Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Bahagia: Membangun Pondasi Kuat untuk Masa Depan Cerah

8 Mei 2024   20:04 Diperbarui: 8 Mei 2024   20:16 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kompas 

Saya sependapat dengan pandangan Y. Priyono Pasti dalam tulisannya "Sekolah Bahagia" di Kompas. 

Sebagai seorang guru, kita memang seharusnya tidak mengasingkan para murid dari kebahagiaan masa kini mereka yang penuh dengan dinamika dan spontanitas.

Terlalu sering kita sebagai pendidik terjebak dalam pemikiran sempit bahwa kebahagiaan anak harus dikorbankan demi masa depan cemerlang yang belum tentu pasti terwujud. Padahal, kebahagiaan di masa kini adalah hak setiap anak dan justru akan menjadi pondasi kokoh bagi mereka untuk meraih kesuksesan di masa mendatang.

Mengutamakan Masa Depan dengan Mengorbankan Kebahagiaan Kekinian Anak

Dalam dunia pendidikan saat ini, sayangnya masih banyak guru dan sekolah yang terlalu menekankan pada persiapan masa depan anak dengan memberikan beban yang berlebihan. Mereka mensyaratkan nilai sempurna, mewajibkan anak mengikuti banyak kegiatan ekstrakurikuler, dan menerapkan aturan yang kaku tanpa mempertimbangkan aspek kebahagiaan anak. Dalih yang sering digunakan adalah untuk mempersiapkan anak meraih masa depan yang gemilang. Namun, tanpa disadari, kita telah mencerabut kebahagiaan alami anak di masa kini mereka.

Dampak Negatif Mengabaikan Kebahagiaan Anak

Mengabaikan kebahagiaan anak demi mengejar kesuksesan di masa depan dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan bagi perkembangan anak secara menyeluruh. Beban yang berlebihan dapat menyebabkan anak merasa tertekan, frustasi, dan kehilangan motivasi belajar. Anak-anak yang selalu diatur dan dibatasi ruang geraknya akan merasa tidak bebas untuk bereksplorasi, berkreasi, dan mengekspresikan diri secara leluasa. Hal ini dapat menghambat perkembangan kreativitas, rasa ingin tahu, dan kemandirian mereka.

Selain itu, mengabaikan kebahagiaan anak juga dapat berdampak pada kesehatan mental dan emosional mereka. Anak-anak yang selalu merasa tidak bahagia dan tertekan dapat mengalami masalah seperti stres, kecemasan, bahkan depresi. Kondisi ini tentu tidak kondusif bagi proses belajar dan tumbuh kembang mereka.

Mengutamakan Kebahagiaan Anak Tanpa Mengabaikan Pendidikan

Tentunya, ini bukan berarti kita harus membiarkan anak-anak sepenuhnya tanpa bimbingan dan arahan. Peran guru tetap sangat penting dalam memberikan pendidikan dan nilai-nilai positif. Namun, cara kita mendidik harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan dilakukan dengan penuh kasih sayang serta kepedulian pada kebahagiaan mereka.

Kita bisa menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, aman, dan menghargai kreativitas serta keunikan setiap anak. Misalnya, dengan menerapkan metode pembelajaran yang interaktif, melibatkan anak secara aktif, dan memberikan ruang bagi mereka untuk bereksplorasi sesuai minat masing-masing. Dengan demikian, anak-anak akan merasa bahagia dalam proses belajar dan tumbuh sesuai dengan potensi masing-masing.

Selain itu, kita juga perlu mengakui bahwa kebahagiaan anak tidak selalu berarti kebebasan tanpa batas. Ada kalanya, mereka membutuhkan batasan dan aturan yang jelas untuk membimbing perilaku mereka. Namun, batasan tersebut harus disampaikan dengan cara yang bijak, penuh pengertian, dan tetap menghargai hak-hak anak sebagai individu yang unik.

Menjaga Keseimbangan antara Kebahagiaan Kekinian dan Persiapan Masa Depan

Pada dasarnya, kebahagiaan anak di masa kini dan persiapan mereka untuk masa depan bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Keduanya justru harus berjalan seimbang dan saling melengkapi. Kebahagiaan hari ini akan menjadi fondasi bagi anak untuk tumbuh menjadi individu yang sehat secara mental dan emosional. Dengan kondisi seperti ini, mereka akan memiliki bekal yang kuat untuk mewujudkan masa depan yang cemerlang sesuai dengan potensi masing-masing.

Sebagai guru, tugas kita adalah memfasilitasi perkembangan anak secara holistik, tidak hanya dari segi akademis, tetapi juga dari segi emosional, sosial, dan spiritual. Kita harus menjadi mentor yang mendukung, memotivasi, dan memberikan lingkungan yang aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan bahagia sembari tetap mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Mewujudkan Kebahagiaan Anak

Tentu saja, kebahagiaan anak bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, tetapi juga melibatkan peran penting dari keluarga dan masyarakat sekitar. Orang tua perlu menciptakan lingkungan rumah yang harmonis, penuh kasih sayang, dan memberikan dukungan kepada anak-anak mereka. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam menciptakan lingkungan yang ramah anak, aman, dan menjunjung tinggi hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang dengan bahagia.

Dengan kerjasama yang erat antara guru, orang tua, dan masyarakat, kita dapat membangun ekosistem yang kondusif bagi tumbuh kembang anak secara menyeluruh. Anak-anak akan merasakan kebahagiaan masa kini tanpa kehilangan peluang untuk meraih masa depan yang cemerlang sesuai dengan potensi masing-masing. Hanya dengan cara inilah kita bisa mendidik generasi yang bahagia, sehat, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun