Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengatur Game, Menjaga Prestasi

7 Januari 2025   11:41 Diperbarui: 7 Januari 2025   11:41 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Alodokter

Game online sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja saat ini. Menurut survei terbaru, tiga dari empat remaja Indonesia bermain game online setiap hari. Rata-rata, mereka menghabiskan waktu 4 jam sehari untuk bermain game. Kebiasaan ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan guru dan orang tua, terutama ketika mulai mengganggu kegiatan belajar.

Dampak game online terhadap pendidikan memang nyata. Penelitian di lima kota besar Indonesia menunjukkan bahwa siswa yang bermain game lebih dari 5 jam sehari cenderung mengalami masalah di sekolah. Mereka sering terlambat masuk kelas, nilai mereka menurun, dan beberapa bahkan berisiko putus sekolah. Namun, penting untuk diingat bahwa game online bukan satu-satunya penyebab masalah pendidikan. Faktor lain seperti masalah ekonomi keluarga dan kualitas sekolah juga berperan besar.

Game online tidak selalu buruk. Bermain game 1-2 jam sehari justru bisa membantu anak mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan meningkatkan koordinasi. Beberapa game edukasi bahkan membantu siswa belajar mata pelajaran tertentu dengan cara yang menyenangkan. Yang menjadi masalah adalah ketika waktu bermain tidak terkendali.

Lalu, apa solusinya? Melarang game online secara total bukanlah jawaban yang tepat. Ini seperti melarang anak menonton TV - sulit dilakukan dan bisa membuat anak mencari cara sembunyi-sembunyi untuk bermain. Yang diperlukan adalah pendekatan yang lebih masuk akal dan bisa diterapkan.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

Pertama, batasi waktu bermain dengan aturan yang jelas. Misalnya, anak boleh bermain game setelah mengerjakan PR, dan hanya maksimal 2 jam sehari. Korea Selatan sudah menerapkan aturan yang melarang anak di bawah 16 tahun bermain game online lewat tengah malam. Hasilnya cukup baik - kasus kecanduan game menurun 30% dalam dua tahun.

Kedua, sekolah perlu mengajarkan siswa cara menggunakan teknologi dengan bijak. Ini bisa dimasukkan dalam pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler. Siswa perlu tahu cara mengatur waktu dan mengenali tanda-tanda kecanduan game.

Ketiga, orang tua harus lebih aktif mengawasi dan mendampingi anak. Ini bukan berarti melarang total, tapi membantu anak membuat jadwal yang seimbang antara bermain game, belajar, dan kegiatan lain. Orang tua juga perlu memberi contoh penggunaan gadget yang baik.

Keempat, perusahaan game perlu ikut bertanggung jawab. Mereka bisa menambahkan fitur yang mengingatkan pemain untuk istirahat setelah bermain satu jam, atau sistem yang membatasi waktu bermain untuk anak-anak.

Kelima, pemerintah bisa membuat aturan yang melindungi anak-anak, seperti sistem verifikasi umur yang lebih ketat untuk game tertentu. Namun, aturan ini harus masuk akal dan bisa diterapkan.

Yang terpenting adalah memberikan kegiatan alternatif yang menarik bagi anak-anak. Sekolah bisa mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang seru, seperti olahraga, seni, atau klub teknologi. Di rumah, orang tua bisa mengajak anak melakukan hobi bersama atau berolahraga.

Mengatasi masalah game online membutuhkan kerja sama semua pihak. Tidak ada gunanya saling menyalahkan antara anak, orang tua, sekolah, atau pembuat game. Yang diperlukan adalah kesadaran bersama dan tindakan nyata untuk membantu anak-anak menggunakan teknologi secara sehat.

Tujuan kita bukan menjauhkan anak dari teknologi, tapi mengajari mereka menggunakan teknologi dengan bijak. Dengan pendekatan yang tepat, game online bisa menjadi hiburan yang sehat tanpa mengganggu pendidikan. Yang diperlukan adalah keseimbangan dan pengawasan yang tepat, bukan larangan total yang sulit diterapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun