Dalam dunia pendidikan, kita sering mendengar istilah "gaya belajar" yang digunakan untuk mengategorikan peserta didik berdasarkan cara mereka menyerap informasi. Konsep ini telah lama dianggap sebagai landasan penting dalam pembelajaran terdiferensiasi.Â
Namun, seiring berkembangnya penelitian dan pemahaman kita tentang proses belajar, sudah saatnya kita meninjau ulang pendekatan ini dan mempertimbangkan alternatif yang lebih efektif.
Miskonsepsi yang Merugikan
Salah satu miskonsepsi utama dalam pembelajaran terdiferensiasi adalah kecenderungan untuk mengkategorikan peserta didik ke dalam gaya belajar yang spesifik.Â
Pendidik sering memberi label seperti "pelajar auditori", "pelajar visual", atau "pelajar kinestetik" kepada siswa mereka. Meskipun niatnya baik, praktik ini sebenarnya dapat merugikan perkembangan peserta didik dalam jangka panjang.
Ketika kita memberi label gaya belajar kepada peserta didik, kita tanpa sadar membatasi potensi mereka. Peserta didik mungkin mulai percaya bahwa gaya belajar tersebut adalah bagian tak terpisahkan dari kepribadian mereka, sesuatu yang tidak bisa diubah.Â
Akibatnya, mereka mungkin enggan atau bahkan menolak untuk mencoba metode belajar lain yang sebenarnya bisa sangat bermanfaat bagi mereka.
Realitanya, kemampuan belajar manusia jauh lebih kompleks dan dinamis. Setiap individu memiliki potensi untuk belajar melalui berbagai cara, tergantung pada konteks, materi, dan situasi.Â
Dengan mengunci peserta didik dalam satu gaya belajar, kita justru menghambat fleksibilitas dan adaptabilitas mereka - keterampilan yang sangat penting di era yang terus berubah ini.
Pengelompokan yang Kontraproduktif