Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Shalat Kita Telah Membawa Manfaat?

5 Juli 2024   00:01 Diperbarui: 5 Juli 2024   00:02 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen NU online 

"Shalat yang bermakna bukan diukur dari kesempurnaan gerakannya, tapi dari perubahan yang dihasilkannya."

Shalat, sebagai salah satu pilar utama dalam Islam, memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam kehidupan seorang muslim. Namun, seringkali kita terjebak dalam rutinitas dan melupakan esensi sejati dari ibadah ini. Doa yang diriwayatkan oleh Abu Daud, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari shalat yang tidak membawa manfaat," menjadi titik tolak yang krusial untuk memahami betapa pentingnya kualitas dalam beribadah, khususnya dalam pelaksanaan shalat.

Shalat bukan sekadar ritual fisik yang dilakukan lima kali sehari. Ia adalah manifestasi dari hubungan intim antara seorang hamba dengan Penciptanya. Dalam konteks ini, shalat menjadi sarana komunikasi langsung dengan Allah, sebuah momen sakral di mana seorang muslim dapat melepaskan diri dari hiruk-pikuk duniawi dan fokus sepenuhnya pada Yang Maha Kuasa. Namun, pertanyaannya adalah, apakah setiap shalat yang kita lakukan telah membawa manfaat yang seharusnya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menyelami lebih dalam makna dari "shalat yang bermanfaat". Pertama-tama, shalat yang bermanfaat adalah shalat yang dilakukan dengan keikhlasan. Ikhlas berarti melakukan ibadah semata-mata karena Allah, bukan karena motif lain seperti riya' (pamer) atau mencari pujian manusia. Keikhlasan ini menjadi fondasi utama yang menentukan apakah shalat kita diterima atau tidak di sisi Allah.

Selain keikhlasan, shalat yang bermanfaat juga harus dilakukan dengan pemahaman dan penghayatan yang mendalam. Ini melibatkan konsentrasi penuh (khusyu') saat melaksanakan setiap gerakan dan bacaan dalam shalat. Ketika kita mampu mencapai tingkat khusyu' ini, shalat tidak lagi terasa sebagai beban atau rutinitas kosong, melainkan menjadi sumber ketenangan dan kekuatan spiritual.

Lebih jauh lagi, shalat yang bermanfaat seharusnya mampu membentuk karakter dan perilaku seseorang menjadi lebih baik. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, shalat seharusnya mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Ini mengindikasikan bahwa dampak shalat tidak terbatas pada saat pelaksanaannya saja, tetapi harus terefleksi dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim.

Namun, realitasnya, banyak di antara kita yang masih terjebak dalam shalat yang "tidak membawa manfaat". Ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti kurangnya pemahaman tentang makna shalat, ketidakmampuan untuk fokus, atau bahkan ketidakpedulian terhadap kualitas ibadah yang dilakukan. Shalat semacam ini, meskipun secara lahiriah tampak sempurna, sesungguhnya kosong dari ruh dan esensi yang seharusnya.

Untuk menghindari jebakan shalat yang tidak bermanfaat, penting bagi setiap muslim untuk terus-menerus meningkatkan kualitas shalatnya. Ini bisa dimulai dengan memperdalam pemahaman tentang makna setiap gerakan dan bacaan dalam shalat. Misalnya, ketika mengucapkan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar), seorang muslim seharusnya benar-benar menghayati kebesaran Allah dan merasakan betapa kecilnya diri di hadapan-Nya.

Selain itu, penting juga untuk memperhatikan aspek-aspek teknis shalat, seperti terpenuhinya rukun-rukun, syarat-syarat, dan hal-hal yang wajib dalam shalat. Namun, perhatian pada aspek teknis ini tidak boleh mengalahkan fokus pada esensi spiritual shalat itu sendiri. Keduanya harus berjalan seimbang untuk mencapai shalat yang benar-benar bermanfaat.

Lebih lanjut, shalat yang bermanfaat juga harus mampu membawa perubahan positif dalam kehidupan seseorang. Ini bisa terlihat dari bagaimana seorang muslim menjadi lebih disiplin, lebih jujur, lebih peduli pada sesama, dan lebih takut untuk melakukan dosa dan maksiat. Jika shalat tidak membawa perubahan-perubahan ini, maka perlu dilakukan introspeksi mendalam tentang kualitas shalat yang telah dilakukan.

Penting juga untuk diingat bahwa shalat bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu kedekatan dengan Allah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, shalat yang bermanfaat seharusnya mampu meningkatkan kesadaran spiritual seseorang dan memperkuat hubungannya dengan Allah.

Dalam konteks ini, doa Nabi Muhammad yang memohon perlindungan dari shalat yang tidak bermanfaat menjadi sangat relevan. Doa ini menunjukkan betapa pentingnya kualitas shalat, bukan hanya kuantitasnya. Ini juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga dan meningkatkan kualitas shalat kita.

Untuk mencapai shalat yang benar-benar bermanfaat, diperlukan usaha dan kesadaran yang konsisten. Ini bisa dimulai dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum shalat, baik secara fisik maupun mental. Wudhu yang sempurna, pakaian yang bersih, dan tempat yang nyaman untuk shalat bisa membantu menciptakan suasana yang kondusif untuk beribadah.

Selain itu, penting juga untuk selalu mengingat bahwa shalat adalah kesempatan istimewa untuk berkomunikasi langsung dengan Allah. Dengan kesadaran ini, seharusnya kita bisa lebih menghargai dan memanfaatkan setiap momen dalam shalat dengan sebaik-baiknya.

Pada akhirnya, shalat yang bermanfaat adalah shalat yang mampu mentransformasi diri kita menjadi hamba Allah yang lebih baik. Ia tidak hanya menjadi rutinitas kosong, tetapi menjadi sumber kekuatan dan inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Shalat semacam ini akan membawa kedamaian dalam hati, ketenangan dalam jiwa, dan keberkahan dalam hidup.

Sebagai penutup, mari kita renungkan kembali doa Nabi Muhammad dan jadikan itu sebagai motivasi untuk terus meningkatkan kualitas shalat kita. Semoga kita semua dijauhkan dari shalat yang tidak bermanfaat dan diberikan kemampuan untuk melaksanakan shalat yang benar-benar bermakna dan berdampak positif dalam kehidupan kita. Dengan demikian, kita bisa berharap untuk mencapai tingkatan tertinggi dalam ibadah dan meraih ridha Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun