Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menghidupkan Kembali Semangat Literasi di Bulan Bahasa

7 Oktober 2024   18:14 Diperbarui: 7 Oktober 2024   18:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen SMA NU 2 Gresik 

Setiap bulan Oktober, sekolah-sekolah di Indonesia merayakan Bulan Bahasa sebagai bentuk penghormatan terhadap peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda. Momen ini seharusnya menjadi kesempatan emas untuk menghidupkan kembali semangat literasi di kalangan pelajar. Namun, seringkali perayaan ini hanya sebatas seremonial tanpa dampak signifikan terhadap minat baca dan kemampuan berbahasa siswa. Sudah saatnya kita mengevaluasi dan merevitalisasi konsep Bulan Bahasa agar dapat menjadi katalis perubahan dalam budaya literasi di sekolah-sekolah kita.

Tantangan utama yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah rendahnya minat baca siswa. Berdasarkan studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, Indonesia berada di peringkat 66 dari 81 negara dalam hal literasi. Fakta ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk meningkatkan kemampuan literasi generasi muda kita.

Bulan Bahasa seharusnya tidak hanya diisi dengan lomba-lomba yang sifatnya temporer, seperti lomba baca puisi atau pidato. Kegiatan-kegiatan tersebut memang penting, tetapi tidak cukup untuk membangun fondasi literasi yang kuat. Kita perlu mengubah paradigma Bulan Bahasa menjadi momen untuk membangun kebiasaan membaca dan menulis yang berkelanjutan.

Salah satu langkah konkret yang bisa diambil adalah dengan menginisiasi program "30 Hari 30 Buku" selama Bulan Bahasa. Setiap siswa didorong untuk membaca minimal satu buku per hari dan menulis ringkasan atau refleksi singkat tentang buku tersebut. Program ini tidak hanya akan meningkatkan jumlah buku yang dibaca, tetapi juga melatih kemampuan analisis dan ekspresi tertulis siswa.

Selain itu, sekolah dapat bekerja sama dengan perpustakaan daerah atau toko buku untuk mengadakan pameran buku dengan tema-tema yang menarik bagi remaja. Menghadirkan penulis-penulis muda yang inspiratif untuk berbagi pengalaman mereka juga bisa menjadi cara efektif untuk memotivasi siswa agar lebih mencintai dunia literasi.

Dalam era digital ini, kita juga tidak bisa mengabaikan pentingnya literasi digital. Bulan Bahasa bisa menjadi momen untuk mengajarkan siswa cara menggunakan media sosial dan platform digital lainnya secara bijak dan produktif. Misalnya, mengadakan lomba blog atau vlog edukatif yang mengharuskan siswa untuk melakukan riset mendalam sebelum membuat konten.

Guru-guru juga perlu didorong untuk mengintegrasikan kegiatan literasi dalam setiap mata pelajaran, tidak hanya terbatas pada pelajaran Bahasa Indonesia. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa bisa diminta untuk membaca novel sejarah dan mendiskusikan relevansinya dengan materi yang sedang dipelajari. Dalam pelajaran sains, siswa bisa diajak untuk membaca dan menganalisis artikel-artikel ilmiah populer.

Penting juga untuk melibatkan orang tua dalam gerakan literasi ini. Sekolah bisa mengadakan seminar atau workshop untuk orang tua tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung literasi di rumah. Orang tua bisa diajak untuk membuat "jam baca keluarga" di mana seluruh anggota keluarga mematikan gadget dan membaca bersama selama satu jam setiap hari.

Evaluasi dan umpan balik juga menjadi kunci keberhasilan program literasi. Sekolah perlu mengukur dampak dari kegiatan-kegiatan Bulan Bahasa terhadap minat baca dan kemampuan literasi siswa. Hasil evaluasi ini bisa dijadikan dasar untuk perbaikan program di tahun-tahun berikutnya.

Tak kalah pentingnya adalah memastikan keberlanjutan program literasi ini setelah Bulan Bahasa berakhir. Kegiatan-kegiatan yang sukses selama Bulan Bahasa bisa diadaptasi menjadi program reguler sepanjang tahun ajaran. Misalnya, klub buku bulanan, sesi berbagi cerita mingguan, atau lomba menulis triwulanan.

Revitalisasi konsep Bulan Bahasa ini tentu membutuhkan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan dan anggaran. Sekolah harus berani berinovasi dalam merancang program-program literasi yang menarik dan efektif. Guru perlu meningkatkan kompetensi mereka dalam mengajarkan literasi. Dan yang terpenting, siswa harus diberdayakan untuk menjadi agen perubahan dalam membangun budaya literasi di lingkungan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun