Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesiapan Mental Gen Z dalam Menghadapi Tantangan Dunia Kerja

15 Oktober 2024   16:42 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:47 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pak Sabarudin 

Pada Selasa, 15 Oktober 2024, SMK Negeri 1 Sijuk menjadi tuan rumah sebuah talk show yang membahas tema krusial: "Kesiapan Mental Gen Z Dalam Memasuki Dunia Kerja". Acara ini menghadirkan dua pembicara terkemuka, yaitu Bapak Adi Zahriadi, M.Si selaku Kepala Cabang Dinas Wilayah 5 Belitung - Belitung Timur, dan Bapak Zulkipli, General Manager Hotel Dafam Resort Belitung. Kehadiran seluruh kepala sekolah dan perwakilan siswa SMA serta SMK di wilayah Cabang Dinas 5 menunjukkan betapa pentingnya isu ini bagi masa depan generasi muda di kawasan tersebut.

Salah satu poin kritis yang diangkat dalam diskusi adalah kurangnya rasa percaya diri di kalangan lulusan SMK ketika memasuki dunia kerja. Fenomena ini bukanlah hal baru, namun tetap menjadi tantangan yang perlu diatasi dengan serius. Mengapa hal ini terjadi? Ada beberapa faktor yang mungkin berkontribusi. Pertama, kesenjangan antara kurikulum pendidikan dan tuntutan dunia kerja masih cukup lebar. Meskipun SMK dirancang untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, kenyataannya banyak siswa merasa kurang dipersiapkan untuk menghadapi realitas lapangan. Ini bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga soft skills seperti komunikasi, kerja tim, dan pemecahan masalah yang sering kali kurang terasah di bangku sekolah.

Kedua, kurangnya exposure terhadap lingkungan kerja nyata selama masa pendidikan. Meskipun program magang sudah menjadi bagian dari kurikulum SMK, seringkali pelaksanaannya belum optimal. Akibatnya, siswa kurang memahami ekspektasi dan dinamika di tempat kerja, yang pada gilirannya mempengaruhi rasa percaya diri mereka. Selain itu, stereotip dan stigma sosial yang masih melekat pada lulusan SMK turut berperan. Meskipun tidak selalu diucapkan secara eksplisit, persepsi bahwa lulusan SMK "kurang prestisius" dibandingkan lulusan universitas masih ada di masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi mindset para siswa dan lulusan SMK, menciptakan keraguan akan kemampuan mereka sendiri.

Namun, tidaklah cukup hanya mengidentifikasi masalah tanpa menawarkan solusi. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk meningkatkan kesiapan mental Gen Z, khususnya lulusan SMK, dalam menghadapi dunia kerja. Pertama, perlu ada revitalisasi kurikulum. Evaluasi dan pembaruan berkelanjutan terhadap kurikulum SMK sangat penting agar lebih relevan dengan kebutuhan industri. Ini termasuk penekanan lebih besar pada pengembangan soft skills dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan teknologi. Selain itu, penguatan program magang juga krusial. Program magang harus dirancang dengan lebih terstruktur dan bermakna. Kolaborasi yang lebih erat antara sekolah dan industri dapat memastikan siswa mendapatkan pengalaman kerja yang substansial dan relevan.

Dokumen Pak Sabarudin 
Dokumen Pak Sabarudin 

Mentoring dan bimbingan karir juga perlu ditingkatkan. Sekolah harus menyediakan layanan bimbingan karir yang komprehensif, termasuk sesi mentoring dengan profesional dari berbagai industri. Ini akan membantu siswa memahami lebih baik tentang jalur karir yang tersedia dan bagaimana mempersiapkan diri. Pelatihan keterampilan presentasi dan wawancara juga tidak kalah penting. Mengajarkan siswa cara mempresentasikan diri dengan percaya diri, baik secara lisan maupun tertulis, sangat penting. Ini termasuk pelatihan wawancara kerja dan pembuatan CV yang efektif.

Pengembangan jaringan alumni dapat menjadi strategi yang efektif. Membangun jaringan alumni yang kuat dapat memberikan inspirasi dan dukungan bagi siswa. Alumni yang sukses dapat menjadi role model dan sumber informasi berharga tentang peluang karir. Sementara itu, seperti yang disoroti dalam talk show, penguasaan bahasa Inggris sangat penting di era globalisasi ini. Sekolah perlu meningkatkan kualitas dan intensitas pembelajaran bahasa Inggris, termasuk dengan menghadirkan native speakers atau mengadakan program pertukaran.

Pembangunan karakter dan resiliensi mental siswa harus menjadi prioritas. Ini termasuk mengajarkan cara mengelola stres, menghadapi kegagalan, dan membangun pola pikir yang berorientasi pada pertumbuhan. Kolaborasi dengan industri juga perlu ditingkatkan. Sekolah harus aktif membangun kemitraan dengan industri, tidak hanya untuk magang tetapi juga untuk guest lectures, kunjungan industri, dan proyek kolaboratif. Ini akan membantu menjembatani kesenjangan antara pendidikan dan dunia kerja.

Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran juga tidak boleh diabaikan. Mengintegrasikan teknologi terkini, termasuk simulasi lingkungan kerja virtual, dapat membantu siswa lebih siap menghadapi tuntutan era digital. Terakhir, diperlukan upaya bersama untuk mengubah persepsi masyarakat tentang lulusan SMK. Ini bisa dilakukan melalui kampanye publik yang menampilkan kesuksesan lulusan SMK di berbagai bidang.

Dokumen Pak Sabarudin 
Dokumen Pak Sabarudin 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun