Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Refleksi Kritis atas Kasus Pemalsuan Nilai Raport di PPDB 2024

7 Agustus 2024   00:01 Diperbarui: 7 Agustus 2024   16:43 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen indonesia.go.id 

Pertama, perlu ada penguatan sistem pengawasan dan verifikasi nilai raport. Teknologi seperti blockchain mungkin bisa dipertimbangkan untuk menciptakan sistem penilaian yang lebih transparan dan sulit dimanipulasi. Selain itu, audit berkala terhadap proses penilaian di sekolah juga perlu dilakukan.

Kedua, reformasi sistem PPDB perlu dipertimbangkan. Alih-alih hanya mengandalkan nilai akademik, mungkin sudah saatnya Indonesia mengadopsi sistem penerimaan yang lebih holistik, mempertimbangkan berbagai aspek kecerdasan dan bakat siswa. Ini bukan hanya akan mengurangi tekanan untuk memanipulasi nilai, tetapi juga menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif.

Ketiga, penguatan pendidikan karakter dan etika profesi bagi calon guru dan guru yang sudah bertugas. Ini bukan sekadar mata kuliah atau pelatihan formalitas, tetapi harus menjadi bagian integral dari pengembangan profesional guru secara berkelanjutan.

Keempat, perbaikan kesejahteraan dan kondisi kerja guru. Guru yang merasa dihargai dan didukung cenderung lebih mampu menjaga integritas profesionalnya. Ini termasuk perbaikan sistem remunerasi, pengembangan karir, dan dukungan psikososial.

Kelima, edukasi publik tentang pentingnya proses pendidikan, bukan hanya hasil. Masyarakat perlu memahami bahwa nilai bukanlah satu-satunya indikator keberhasilan pendidikan. Dengan demikian, tekanan untuk menghasilkan nilai tinggi dengan cara apapun bisa dikurangi.

Kasus pemalsuan nilai raport ini seharusnya menjadi momentum bagi kita semua untuk melakukan introspeksi dan perbaikan sistemik dalam dunia pendidikan Indonesia. Integritas bukan sekadar slogan, tetapi harus menjadi landasan setiap kebijakan dan praktik pendidikan.

Hanya dengan membangun sistem yang menghargai kejujuran dan kerja keras, kita bisa berharap menciptakan generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat.

Pada akhirnya, kasus ini mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan atau mencapai nilai tinggi. Pendidikan adalah tentang membentuk manusia seutuhnya, dengan karakter dan integritas yang kokoh. Dan dalam proses ini, guru memiliki peran yang tak tergantikan.

Oleh karena itu, menjaga dan meningkatkan integritas profesi guru adalah tanggung jawab bersama - pemerintah, institusi pendidikan, masyarakat, dan tentunya para guru sendiri.

Hanya dengan komitmen bersama inilah kita bisa berharap membangun sistem pendidikan yang benar-benar berkualitas dan berintegritas, demi masa depan Indonesia yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun