Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda-beda. Beberapa anak mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasai keterampilan membaca, dan hal ini tidak selalu berarti ada yang salah dengan sistem pendidikan atau guru mereka. Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mengidentifikasi dan memberikan dukungan khusus kepada anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca.
Fenomena siswa SMP yang belum bisa membaca memang merupakan masalah serius yang perlu ditangani. Namun, alih-alih mencari pihak yang harus disalahkan, kita perlu fokus pada solusi dan perbaikan sistem secara menyeluruh. Guru SD memang memiliki peran penting, tetapi mereka bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar membaca.
Mari kita jadikan fenomena ini sebagai momentum untuk melakukan introspeksi dan perbaikan di semua lini yang terkait dengan pendidikan anak-anak kita. Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, kita dapat berharap untuk melihat peningkatan kemampuan membaca siswa di masa depan, sehingga mereka dapat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan keterampilan dasar yang memadai.
Akhirnya, sebagai masyarakat, kita perlu mengembangkan budaya yang lebih apresiatif terhadap pendidikan dan literasi. Mendukung guru-guru kita, terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak, dan menciptakan lingkungan yang kaya akan literasi di rumah dan masyarakat adalah langkah-langkah konkret yang dapat kita ambil. Dengan demikian, kita tidak hanya mengatasi masalah saat ini, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H