Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Urgensi Pembenahan Standar Kelulusan

13 November 2024   20:21 Diperbarui: 13 November 2024   20:25 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dinamika pendidikan Indonesia kontemporer, salah satu isu yang memerlukan perhatian mendesak adalah absennya standar kelulusan yang tegas dan terukur. Penghapusan ujian nasional, yang meskipun memiliki berbagai kelemahan, telah menciptakan kevakuman dalam sistem evaluasi pendidikan kita. Situasi ini bukan sekadar masalah administratif, melainkan ancaman serius terhadap masa depan generasi muda Indonesia dan daya saing bangsa di kancah global.

Dampak Sistemik dari Ketiadaan Standar Kelulusan

Ketiadaan standar kelulusan yang jelas telah menciptakan efek domino yang merusak fondasi pendidikan nasional. Di tingkat paling dasar, motivasi belajar siswa mengalami kemerosotan yang mengkhawatirkan. Tanpa adanya parameter yang jelas, banyak siswa kehilangan orientasi dalam proses pembelajaran mereka. Mereka tidak lagi melihat urgensi untuk menguasai materi secara mendalam, karena tahu bahwa kelulusan sudah hampir pasti di tangan.

Data dari berbagai survei menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Tingkat kehadiran siswa dalam pembelajaran menurun, partisipasi dalam kegiatan akademik berkurang, dan yang paling memprihatinkan, kualitas pemahaman materi dasar semakin rendah. Beberapa sekolah melaporkan bahwa siswa semakin sulit dimotivasi untuk mengikuti kegiatan sekolah.

Praktik Kelulusan yang Problematik

Permasalahan ini diperparah dengan munculnya praktik-praktik kelulusan yang sangat longgar di berbagai sekolah. Banyak sekolah yang terjebak dalam dilema: di satu sisi ingin mempertahankan standar, namun di sisi lain menghadapi tekanan sosial dan administratif untuk meluluskan semua siswa. Akibatnya, kriteria kelulusan menjadi sangat minimal.

Beberapa contoh praktik problematik yang ditemukan di lapangan antara lain:

- Sekolah yang meluluskan siswa hanya berdasarkan kehadiran minimal

- Pemberian nilai yang tidak obyektif untuk memastikan kelulusan

- Pengabaian terhadap kompetensi dasar yang seharusnya dikuasai siswa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun