Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menimbang Ulang Kejutan Ulang Tahun: Antara Tradisi dan Tragedi

11 Juli 2024   00:01 Diperbarui: 11 Juli 2024   00:51 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kebahagiaan sejati datang dari kesederhanaan dan ketulusan, bukan dari kehebohan sesaat yang berisiko."

Beberapa hari ini, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh peristiwa tragis yang terjadi di SMA Negeri 1 Cawas, Klaten. Seorang siswa meninggal dunia akibat kejutan ulang tahun yang berujung fatal. Kejadian ini membuka mata kita terhadap tradisi yang selama ini dianggap menyenangkan, namun ternyata menyimpan potensi bahaya yang tidak disadari. Sudah saatnya kita mengevaluasi kembali kebiasaan ini dan mempertimbangkan alternatif yang lebih aman dan bermakna.

Kejutan ulang tahun telah menjadi fenomena global yang diadopsi oleh berbagai kalangan, termasuk di Indonesia. Namun, apakah kita pernah berhenti sejenak untuk memikirkan asal-usul dan makna di balik tradisi ini? Dalam ajaran Islam, misalnya, tidak ada anjuran khusus untuk merayakan hari kelahiran seseorang. Bahkan, beberapa ulama berpendapat bahwa perayaan ulang tahun termasuk bid'ah atau inovasi dalam agama yang tidak memiliki landasan kuat.

Terlepas dari pandangan agama, mari kita tinjau kembali esensi dari sebuah kejutan ulang tahun. Apakah mengagetkan seseorang, bahkan hingga membuatnya takut atau panik, merupakan cara yang tepat untuk menunjukkan kasih sayang dan penghargaan? Bukankah ada cara-cara lain yang lebih bermakna dan aman untuk merayakan keberadaan seseorang dalam hidup kita?

Kejadian di SMA Negeri 1 Cawas bukanlah insiden pertama di mana kejutan ulang tahun berakhir dengan tragedi. Beberapa tahun lalu, seorang remaja di Surabaya juga meninggal dunia setelah terjatuh dari motor akibat dikerjai teman-temannya saat ulang tahun. Kasus-kasus seperti ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi kita semua bahwa apa yang dianggap sebagai "kegembiraan" bisa berubah menjadi malapetaka dalam sekejap mata.

Selain risiko fisik, kejutan ulang tahun juga dapat menimbulkan dampak psikologis yang tidak diinginkan. Tidak semua orang merasa nyaman menjadi pusat perhatian secara tiba-tiba. Bagi mereka yang memiliki kecemasan sosial atau pengalaman traumatis di masa lalu, kejutan semacam ini bisa memicu stres dan ketidaknyamanan yang serius.

Lebih jauh lagi, budaya kejutan ulang tahun seringkali mendorong perilaku berlebihan dan pemborosan. Demi menciptakan momen yang "spektakuler", tidak jarang orang-orang rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar atau melakukan tindakan ekstrem yang sebenarnya tidak perlu. Hal ini bertentangan dengan prinsip kesederhanaan dan kebijaksanaan dalam mengelola sumber daya yang diajarkan oleh banyak agama dan filosofi hidup.

Lalu, bagaimana sebaiknya kita menyikapi hari kelahiran seseorang? Dalam Islam, konsep syukur atas nikmat kehidupan sebenarnya dapat diimplementasikan setiap hari, bukan hanya setahun sekali. Alih-alih memusatkan perhatian pada satu hari khusus, kita bisa menghargai keberadaan seseorang secara konsisten melalui perbuatan baik dan dukungan yang tulus.

Jika memang ingin memberikan perhatian khusus pada hari kelahiran, mengapa tidak memilih cara-cara yang lebih bermakna dan bermanfaat? Misalnya, mengajak orang tersebut untuk melakukan amal baik bersama, seperti menyantuni anak yatim atau membersihkan lingkungan. Atau mungkin menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga dan teman-teman terdekat dalam suasana yang tenang dan reflektif.

Bagi mereka yang masih ingin memberikan kejutan, ada banyak alternatif yang lebih aman dan thoughtful. Menulis surat penghargaan, menyiapkan hadiah kecil yang bermakna, atau bahkan sekadar mengucapkan kata-kata tulus bisa menjadi cara yang jauh lebih berarti dibandingkan kejutan yang berisiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun