Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membumikan Sastra di Sekolah melalui Kurikulum Merdeka

21 Mei 2024   14:35 Diperbarui: 21 Mei 2024   14:37 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sastra adalah cermin peradaban, membacanya membuka jendela bagi jiwa untuk memahami kemanusiaan."

Pendidikan sastra merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan karakter dan peradaban suatu bangsa. Sayangnya, selama ini pembelajaran sastra di sekolah cenderung terabaikan dan kurang mendapat perhatian yang serius. Padahal, sastra memiliki peran strategis dalam menumbuhkan kecintaan membaca, meningkatkan kemampuan literasi, serta mengembangkan daya kritis, kreativitas, dan kepekaan sosial-budaya siswa.

Langkah positif telah diambil oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui program Sastra Masuk Kurikulum yang diintegrasikan ke dalam Kurikulum Merdeka. Program ini bertujuan untuk merevitalisasi pembelajaran sastra di sekolah dan membantu para guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara efektif.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, menegaskan bahwa salah satu tujuan utama Kurikulum Merdeka adalah menumbuhkan kemampuan literasi siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa perlu terpapar dengan buku-buku bermutu, khususnya karya sastra. Namun, membaca bukan sesuatu yang alamiah dan harus diupayakan secara sistematis.

Anindito mengatakan, "Supaya membaca sastra bisa menjadi pengalaman yang transformatif, tidak cukup meminta murid membaca bukunya, apalagi cuma memajang bukunya. Harus ada kegiatan-kegiatan, terutama untuk memandu anak-anak membaca, menganalisis, mendiskusikan buku tersebut, mengubah bentuknya dari prosa menjadi puisi, dari karya fiksi menjadi analisis sastra, dari teks tertulis menjadi drama dan menjadi film."

Pernyataan Anindito ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik dalam pembelajaran sastra di sekolah. Membaca karya sastra tidak hanya sebatas kegiatan pasif, melainkan harus diikuti dengan aktivitas-aktivitas yang mengajak siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam mengeksplorasi isi, makna, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Melalui kegiatan membaca, menganalisis, mendiskusikan, dan mengubah bentuk karya sastra, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan literasi yang lebih mendalam. Mereka tidak hanya memahami isi cerita, tetapi juga mampu menangkap pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pengarang. Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat merangsang daya kritis dan kreativitas siswa dalam menginterpretasi dan memaknai karya sastra.

Pembelajaran sastra yang interaktif dan partisipatif ini sejalan dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pembelajaran yang bermakna, kontekstual, dan berorientasi pada pembentukan karakter serta pengembangan potensi siswa secara holistik. Dengan demikian, program Sastra Masuk Kurikulum bukan hanya sekedar upaya memasukkan karya sastra ke dalam kurikulum, tetapi lebih jauh lagi, bertujuan untuk menjadikan sastra sebagai media pembelajaran yang hidup dan bermakna bagi siswa.

Melalui karya sastra, siswa dapat mempelajari berbagai nilai-nilai luhur seperti kemanusiaan, persahabatan, cinta kasih, toleransi, dan perjuangan. Karya-karya sastra klasik Indonesia, seperti Babad Tanah Jawi, Serat Centini, Negarakertagama, dan puisi-puisi Chairil Anwar, Taufiq Ismail, dan Goenawan Mohamad, kaya akan nilai-nilai kearifan lokal dan nasionalisme yang dapat membentuk karakter positif siswa.

Di sisi lain, karya-karya sastra modern, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, juga dapat membuka wawasan siswa tentang isu-isu global seperti keberagaman budaya, permasalahan sosial, dan lingkungan hidup. Dengan membaca dan menganalisis karya-karya tersebut, siswa dapat mengembangkan kepekaan sosial-budaya serta memupuk rasa empati dan toleransi terhadap perbedaan.

Keberhasilan program Sastra Masuk Kurikulum tentunya tidak terlepas dari peran guru sebagai fasilitator dan motivator. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, memilih karya sastra yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, serta merancang kegiatan pembelajaran yang menarik dan menantang. Selain itu, guru juga harus memiliki kompetensi yang memadai dalam mengajarkan sastra, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan mengapresiasi karya sastra.

Dukungan dari pihak sekolah dan orang tua juga sangat diperlukan untuk menyukseskan program ini. Sekolah perlu menyediakan fasilitas yang memadai, seperti perpustakaan yang lengkap dengan koleksi buku sastra, ruang teater atau pertunjukan, serta sarana pendukung lainnya. Sementara itu, orang tua diharapkan dapat berperan aktif dalam mendukung minat baca anak-anak dan memberikan motivasi serta bimbingan dalam mengapresiasi karya sastra.

Dengan mengintegrasikan sastra ke dalam Kurikulum Merdeka, diharapkan pembelajaran di sekolah tidak hanya berfokus pada penguasaan materi akademik semata, tetapi juga mampu membentuk karakter dan kepribadian siswa yang kaya akan nilai-nilai kemanusiaan. Sastra dapat menjadi jendela untuk memahami keberagaman budaya, mengembangkan empati, dan menumbuhkan apresiasi terhadap kekayaan khazanah literasi bangsa.

Pada akhirnya, program Sastra Masuk Kurikulum merupakan langkah strategis untuk membumikan sastra di sekolah dan menjadikannya sebagai bagian integral dari proses pendidikan yang holistik. Dengan mengintegrasikan sastra ke dalam pembelajaran, kita tidak hanya mengembangkan kemampuan literasi siswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur yang akan membentuk generasi muda yang cerdas, kreatif, peka terhadap permasalahan sosial-budaya, dan berkarakter kuat sebagai warga negara Indonesia yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun