Di bawah naungan pohon kelapa, Sandra dengan telaten membersihkan luka di kaki Dimas. Ia menggunakan air kelapa muda sebagai antiseptik alami. Setiap sentuhan jemarinya seakan menyembuhkan luka fisik dan mengobati jiwa yang terluka.
"Terima kasih," ucap Dimas tulus, menatap Sandra dengan sorot mata penuh kekaguman.
"Sama-sama. Aku Sandra, dari rombongan Bandung," balas Sandra, tersenyum manis.
"Aku Dimas, dari Jakarta. Tidak kusangka, pertemuan kita akan sedramatis ini," canda Dimas, mencairkan suasana.
Mereka berdua tertawa lepas, seakan beban di pundak masing-masing terangkat. Di tengah tawa mereka, tersimpan sebuah perasaan aneh yang mengikat hati.
***
"Waktu itu, aku langsung terpesona olehmu," ucap Dimas jujur.
Sandra tersenyum, rona merah menghiasi pipinya. "Aku juga merasakan ada sesuatu yang istimewa di antara kita."
Mereka kembali tenggelam dalam kenangan manis itu. Bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama di Pulau Leebong, menjelajahi keindahan alamnya, dan berbagi cerita tentang mimpi dan harapan masing-masing. Setiap momen terasa begitu sempurna, seakan takdir telah merencanakan pertemuan mereka sejak awal.
"Kita pernah begitu bahagia," gumam Sandra. "Apa yang terjadi dengan kita sekarang?"
Dimas menggenggam tangan Sandra lebih erat. "Mungkin kita lupa bahwa kebahagiaan adalah pilihan. Kita harus memilih untuk bahagia setiap hari, terlepas dari apa pun yang terjadi."