Baru baru ini beredar rekaman video dimana Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menggagas sebuah gagasan yang menarik perhatian: Kurikulum Deeplearning. Kurikulum ini diproyeksikan sebagai pengganti Kurikulum Merdeka yang telah diterapkan sebelumnya. Dengan penekanan pada pendekatan Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning, Kurikulum Deeplearning tampak berupaya menjawab kekurangan-kekurangan yang teridentifikasi dalam Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka, yang dikenalkan pada 2020, memang dinilai cukup progresif dengan memberikan fleksibilitas dan otonomi yang lebih besar bagi sekolah dan siswa. Namun, dalam perjalanannya, beberapa kelemahan mulai terungkap, terutama terkait dengan kedalaman pembelajaran.
Kebebasan yang diberikan Kurikulum Merdeka dalam memilih mata pelajaran dan jalur belajar, serta penekanan pada pengembangan kecakapan abad ke-21, terkadang justru mengorbankan penguasaan konten dasar yang mendalam. Siswa seringkali lebih fokus pada penyelesaian projek dan pengembangan keterampilan umum, ketimbang pemahaman konseptual yang mendasar.
Di sinilah Kurikulum Deeplearning tampak menawarkan solusi. Dengan tiga pilar utamanya - Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning - kurikulum ini berupaya memperdalam proses pembelajaran siswa.
Mindfull Learning, yang menekankan keterlibatan aktif siswa melalui diskusi, eksperimen, dan eksplorasi, dapat membantu siswa membangun pemahaman yang lebih kuat terhadap materi pelajaran. Sementara Meaningfull Learning, yang mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dan relevansi pembelajaran.
Lebih lanjut, Joyfull Learning, yang tidak sekadar pembelajaran menyenangkan, melainkan juga bermakna, dapat mendorong siswa untuk benar-benar menguasai materi, bukan hanya sekedar menghafal. Kombinasi ketiga pendekatan ini dapat menciptakan pengalaman belajar yang holistik dan sesuai dengan kebutuhan siswa saat ini.
Jika Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada fleksibilitas dan kemandirian, maka Kurikulum Deeplearning hadir untuk melengkapinya dengan panduan yang lebih jelas mengenai pendekatan pembelajaran yang efektif. Dengan kata lain, Kurikulum Deeplearning dapat menjadi solusi atas kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi dalam Kurikulum Merdeka.
Namun, tentu saja, penerapan Kurikulum Deeplearning juga tidak akan bebas dari tantangan. Perubahan paradigma pembelajaran membutuhkan upaya transformasi yang komprehensif, mulai dari kesiapan guru, infrastruktur sekolah, hingga budaya belajar siswa yang sudah terbentuk.
Selain itu, penyesuaian terhadap Kurikulum Merdeka yang telah berlangsung juga menjadi pertimbangan penting. Perlu ada sinkronisasi yang baik antara fleksibilitas Kurikulum Merdeka dan kedalaman pembelajaran Kurikulum Deeplearning, agar tidak terjadi benturan dan kebingungan dalam implementasinya.
Meskipun demikian, potensi Kurikulum Deeplearning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia tetap menarik untuk dicermati. Penekanan pada pemahaman mendalam, keterkaitan dengan dunia nyata, dan penciptaan pengalaman belajar yang bermakna, dapat menjadi langkah maju yang signifikan dalam sistem pendidikan kita.
Jika diterapkan dengan baik, Kurikulum Deeplearning dapat menjadi jawaban atas beberapa kelemahan Kurikulum Merdeka, sekaligus melengkapi upaya transformasi pendidikan yang lebih komprehensif. Tentu saja, segala perubahan harus dilakukan dengan hati-hati dan adaptif terhadap konteks lokal, agar dapat memberikan manfaat optimal bagi siswa dan masa depan pendidikan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H