Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru Biasa yang Luar Biasa: Sebuah Refleksi tentang Esensi Profesi Pendidik

31 Agustus 2024   01:23 Diperbarui: 31 Agustus 2024   01:34 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di beranda sosial media ada seorang guru menyampaikan pendapat yang mengundang banyak perhatian. Ia mengatakan, "Tidak apa-apa kan kalau jadi guru hanya fokus mendidik dan mengajar saja, tidak ingin jabatan lain, tidak ingin jadi guru penggerak, tidak ingin jadi kepala sekolah atau pengawas, hanya ingin jadi guru biasa yang berusaha memberikan yang terbaik dalam proses belajar mengajar?" Pernyataan ini memicu berbagai reaksi, mulai dari dukungan hingga kritik. Namun, di balik kesederhanaan pernyataan tersebut, terdapat sebuah pesan mendalam yang layak kita renungkan bersama tentang hakikat dan nilai sejati profesi guru di era modern ini.

# Esensi Profesi Guru: Kembali ke Akar

Perkataan guru tersebut sesungguhnya mengajak kita untuk kembali merefleksikan esensi terdalam dari profesi pendidik. Di tengah hiruk-pikuk dunia pendidikan yang semakin kompleks, dengan berbagai tuntutan administratif, target kurikulum, dan ekspektasi masyarakat yang terus meningkat, kita seringkali lupa bahwa inti dari profesi guru adalah mendidik dan mengajar.

Fokus pada tugas utama ini bukanlah sebuah kemunduran atau kurangnya ambisi. Sebaliknya, ini adalah sebuah pilihan sadar untuk mendalami dan mengoptimalkan peran yang paling fundamental dan berpengaruh dalam sistem pendidikan. Seorang guru yang memilih untuk "hanya" fokus pada pengajaran dan pendidikan sesungguhnya sedang memilih untuk menjadi ahli dalam bidang yang paling krusial bagi masa depan bangsa.

# Mitos Karir dan Kesuksesan dalam Dunia Pendidikan

Sering kali, kita terjebak dalam paradigma bahwa kesuksesan seorang guru diukur dari jabatan struktural yang dicapainya. Menjadi kepala sekolah, pengawas, atau menduduki posisi administratif lainnya seolah-olah menjadi indikator utama keberhasilan karir seorang pendidik. Namun, paradigma ini perlu dipertanyakan.

Apakah benar bahwa seorang guru yang tetap di kelas selama puluhan tahun, membentuk ribuan karakter siswa, dan menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif kurang sukses dibandingkan rekannya yang menjadi kepala sekolah? Jawabannya tentu tidak. Kesuksesan dalam dunia pendidikan seharusnya diukur dari dampak positif yang diberikan kepada peserta didik, bukan dari titel atau posisi struktural.

# Guru Penggerak: Antara Inovasi dan Konsistensi

Konsep guru penggerak yang belakangan ini gencar dipromosikan memang memiliki tujuan mulia untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, kita perlu berhati-hati agar tidak menciptakan dikotomi antara "guru biasa" dan "guru penggerak". Setiap guru, pada hakikatnya, adalah penggerak perubahan dalam skala mereka masing-masing.

Seorang guru yang konsisten memberikan yang terbaik dalam kelasnya, yang terus berinovasi dalam metode pengajaran, dan yang mampu menginspirasi siswanya untuk mencintai ilmu pengetahuan, sesungguhnya adalah guru penggerak dalam arti yang sebenarnya. Pergerakan tidak selalu harus ditandai dengan program-program besar atau perubahan sistemik; seringkali, perubahan paling signifikan terjadi melalui interaksi sehari-hari di dalam kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun