Dalam dinamika pendidikan Indonesia kontemporer, salah satu isu yang memerlukan perhatian mendesak adalah absennya standar kelulusan yang tegas dan terukur. Penghapusan ujian nasional, yang meskipun memiliki berbagai kelemahan, telah menciptakan kevakuman dalam sistem evaluasi pendidikan kita. Situasi ini bukan sekadar masalah administratif, melainkan ancaman serius terhadap masa depan generasi muda Indonesia dan daya saing bangsa di kancah global.
Dampak Sistemik dari Ketiadaan Standar Kelulusan
Ketiadaan standar kelulusan yang jelas telah menciptakan efek domino yang merusak fondasi pendidikan nasional. Di tingkat paling dasar, motivasi belajar siswa mengalami kemerosotan yang mengkhawatirkan. Tanpa adanya parameter yang jelas, banyak siswa kehilangan orientasi dalam proses pembelajaran mereka. Mereka tidak lagi melihat urgensi untuk menguasai materi secara mendalam, karena tahu bahwa kelulusan sudah hampir pasti di tangan.
Data dari berbagai survei menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Tingkat kehadiran siswa dalam pembelajaran menurun, partisipasi dalam kegiatan akademik berkurang, dan yang paling memprihatinkan, kualitas pemahaman materi dasar semakin rendah. Beberapa sekolah melaporkan bahwa siswa semakin sulit dimotivasi untuk mengikuti kegiatan sekolah.
Praktik Kelulusan yang Problematik
Permasalahan ini diperparah dengan munculnya praktik-praktik kelulusan yang sangat longgar di berbagai sekolah. Banyak sekolah yang terjebak dalam dilema: di satu sisi ingin mempertahankan standar, namun di sisi lain menghadapi tekanan sosial dan administratif untuk meluluskan semua siswa. Akibatnya, kriteria kelulusan menjadi sangat minimal.
Beberapa contoh praktik problematik yang ditemukan di lapangan antara lain:
- Sekolah yang meluluskan siswa hanya berdasarkan kehadiran minimal
- Pemberian nilai yang tidak obyektif untuk memastikan kelulusan
- Pengabaian terhadap kompetensi dasar yang seharusnya dikuasai siswa