Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Netralitas ASN: Pilar Penting Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Daerah

3 September 2024   00:01 Diperbarui: 3 September 2024   00:03 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Senin, 2 September 2024, di kantor Panwas Kecamatan Kelapa Kampit, diadakan rapat kerja pengawasan yang dihadiri oleh para kepala sekolah dari SMK, SMP, dan SD se-Kecamatan Kelapa Kampit. Acara yang dipimpin oleh ketua Panwaslu Kecamatan ini juga dihadiri oleh Camat, Polsek, dan Koramil Kelapa Kampit. Dalam rapat tersebut, topik utama yang dibahas adalah pentingnya menjaga netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) menjelang pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Belitung Timur. 

Topik netralitas ASN ini menjadi sangat relevan mengingat posisi ASN sebagai pelayan publik yang diharapkan mampu bekerja tanpa keberpihakan pada pihak manapun. Selain itu, keterlibatan ASN dalam politik praktis dapat menimbulkan konflik kepentingan yang berujung pada hilangnya kepercayaan publik terhadap proses pemilihan umum yang sedang berjalan. Hal ini menjadi dasar utama bagi pentingnya netralitas ASN dalam setiap pelaksanaan pemilihan umum, termasuk dalam pemilihan kepala daerah.

# Mengapa Netralitas ASN Penting?

Netralitas ASN bukan sekadar aturan normatif yang harus dipatuhi, melainkan sebuah prinsip yang esensial dalam menjaga integritas dan kredibilitas proses demokrasi. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa setiap pegawai ASN harus patuh pada asas netralitas dengan tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak kepada kepentingan tertentu. 

Netralitas ASN penting untuk memastikan bahwa proses pemilu berjalan secara jujur, adil, dan bebas dari intervensi pihak manapun. ASN adalah tulang punggung birokrasi pemerintahan yang memiliki akses luas terhadap sumber daya dan informasi. Jika ASN berpihak pada salah satu calon, hal ini bisa merusak prinsip keadilan dalam pemilu dan menciptakan ketidakadilan yang bisa berujung pada instabilitas politik serta sosial di daerah tersebut.

# Tugas dan Tanggung Jawab ASN dalam Menjaga Netralitas

Sebagai abdi negara, ASN memiliki tanggung jawab moral dan profesional untuk menjaga netralitas dalam setiap pelaksanaan pemilu. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor 2 tahun 2022 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Netralitas Pegawai ASN dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Pemilihan, terdapat beberapa larangan yang harus dipatuhi oleh ASN untuk menjaga netralitas tersebut.

Pertama, ASN dilarang memasang spanduk, baliho, atau alat peraga kampanye bakal calon peserta pemilu. Pemasangan alat peraga kampanye oleh ASN dapat dianggap sebagai bentuk dukungan terang-terangan yang jelas melanggar prinsip netralitas. Ini juga dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap kinerja ASN dan instansi pemerintah secara keseluruhan.

Kedua, ASN juga tidak diperkenankan untuk terlibat dalam sosialisasi atau kampanye melalui media. Hal ini mencakup media sosial, di mana ASN dilarang membuat posting, memberikan komentar, membagikan, menyukai, atau mengikuti grup/akun yang berhubungan dengan pemenangan salah satu bakal calon peserta pemilu. Dalam era digital saat ini, media sosial menjadi platform yang sangat berpengaruh dalam membentuk opini publik. Oleh karena itu, partisipasi ASN dalam kegiatan kampanye di media sosial sangat bertentangan dengan asas netralitas yang harus dijunjung tinggi.

Ketiga, ASN juga tidak boleh menghadiri deklarasi atau kampanye bakal calon peserta pemilu. Kehadiran ASN dalam kegiatan semacam ini bisa diartikan sebagai bentuk dukungan politis, yang tentu saja akan merusak citra netralitas yang harus dijaga oleh setiap pegawai negeri.

# Dampak Ketidaknetralan ASN dalam Pemilihan Umum

Ketidaknetralan ASN dalam pemilihan umum bisa berakibat fatal, baik secara institusional maupun bagi proses demokrasi itu sendiri. Pertama, keterlibatan ASN dalam politik praktis dapat mengarah pada politisasi birokrasi, di mana pengambilan keputusan lebih didasarkan pada kepentingan politik daripada pelayanan publik yang berkualitas. Hal ini dapat menurunkan kualitas pelayanan publik dan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat.

Kedua, ketidaknetralan ASN dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap hasil pemilihan umum. Masyarakat dapat merasa bahwa pemilu tidak lagi berlangsung secara jujur dan adil jika ada indikasi ASN berpihak kepada salah satu calon. Kepercayaan publik yang menurun dapat berujung pada konflik sosial yang lebih luas, yang pada akhirnya merusak tatanan demokrasi di daerah tersebut.

Ketiga, ketidaknetralan ASN juga bisa berdampak pada karier ASN itu sendiri. Dalam konteks ini, ASN yang terbukti tidak netral bisa dikenakan sanksi administratif hingga pemecatan. Sanksi ini bukan hanya merugikan ASN secara pribadi, tetapi juga bisa merusak reputasi instansi tempat mereka bekerja.

# Upaya Menjaga Netralitas ASN

Untuk menjaga netralitas ASN, berbagai upaya perlu terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat umum. Pemerintah, melalui Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), perlu meningkatkan pengawasan dan memberikan pembinaan kepada ASN agar mereka memahami pentingnya menjaga netralitas dalam setiap pemilu.

Selain itu, perlu ada sosialisasi yang intensif tentang peraturan-peraturan terkait netralitas ASN, baik melalui media cetak, elektronik, maupun digital. Dengan demikian, ASN dapat lebih memahami dan menghindari tindakan-tindakan yang dapat dianggap melanggar prinsip netralitas.

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengawasi netralitas ASN. Dengan partisipasi aktif masyarakat, pelanggaran netralitas ASN dapat segera terdeteksi dan dilaporkan kepada pihak yang berwenang untuk ditindaklanjuti. Partisipasi masyarakat ini juga bisa menjadi kontrol sosial yang efektif untuk mencegah ASN terlibat dalam politik praktis.

# Kesimpulan

Netralitas ASN merupakan pilar penting dalam menjaga keadilan dan integritas pemilihan umum. Dengan menjaga netralitas, ASN tidak hanya melaksanakan amanat undang-undang, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya proses demokrasi yang bersih dan transparan. Pada akhirnya, netralitas ASN adalah tanggung jawab bersama yang harus dijaga oleh setiap pegawai negeri sipil demi kebaikan masyarakat dan negara.

Rapat kerja pengawasan yang diadakan di Kelapa Kampit pada 2 September 2024 menjadi salah satu contoh konkret dari upaya untuk memastikan netralitas ASN menjelang pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Belitung Timur. Upaya ini perlu terus didukung dan dilaksanakan secara konsisten agar pemilu di Indonesia, khususnya di Belitung Timur, dapat berlangsung dengan jujur, adil, dan bebas dari intervensi pihak manapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun