Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Refleksi Kritis atas Kasus Pemalsuan Nilai Raport di PPDB 2024

7 Agustus 2024   00:01 Diperbarui: 7 Agustus 2024   16:43 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelajar melintasi baliho ajakan melaporkan kalau ada pungli dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SMPN 22, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (20/6/2024). KOMPAS/AGUS SUSANTO

Ketiga, pemalsuan nilai merusak kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan. Masyarakat mengandalkan sekolah dan guru untuk memberikan penilaian yang objektif dan akurat atas kemampuan peserta didik.

Ketika kepercayaan ini dikhianati, dampaknya bisa sangat luas. Orang tua mungkin akan mempertanyakan validitas setiap nilai yang diterima anaknya, sementara perguruan tinggi dan dunia kerja bisa jadi meragukan kualifikasi lulusan sekolah.

Keempat, dari perspektif profesionalisme, tindakan ini mencoreng citra guru sebagai profesi yang terhormat. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik yang diharapkan menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral.

Ketika oknum guru terlibat dalam praktik curang, hal ini merusak reputasi seluruh komunitas guru, termasuk mereka yang telah berdedikasi dengan penuh integritas.

Dokumen indonesia.go.id 
Dokumen indonesia.go.id 
Namun, sebelum kita terburu-buru menghakimi, penting untuk memahami konteks yang lebih luas.

Mengapa seorang guru, yang telah mengabdikan hidupnya untuk mendidik, sampai nekat melakukan tindakan yang berisiko mencoreng karirnya? Apakah ini semata-mata masalah moral individu, atau ada faktor sistemik yang perlu kita address?

Salah satu faktor yang mungkin berkontribusi adalah tekanan yang dihadapi guru untuk menghasilkan prestasi akademik yang tinggi.

Dalam sistem pendidikan yang sering kali terlalu berorientasi pada hasil, guru mungkin merasa terpaksa mengambil "jalan pintas" demi memenuhi ekspektasi yang tidak realistis.

Ini bukan pembenaran, tetapi menunjukkan perlunya evaluasi terhadap sistem penilaian dan evaluasi kinerja guru yang lebih komprehensif.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kesenjangan kualitas antar sekolah yang masih signifikan. Keinginan kuat orang tua dan siswa untuk masuk ke sekolah favorit mencerminkan realitas bahwa tidak semua sekolah mampu memberikan kualitas pendidikan yang setara. Ini adalah tantangan sistemik yang memerlukan solusi jangka panjang, bukan sekadar mengandalkan kompetisi PPDB yang ketat.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun