Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Kritis atas Kasus Pemalsuan Nilai Raport di PPDB 2024

7 Agustus 2024   00:01 Diperbarui: 7 Agustus 2024   00:01 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen indonesia.go.id 

"Nilai sejati seorang guru tidak terletak pada angka di raport, tetapi pada karakter yang ia tanamkan dalam diri murid-muridnya."

Dunia pendidikan Indonesia kembali diguncang skandal yang mencoreng citra luhur profesi guru. Kasus pemalsuan nilai raport oleh oknum guru demi meloloskan siswanya ke sekolah favorit pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 telah memicu perdebatan sengit di kalangan pemangku kepentingan pendidikan. Tindakan yang dilakukan oleh segelintir oknum ini bukan hanya melanggar etika profesi, tetapi juga mengancam fondasi sistem pendidikan yang dibangun di atas prinsip kejujuran dan integritas.

Kasus ini menyoroti dilema yang dihadapi banyak guru di tengah tekanan untuk menghasilkan lulusan berkualitas dan memenuhi ekspektasi orang tua serta masyarakat. Namun, apakah tujuan mulia memajukan pendidikan dapat membenarkan cara-cara yang melanggar norma dan etika? Tentu saja tidak. Justru tindakan pemalsuan nilai ini kontraproduktif dengan esensi pendidikan itu sendiri.

Pertama, pemalsuan nilai mencederai prinsip keadilan dalam pendidikan. Sistem PPDB yang dirancang untuk memberikan kesempatan yang setara bagi seluruh peserta didik menjadi terdistorsi ketika ada manipulasi data. Siswa yang sebenarnya berprestasi dan berhak atas tempat di sekolah favorit terancam kehilangan kesempatannya. Hal ini bukan hanya merugikan individu, tetapi juga sistem pendidikan secara keseluruhan yang seharusnya menjunjung tinggi meritokrasi.

Kedua, tindakan ini mengirim pesan yang salah kepada peserta didik. Guru, sebagai role model, justru mengajarkan bahwa kecurangan adalah jalan pintas menuju kesuksesan. Padahal, salah satu tujuan utama pendidikan adalah membentuk karakter dan integritas generasi muda. Bagaimana mungkin kita berharap menciptakan generasi yang jujur dan berintegritas jika teladan mereka sendiri menunjukkan hal yang sebaliknya?

Ketiga, pemalsuan nilai merusak kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan. Masyarakat mengandalkan sekolah dan guru untuk memberikan penilaian yang objektif dan akurat atas kemampuan peserta didik. Ketika kepercayaan ini dikhianati, dampaknya bisa sangat luas. Orang tua mungkin akan mempertanyakan validitas setiap nilai yang diterima anaknya, sementara perguruan tinggi dan dunia kerja bisa jadi meragukan kualifikasi lulusan sekolah.

Keempat, dari perspektif profesionalisme, tindakan ini mencoreng citra guru sebagai profesi yang terhormat. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik yang diharapkan menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral. Ketika oknum guru terlibat dalam praktik curang, hal ini merusak reputasi seluruh komunitas guru, termasuk mereka yang telah berdedikasi dengan penuh integritas.

Namun, sebelum kita terburu-buru menghakimi, penting untuk memahami konteks yang lebih luas. Mengapa seorang guru, yang telah mengabdikan hidupnya untuk mendidik, sampai nekat melakukan tindakan yang berisiko mencoreng karirnya? Apakah ini semata-mata masalah moral individu, atau ada faktor sistemik yang perlu kita address?

Salah satu faktor yang mungkin berkontribusi adalah tekanan yang dihadapi guru untuk menghasilkan prestasi akademik yang tinggi. Dalam sistem pendidikan yang sering kali terlalu berorientasi pada hasil, guru mungkin merasa terpaksa mengambil "jalan pintas" demi memenuhi ekspektasi yang tidak realistis. Ini bukan pembenaran, tetapi menunjukkan perlunya evaluasi terhadap sistem penilaian dan evaluasi kinerja guru yang lebih komprehensif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun