"Mengejar kekayaan adalah baik, tapi memperkaya diri dengan pengetahuan dan keterampilan adalah lebih baik."
Indonesia saat ini berada di ambang periode bonus demografi, sebuah fase di mana jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada penduduk usia non-produktif. Situasi ini seharusnya menjadi peluang emas bagi kemajuan ekonomi negara.Â
Namun, di tengah optimisme tersebut, muncul sebuah pesan yang kian populer di kalangan anak muda: "jangan menua sebelum kaya". Slogan ini mencerminkan kecemasan generasi muda akan masa depan finansial mereka, sekaligus menggambarkan realitas sosial-ekonomi yang kompleks di Indonesia.
Ketika kita menilik lebih dalam profil keluarga di Indonesia, kita akan menemukan beragam tantangan yang dihadapi oleh generasi muda. Banyak dari mereka yang terjebak dalam siklus kemiskinan, berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi mencapai kekayaan.Â
Di sisi lain, sebagian anak muda dari keluarga menengah ke atas merasa tertekan untuk minimal mempertahankan, jika tidak meningkatkan, standar hidup orang tua mereka. Kedua kelompok ini sama-sama merasakan urgensi untuk menjadi "kaya" sebelum usia mereka bertambah.
Namun, apakah pesan "jangan menua sebelum kaya" ini sejalan dengan harapan akan bonus demografi? Atau justru bertentangan?
Bonus demografi seharusnya membawa angin segar bagi perekonomian. Dengan melimpahnya tenaga kerja produktif, diharapkan produktivitas nasional akan meningkat, investasi akan bertumbuh, dan kesejahteraan masyarakat akan membaik. Tetapi realitasnya tidak sesederhana itu. Tanpa persiapan yang matang, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana demografi.
Salah satu kunci untuk mengoptimalkan bonus demografi adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ini berarti investasi besar-besaran dalam pendidikan, pelatihan keterampilan, dan penciptaan lapangan kerja yang layak.Â
Namun, ketika fokus generasi muda teralihkan pada upaya cepat untuk menjadi kaya, ada risiko bahwa mereka akan mengabaikan pengembangan diri jangka panjang demi keuntungan finansial jangka pendek.
Di satu sisi, semangat untuk mencapai kesuksesan finansial di usia muda bisa menjadi pendorong inovasi dan kewirausahaan. Banyak startup dan bisnis baru yang lahir dari tekad anak muda untuk "menjadi kaya". Ini sejalan dengan harapan bonus demografi, di mana kreativitas dan produktivitas generasi muda bisa menjadi motor penggerak ekonomi.