Lalu, bagaimana sebaiknya kita menyikapi hari kelahiran seseorang? Dalam Islam, konsep syukur atas nikmat kehidupan sebenarnya dapat diimplementasikan setiap hari, bukan hanya setahun sekali. Alih-alih memusatkan perhatian pada satu hari khusus, kita bisa menghargai keberadaan seseorang secara konsisten melalui perbuatan baik dan dukungan yang tulus.
Jika memang ingin memberikan perhatian khusus pada hari kelahiran, mengapa tidak memilih cara-cara yang lebih bermakna dan bermanfaat? Misalnya, mengajak orang tersebut untuk melakukan amal baik bersama, seperti menyantuni anak yatim atau membersihkan lingkungan. Atau mungkin menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga dan teman-teman terdekat dalam suasana yang tenang dan reflektif.
Bagi mereka yang masih ingin memberikan kejutan, ada banyak alternatif yang lebih aman dan thoughtful. Menulis surat penghargaan, menyiapkan hadiah kecil yang bermakna, atau bahkan sekadar mengucapkan kata-kata tulus bisa menjadi cara yang jauh lebih berarti dibandingkan kejutan yang berisiko.
Penting juga untuk mempertimbangkan preferensi individu. Tidak semua orang menyukai kejutan atau perayaan besar-besaran. Menghormati keinginan seseorang untuk merayakan atau tidak merayakan hari kelahirannya adalah bentuk penghargaan yang sesungguhnya.
Tradisi kejutan ulang tahun mungkin berakar dari niat baik untuk membuat seseorang merasa istimewa. Namun, kita perlu menyadari bahwa kebahagiaan dan penghargaan tidak selalu harus ditunjukkan melalui cara-cara yang berisiko atau berlebihan. Kesederhanaan, ketulusan, dan konsistensi dalam menunjukkan kasih sayang sehari-hari jauh lebih berharga daripada satu momen kejutan yang bisa jadi malah kontraproduktif.
Sebagai masyarakat yang bijak, sudah saatnya kita mengevaluasi kembali tradisi-tradisi yang kita adopsi dan praktikkan. Apakah tradisi tersebut benar-benar membawa manfaat dan sesuai dengan nilai-nilai yang kita junjung? Atau justru hanya mengikuti arus tanpa mempertimbangkan konsekuensinya?
Kejadian tragis di SMA Negeri 1 Cawas seharusnya menjadi titik balik bagi kita semua. Ini adalah momen untuk introspeksi dan mempertimbangkan kembali cara-cara kita menunjukkan apresiasi kepada orang-orang yang kita sayangi. Bukankah lebih baik menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang setiap hari, daripada mengandalkan satu momen kejutan yang berisiko?
Dalam konteks pendidikan, sekolah-sekolah perlu mengambil langkah tegas untuk mencegah praktik-praktik yang berpotensi membahayakan siswa. Kebijakan yang jelas mengenai perayaan ulang tahun di lingkungan sekolah harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh warga sekolah. Edukasi tentang cara-cara yang lebih positif dan aman untuk menghargai teman juga perlu diberikan secara berkelanjutan.
Pada akhirnya, kita semua bertanggung jawab untuk menciptakan budaya yang lebih baik dan aman bagi generasi mendatang. Dengan meninjau kembali tradisi kejutan ulang tahun dan menggantinya dengan praktik-praktik yang lebih bermakna, kita bisa memulai perubahan kecil yang berdampak besar.
Mari kita jadikan tragedi di Klaten sebagai pelajaran berharga. Bukan untuk menghilangkan kegembiraan dalam hidup, tetapi untuk menemukan cara-cara yang lebih bijak, aman, dan bermakna dalam menunjukkan kasih sayang dan penghargaan kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan begitu, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih peduli, reflektif, dan menghargai kehidupan dalam arti yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H