Tak kalah pentingnya adalah aspek keberlanjutan. Program pelatihan seringkali terjebak dalam siklus 'pelatihan-lupa-pelatihan lagi'. PembaTIK perlu memiliki mekanisme pendampingan jangka panjang dan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan bahwa keterampilan yang diperoleh benar-benar terimplementasi dan berkembang seiring waktu.
Terlepas dari berbagai catatan kritis di atas, PembaTIK tetap merupakan langkah berani dan diperlukan dalam upaya digitalisasi pendidikan Indonesia. Ini adalah pengakuan eksplisit bahwa guru, sebagai ujung tombak pendidikan, harus dibekali dengan keterampilan yang relevan untuk menghadapi tantangan era digital.
Namun, kesuksesan program ini tak bisa hanya bertumpu pada pundak pemerintah semata. Dibutuhkan kolaborasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan - mulai dari pemerintah daerah, manajemen sekolah, hingga orangtua dan masyarakat. Hanya dengan sinergi yang kuat, visi pendidikan digital yang inklusif dan berkualitas bisa terwujud.
PembaTIK bukan obat mujarab yang akan menyelesaikan seluruh tantangan pendidikan Indonesia dalam semalam. Ia adalah langkah awal yang penting dalam perjalanan panjang transformasi digital pendidikan kita.Â
Kini, tantangannya adalah memastikan bahwa momentum ini tidak hilang, dan bahwa setiap langkah ke depan membawa kita semakin dekat pada visi pendidikan Indonesia yang merdeka, adaptif, dan siap menghadapi masa depan.
Revolusi pendidikan digital Indonesia telah dimulai. PembaTIK adalah batu pijakannya. Sekarang, tinggal bagaimana kita semua, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan, turut berperan aktif dalam mewujudkan transformasi ini. Karena pada akhirnya, masa depan pendidikan Indonesia ada di tangan kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H