Menurut temuan Bappenas, banyak anak muda dari generasi Z kehilangan pekerjaan karena kurangnya kemampuan pribadi dalam bekerja. Masalah ini bukan hanya soal perbedaan generasi, tapi menunjukkan bahwa pendidikan kita belum mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja saat ini. Namun, kita tidak boleh menyalahkan generasi Z. Sebaliknya, ini adalah kesempatan baik untuk memperbaiki cara kita mengembangkan kemampuan pekerja muda.
Generasi Z yang tumbuh di era digital memang punya keunikan tersendiri. Mereka sangat mahir menggunakan teknologi dan bisa mengerjakan banyak hal sekaligus. Tapi karena terlalu sering berinteraksi dengan gadget, mereka jadi kurang mengasah kemampuan pribadi yang sangat penting di dunia kerja. Sayangnya, kemampuan teknologi yang menjadi kebanggaan generasi Z ternyata tidak cukup untuk mempertahankan pekerjaan mereka tanpa didukung kemampuan pribadi yang baik.
Melihat kondisi ini, sistem pendidikan kita perlu melakukan perbaikan. Selama ini, sekolah dan kampus terlalu fokus mengajarkan kemampuan teknis dan nilai akademik. Padahal, dunia kerja sekarang butuh keseimbangan antara kemampuan teknis dan kemampuan pribadi. Empat kemampuan penting - berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kerja sama - yang menjadi standar di dunia kerja seharusnya sudah diajarkan sejak awal pendidikan.
Mengubah sistem pendidikan adalah langkah penting yang harus segera dilakukan. Sekolah dan kampus perlu membuat program belajar yang lebih memperhatikan pengembangan kemampuan pribadi. Ini bisa dilakukan dengan memberikan tugas berbasis proyek, diskusi kelompok, presentasi, dan latihan seperti di dunia kerja sungguhan. Belajar tidak hanya sekadar menghafal pengetahuan, tapi harus melatih kemampuan berpikir kritis, kreativitas, cara berkomunikasi yang baik, dan kerja sama.
Namun, tanggung jawab mengembangkan kemampuan pribadi tidak bisa diserahkan hanya ke sekolah dan kampus. Perlu kerja sama antara tiga pihak utama: lembaga pendidikan, perusahaan, dan pemerintah. Perusahaan bisa membantu melalui program magang yang bermutu, bimbingan, dan masukan rutin tentang kemampuan yang dibutuhkan di dunia kerja. Sementara pemerintah bertugas membuat aturan yang mendukung pengembangan kemampuan pribadi, termasuk standar dan sertifikasi keahlian.
Program pengembangan kemampuan pribadi juga harus disesuaikan dengan cara belajar generasi Z. Cara mengajar lama mungkin tidak cocok lagi untuk generasi yang terbiasa belajar dengan teknologi dan cara yang interaktif. Penggunaan teknologi dalam mengembangkan kemampuan pribadi bisa jadi solusi, misalnya melalui platform belajar digital yang menyediakan simulasi situasi kerja nyata, atau program bimbingan online yang memungkinkan interaksi intensif dengan professional berpengalaman.
Penting juga untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pembelajaran terus-menerus. Perusahaan perlu membangun budaya yang memberi kesempatan karyawan untuk berkembang, termasuk memberi toleransi pada kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. Program bimbingan antar generasi bisa menjadi cara yang efektif untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, sekaligus membangun komunikasi antar generasi di tempat kerja.
Di sisi lain, generasi Z sendiri perlu menyadari pentingnya kemampuan pribadi untuk sukses dalam karier mereka. Kesadaran ini harus diikuti dengan kemauan untuk keluar dari zona nyaman dan aktif mengembangkan kemampuan pribadi mereka. Kemampuan beradaptasi dan terus belajar menjadi kunci penting di era yang penuh perubahan ini.
Meski tantangan mengembangkan kemampuan pribadi generasi Z terlihat besar, ini juga membuka kesempatan untuk memperbaiki sistem pengembangan SDM secara menyeluruh. Kerja sama semua pihak dalam menghadapi tantangan ini bisa menghasilkan solusi baru yang tidak hanya berguna bagi generasi Z, tapi juga untuk generasi-generasi berikutnya.
Sebagai penutup, perlu diingat bahwa masalah kurangnya kemampuan pribadi generasi Z seharusnya tidak dijadikan alasan untuk menilai mereka secara negatif. Sebaliknya, ini harus menjadi pendorong perubahan positif dalam sistem pendidikan dan pengembangan SDM kita. Dengan cara yang tepat dan kerja sama semua pihak, tantangan ini bisa diubah menjadi kesempatan untuk membangun pekerja yang lebih mampu dan siap menghadapi tantangan masa depan.