Kedelapan, simulasi ANBK juga berfungsi sebagai sarana sosialisasi tentang pentingnya integritas akademik dalam era digital.Â
Siswa perlu memahami bahwa meskipun ujian dilakukan secara digital, prinsip-prinsip kejujuran dan etika tetap berlaku. Simulasi memberikan kesempatan bagi guru untuk menekankan pentingnya nilai-nilai ini dan menjelaskan konsekuensi dari pelanggaran etika akademik dalam konteks ujian digital.
Kesembilan, simulasi dapat membantu mengoptimalkan pengaturan lingkungan ujian.Â
Melalui simulasi, sekolah dapat menentukan pengaturan terbaik untuk laboratorium komputer, termasuk jarak antar komputer, pencahayaan, dan ventilasi, untuk memastikan kenyamanan dan konsentrasi maksimal siswa selama ujian.
Terakhir, simulasi ANBK juga berfungsi sebagai persiapan psikologis bagi siswa.Â
Dengan mengalami situasi yang mirip dengan ujian sebenarnya, siswa dapat mengembangkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi tekanan dan kecemasan. Hal ini sangat penting mengingat kondisi mental yang stabil dapat sangat mempengaruhi performa siswa dalam ujian.
Inisiatif SMK Negeri 1 Kelapa Kampit dalam melaksanakan simulasi ANBK patut diapresiasi. Dengan melibatkan 50 siswa dalam dua sesi, sekolah ini telah memberikan kesempatan berharga bagi para siswanya untuk mempersiapkan diri menghadapi era penilaian digital. Peran aktif Pak Budiman Firdaus sebagai Wakil Kepala Kurikulum, Bu Fitriani sebagai guru TKJ, dan Bu Erlina Angliati sebagai laboran menunjukkan komitmen sekolah dalam memastikan kesiapan siswanya.
Namun, penting untuk diingat bahwa simulasi ANBK bukanlah solusi instan. Ini adalah bagian dari proses persiapan yang lebih luas dan berkelanjutan. Sekolah perlu terus mengevaluasi dan meningkatkan kualitas simulasi mereka, mempertimbangkan umpan balik dari siswa dan guru, serta menyesuaikan dengan perkembangan teknologi terbaru.
Dalam konteks yang lebih luas, simulasi ANBK juga merefleksikan tantangan yang dihadapi sistem pendidikan Indonesia dalam mengadopsi teknologi. Ini adalah langkah penting menuju modernisasi pendidikan, tetapi juga menuntut investasi yang signifikan dalam infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia.
Kesimpulannya, simulasi ANBK bukan hanya persiapan teknis, tetapi juga investasi dalam membangun generasi yang siap menghadapi era digital.Â
Melalui simulasi yang terencana dengan baik, sekolah tidak hanya mempersiapkan siswa untuk menghadapi ANBK, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk sukses di dunia yang semakin bergantung pada teknologi. Inisiatif seperti yang dilakukan oleh SMK Negeri 1 Kelapa Kampit adalah langkah positif yang patut dicontoh oleh sekolah-sekolah lain di seluruh Indonesia, demi memastikan bahwa tidak ada siswa yang tertinggal dalam era penilaian digital ini.