Pada hari Kamis, 12 September 2024, sebuah babak baru dalam sejarah demokrasi sekolah telah terukir. Pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS untuk periode 2024-2025 berlangsung dengan nuansa yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, kertas suara digantikan oleh layar dan klik mouse, menandai era baru dalam proses pemilihan di lingkungan pendidikan.
Keputusan untuk menggunakan aplikasi Google Form sebagai media pemungutan suara bukan hanya sekadar langkah teknis, melainkan sebuah pernyataan visioner. Di satu sisi, ini adalah upaya nyata untuk mengurangi penggunaan kertas, menyelaraskan proses demokrasi dengan semangat pelestarian lingkungan. Di sisi lain, ini menjadi momentum penting dalam memperkenalkan dan mengaplikasikan teknologi kepada para siswa dalam konteks yang sangat relevan dengan kehidupan bermasyarakat.
Rangkaian pemilihan ketua OSIS tahun ini menunjukkan kematangan proses demokrasi di tingkat sekolah. Dimulai dari tahap penjaringan dan pendaftaran bakal calon, dilanjutkan dengan penetapan calon resmi, proses ini mencerminkan tahapan yang biasa kita temui dalam pemilihan umum di tingkat nasional. Tahap penyampaian visi dan misi serta debat terbuka yang dihadiri seluruh warga sekolah menjadi puncak dari proses kampanye yang memberi kesempatan kepada para pemilih untuk mengenal lebih dekat para calon pemimpinnya.
Empat pasang calon yang bertarung dalam pemilihan kali ini membawa warna dan dinamika tersendiri. Pasangan calon (paslon) 01, Ferdi dan David, paslon 02, Iky dan Ical, paslon 03, Cahyo dan Arum, serta paslon 04, Gina dan Niken, masing-masing membawa visi dan misi yang unik untuk memajukan sekolah dan organisasi siswa. Keragaman ini tidak hanya memperkaya pilihan bagi para pemilih, tetapi juga mencerminkan pluralitas pemikiran dan aspirasi di kalangan siswa.
Hasil pemilihan yang menunjukkan kemenangan paslon 01 dengan perolehan suara 47,9% mengindikasikan dukungan yang cukup solid dari mayoritas siswa. Namun, perolehan suara yang signifikan oleh paslon lainnya, terutama paslon 02 dengan 26,8% suara, menunjukkan bahwa kompetisi berlangsung ketat dan para pemilih memiliki preferensi yang beragam. Hal ini adalah cerminan positif dari kematangan berpikir para siswa dalam menilai dan memilih calon pemimpinnya.
Penggunaan teknologi dalam pemilihan ini membawa sejumlah keuntungan yang patut diapresiasi. Pertama, efisiensi waktu dan tenaga dalam proses penghitungan suara. Dengan sistem digital, hasil dapat diketahui dengan cepat dan akurat, menghilangkan potensi kesalahan manusia dalam penghitungan manual. Kedua, transparansi proses pemilihan meningkat. Setiap suara tercatat secara digital, memudahkan verifikasi dan audit jika diperlukan. Ketiga, aksesibilitas bagi pemilih meningkat, memungkinkan partisipasi yang lebih luas, termasuk bagi siswa yang mungkin berhalangan hadir di sekolah pada hari pemilihan.
Namun, di balik inovasi ini, terdapat beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian untuk perbaikan di masa depan. Pertama, keamanan digital. Meskipun Google Form adalah platform yang umum digunakan, perlu ada jaminan bahwa sistem ini aman dari manipulasi atau peretasan. Kedua, edukasi digital. Penting untuk memastikan bahwa semua siswa memiliki pemahaman yang setara tentang cara menggunakan sistem pemilihan digital ini, sehingga tidak ada yang dirugikan karena keterbatasan akses atau pengetahuan teknologi.