Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Bahagia: Membangun Pondasi Kuat untuk Masa Depan Cerah

8 Mei 2024   20:04 Diperbarui: 8 Mei 2024   20:16 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sependapat dengan pandangan Y. Priyono Pasti dalam tulisannya "Sekolah Bahagia" di Kompas. 

Sebagai seorang guru, kita memang seharusnya tidak mengasingkan para murid dari kebahagiaan masa kini mereka yang penuh dengan dinamika dan spontanitas.

Terlalu sering kita sebagai pendidik terjebak dalam pemikiran sempit bahwa kebahagiaan anak harus dikorbankan demi masa depan cemerlang yang belum tentu pasti terwujud. Padahal, kebahagiaan di masa kini adalah hak setiap anak dan justru akan menjadi pondasi kokoh bagi mereka untuk meraih kesuksesan di masa mendatang.

Mengutamakan Masa Depan dengan Mengorbankan Kebahagiaan Kekinian Anak

Dalam dunia pendidikan saat ini, sayangnya masih banyak guru dan sekolah yang terlalu menekankan pada persiapan masa depan anak dengan memberikan beban yang berlebihan. Mereka mensyaratkan nilai sempurna, mewajibkan anak mengikuti banyak kegiatan ekstrakurikuler, dan menerapkan aturan yang kaku tanpa mempertimbangkan aspek kebahagiaan anak. Dalih yang sering digunakan adalah untuk mempersiapkan anak meraih masa depan yang gemilang. Namun, tanpa disadari, kita telah mencerabut kebahagiaan alami anak di masa kini mereka.

Dampak Negatif Mengabaikan Kebahagiaan Anak

Mengabaikan kebahagiaan anak demi mengejar kesuksesan di masa depan dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan bagi perkembangan anak secara menyeluruh. Beban yang berlebihan dapat menyebabkan anak merasa tertekan, frustasi, dan kehilangan motivasi belajar. Anak-anak yang selalu diatur dan dibatasi ruang geraknya akan merasa tidak bebas untuk bereksplorasi, berkreasi, dan mengekspresikan diri secara leluasa. Hal ini dapat menghambat perkembangan kreativitas, rasa ingin tahu, dan kemandirian mereka.

Selain itu, mengabaikan kebahagiaan anak juga dapat berdampak pada kesehatan mental dan emosional mereka. Anak-anak yang selalu merasa tidak bahagia dan tertekan dapat mengalami masalah seperti stres, kecemasan, bahkan depresi. Kondisi ini tentu tidak kondusif bagi proses belajar dan tumbuh kembang mereka.

Mengutamakan Kebahagiaan Anak Tanpa Mengabaikan Pendidikan

Tentunya, ini bukan berarti kita harus membiarkan anak-anak sepenuhnya tanpa bimbingan dan arahan. Peran guru tetap sangat penting dalam memberikan pendidikan dan nilai-nilai positif. Namun, cara kita mendidik harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan dilakukan dengan penuh kasih sayang serta kepedulian pada kebahagiaan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun