal yang mudah…

Sudah beberapa kali kami hampir mengakhiri hubungan kami, namun dengan cepat salah satu dari kami mengakui kesalahan nya dan meminta maaf. Beberapa pria lain sempat suka pada diri nya dan tentu saja itu membuat diri ku cemburu, begitu juga sebalik nya.

Tiga tahun, enam semester sudah di lalui. Kami akhir nya menjadi sarjana. Aku, diri nya dan semua sahabat ku berkumpul, saling bercanda satu sama lain dan tertawa satu sama lain. Aku benar-benar bahagia dengan hidup ku sekarang.

Tiga bulan setelah lulus, aku mendapatkan panggilan kerja di sebuah perusahaan yang cukup besar. Mereka berkata mereka bisa melihat potensial yang tersembunyi di dalam diri ku. Tentu saja aku senang mendengar itu dan memberikan berita baik itu pada pacar ku. Ia juga turut bahagia mendengar itu, ia memeluk diri ku dan menyemangati ku.

Kejar Impian mu..

Kata-kata dari nya benar-benar seperti obat manjur untuk ku, aku bekerja keras di perusahaan itu. Mendapat promosi jabatan lebih cepat dari pada lain nya. Dalam waktu 3 tahun aku sudah menjadi Direktur di salah satu cabang besar.

Melihat keadaan diri ku yang sudah mencukupi, aku memberanikan diri ku dan melamar perempuan yang aku cintai. Aku mendatangi rumah nya, menghadapi kedua orang tua nya, yang untung nya sudah ku kenal baik.

Mereka semua tersenyum dan menerima lamaran ku, mereka bahkan bertanya-tanya kenapa aku lama sekali untuk melamar putri mereka..

Mulut ku tersenyum lebar, saking lebar nya bahkan mungkin bisa sobek. Orang tua perempuan yang kucintai pun langsung menetapkan tanggal pernikahan kami. Mereka sama sekali tidak butuh pernikahan yang mewah atau hadiah yang mahal, mereka hanya puas dengan melihat putri nya bahagia.

Pada saat hari pernikahan.

Itu adalah momen yang paling mendebarkan di dalam hidup ku. Aku sudah memakai setelan jas hitam dengan rapi dan menunggu di dalam ruangan sampai acara pernikahan di mulai.

Aku mengambil remote dan menyalakan tv besar yang berada di hadapan ku, hal pertama kali yang kulihat adalah perseteruan yang semakin memanas antara Korea Utara dan Amerika Serikat. Bahkan ada kabar bahwa Korea Utara terlihat mengirimkan pasukan, tapi entah kemana.

Aku hanya mengelah nafas melihat berita tersebut, dunia ini tidak akan lepas dari peperangan. Darah yang di tumpahkan sudah lebih dalam dari laut sekalipun. Aku berpikir kapan dunia ini bisa damai..

Namun itu bukanlah urusan ku, aku hanya lah seorang pengusaha sukses yang sebentar lagi akan menikah. Ketukan pintu menandakan acara sudah mau di mulai. Aku pun bergegas keluar dari ruang tunggu dan berdiri di podium utama.

Para tamu sudah terlihat mengisi semua kursi, beberapa sahabat ku terlihat hadir dan melambaikan tangan kepada diri ku. Sebagian kecil dari mereka bahkan sudah menikah lebih dulu dari pada aku. Aku tersenyum dan membalas lambaian tangan mereka.

Bunyi lonceng yang keras namun merdu terdengar jelas di seluruh ruangan, pintu utama yang besar perlahan demi perlahan terbuka. Memperlihatkan perempuan yang kucintai mengenakan gaun putih dan menggandeng ayah nya.

Dia sungguh cantik.. 100 kali lipat lebih cantik saat kami bertemu. Bersamaan dengan alunan musik, ia dan ayah nya melangkah pelan ke arah podium tempat aku berdiri.

Ia akhir nya sampai di depan ku. Senyuman indah nya sama sekali tidak meninggalkan wajah nya. Buket bunga di tangan nya membuat diri nya menjadi lebih indah.

Sang pendeta yang memimpin acara pernikahan ini pun memulai kalimat nya. Dan akhir nya sampai pada bagian dimana sang pendeta menanyakan kedua mempelai.

Apakah kamu bersedia menikahi dan bersama dengan nya sampai akhir hayat ?

Kalimat itu entah kenapa terdengar indah di kuping ku, dengan segera aku menjawab dengan tegas.

Iya, aku bersedia.

Sang pendeta pun mengangguk dan menoleh kepada calon istri ku dan menanyakan pertanyaan yang sama.

Entah kenapa waktu menjadi lambat, aku bisa melihat mulut nya terbuka dan mengatakan sesuatu. Namun telinga ku sama sekali tidak bisa mendengarkan apapun. Suara melengking tinggi memenuhi gendang telinga ku.

JDAAAAAARRR

Seperti nya, Dendam Takdir pada ku yang sudah tertidur lama kembali terbangun.

Badan ku terlempar keras ke arah dinding. Telinga ku berdenging semakin keras, namun aku dapat mendengar suara ledakan dan teriakan dari para tamu. Dengan paksa kubuka kedua mata ku, namun entah kenapa mata kiri ku sama sekali tidak bisa terbuka.

Akhir nya mata kanan ku terbuka, namun darah yang keluar dari dahi ku sedikit demi sedikit memasuki bola mata ku. Namun aku masih dapat melihat jelas. Ruangan yang tadi nya megah sekarang hanya menjadi reruntuhan semata.

Beberapa tamu terlihat tertimpa di bawah batu-batu besar, aku ingin menolong mereka namun begitu melihat mata tak bernyawa mereka aku tahu aku sudah terlambat. Aku pun menyadari sesuatu, dengan panik aku melihat keseluruh ruangan. Dan akhir nya menemukan apa yang kucari.

Perempuan yang kucintai…

Ia tergeletak di lantai, darah mulai menodai gaun nya yang tadi nya berwarna putih bersih. Perut nya masih naik turun menandakan ia masih hidup. Namun hal yang sangat menganggu nya adalah batu besar yang menimpa bagian bawah nya.

Aku pun berusaha bangun, namun aku menyadari ada sesuatu yang aneh. Aku tidak bisa merasakan tangan kanan ku. Dengan satu satu nya bola mata yang tersisa aku menoleh ketempat yang seharus nya ada tangan kanan ku.

Namun sekarang sudah tidak ada…

Dari pundak yang menjadi tempat perhubungan tulang tangan sekarang hanya menjadi lubang yang menganga dengan tulang putih mencuat dari dalam daging, darah sedikit demi sedikit menetes dari lubang tersebut.

Tetapi aku harus menghiraukan luka ini. Dengan susah payah aku berdiri dan berlari ke istri ku.. rasa sakit yang parah dari lubang yang menganga di pundak kanan ku sama sekali tidak kupedulikan.

Aku berjongkok dan berusaha membangunkan nya, dan usaha ku berhasil. Dengan lemah ia membuka kedua kelopak mata nya. Ia tersenyum lemah melihat diri ku..

Dan senyuman itu sama sekali membuat diri ku tidak tenang.

Ia mulai mengucapkan hal-hal aneh, bagaimana besar ia benar-benar mencintai ku. Bahagia saat menghabiskan waktu bersama ku, dan terakhir nya diri nya berbunga-bunga saat mengetahui aku akan menikahi nya.

Aku dengan susah payah meminta agar dia berhenti bicara, karena setiap kalimat yang ia ucapkan setiap muntahan darah pula keluar dari mulut nya.. aku pun berniat berdiri dan mencari bantuan. Namun tangan kecil memegang tangan kiri ku.

aku pun menolehkan pandangan ku kepada nya, dan senyuman aneh itu masih terlihat di wajah nya.

Tidak.. aku tidak suka ini, sama sekali tidak suka.

Aku benar-benar bahagia menikahi diri mu… suami ku..

Waktu kembali menjadi lambat, aku sama sekali apa yang harus kukatakan, perlahan demi perlahan aku dapat melihat napas nya semakin lemah.. dan akhir nya perut nya sama sekali tidak bergerak.

Ia tidak bernafas…

Tidak mungkin… takdir tak mungkin sekejam ini… takdir sudah mengambil ingatan dan orang tua kandung ku, mengambil orang tua angkat ku.. namun dia tidak boleh mengambil wanita yang ku cintai..

Pikiran ku benar-benar blank, air mata mengalir deras dari mata kanan ku, sedangkan mata kiri ku mengeluarkan darah yang seperti air mata.. aku menggertakan gigi ku.

Sebuah suara langkah kaki berat menarik perhatian ku, aku menoleh ke arah lubang yang di sebabkan ledakan tadi. Dan aku melihat seorang tentara yang memegang senjata berdiri dengan sombong di lubang tersebut.

Bendera Negara yang terpampang dengan bangga di bagian dada kanan baju nya sangat mudah di kenali..

Korea Utara.

Pandangan ku tiba-tiba menjadi merah dan mengambil sebuah batu kecil namun tajam, dengan teriakan layak nya binatang buas yang kelaparan aku menerjang tentara tersebut.

Sebelum tentara tersebut bisa bereaksi, ujung batu tajam itu sudah menembus muka nya. Memberikan suara yang aneh dan menjijikan.

Badan tak bernyawa tentara itu terjatuh, namun aku sama sekali tidak menghentikan serangan ku, aku terus menghujamkan batu tajam di tangan ku ke wajah nya sampai tidak berbentuk.

Dengan nafas ngos-ngos an aku melihat wajah tentara itu sudah pecah sama sekali, tidak berbentuk. Tiba-tiba pusing hebat menyerang otak ku dan membuat ku terjatuh. Dengan tenaga yang tersisa, aku menoleh ke arah tubuh istri ku tergeletak.

Walaupun wajah nya bersimbah darah, namun raut wajah nya terlihat bahagia. Senyuman indah masih melekat di bibir nya. Dia meninggal dengan bahagia…

Tapi kenapa ?

Kelopak mata ku mulai menutup, dan aku sudah tidak ada tenaga lagi untuk menahan nya. Hal yang terakhir yang ia ingat adalah suara langkah kaki.

Tunggu aku di dunia sana.. istri ku…

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

10 tahun kemudian.

Third Person of View.

Seorang Lelaki berumur awal 30 an berdiri di pinggir tebing, di bawah tebing itu terlihat kawasan hutan yang tebal yang akhir nya berbatasan dengan laut. Sungguh pemandangan yang indah.

Lelaki tersebut mengenakan pakaian militer dengan jubah yang cukup panjang, beret berwarna hitam menutupi rambut hitam pendek nya. Tatapan tajam layak nya elang menatap ke arah horizon laut.

Di tangan kanan nya yang merupakan sebuah tangan mesin memegang sebuah kalung berisi sebuah foto di dalam nya. Foto seorang wanita yang memiliki paras wajah yang menarik dan rambut hitam panjang

“Sudah 10 tahun sudah berlalu sejak pernikahan kita..” Lirih lelaki tersebut mengalihkan pandangan nya ke arah foto tersebut.

“Entah kenapa aku mengingat masa-masa ku dulu.. “ Lanjut lelaki tersebut, dan tertawa kecil. “dan aku baru menyadari bahwa hidup ku sama sekali tidak normal… Takdir benar-benar membenci ku..”

Mata kiri nya yang berbentuk seperti cyborg menatap tajam ke arah foto tersebut, seakan ia bisa menyimpan penglihatan itu selama nya.

“Kau kejam sekali bukan ? membuat ku menjadi duda satu menit setelah pernikahan kita” Canda Lelaki tersebut entah kepada siapa.

Suasana kembali hening dan angin laut berhembus kencang, membuat daun-daun pohon saling bergesekan satu sama lain.

Seorang tentara muncul dari balik pepohonan di belakang. Dan memberikan hormat kepada lelaki tersebut.

“Komandan ! pasukan sudah siap untuk di luncurkan..”

Hening lah menjadi jawaban tentara tersebut dan membuat tentara itu semakin gugup, ia sama sekali tidak ingin membuat hari pertama nya menjadi tentara membuat seorang komandan terkenal marah kepada nya.

Sang Komandan pun membalikan badan nya, jubah nya yang lebar tertiup angin membuat aura karisma nya menjadi semakin besar.

“Kita berangkat untuk menghancurkan Korea Utara dan sekutu nya..” Ucap Komandan tersebut dengan tegas.

“Yes Sir !” Jawab tentara tersebut dan mengikuti sang Komandan di belakang nya.

Sang Komandan menatap ke arah jalan di depan nya dan berpikir.

‘Aku akan bertemu dengan mu sebentar lagi, Arnia…’

-Setelah The Great Battle in Phnom Penh (Korut Base)-

Rakyat Indonesia menerima berita besar, yaitu terebut nya Base Utama Korea Utara di ASEAN, yang menandakan bahwa ASEAN kembali menjadi wilayah Indonesia.

Namun berita besar itu di iringi dengan berita sedih. Dari sedikit korban jiwa peperangan itu, salah satu nya ialah Komandan yang telah memenangi ratusan pertempuran dan membawa pulang prajurit nya dengan selamat.

Beberapa Rakyat terlihat menangis mendengar berita tersebut, Komandan tersebut ialah salah satu Komandan yang paling bisa di percayai di pemerintahan militer sekarang.

Nama Komandan tersebut ialah,

Komandan Andre Yuniarto.

Komandan yang memiliki masa lalu yang menyedihkan namun masih tetap bisa bertahan melawan keras nya kehidupan. Komandan yang membawa harapan baru untuk Indonesia. Bersama sang Penemu ‘Grav Eater’ dapat membuat Indonesia bangkit kembali dari kepurukan.

Nama nya akan terukir menjadi seorang Legenda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun