Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memaknai Idul Fitri sebagai Hari Berbuka Puasa: Menegakkan Sunnah Rasulullah

10 April 2024   06:22 Diperbarui: 18 April 2024   00:34 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen CNBC Indonesia 

Memahami Idul Fithri sebagai hari berbuka puasa memiliki hikmah yang mendalam. Pertama, ini menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Kedua, ini menjadi simbol kebersamaan umat Muslim dalam merayakan hari raya setelah bersama-sama menjalankan ibadah puasa.

Ketiga, makan bersama pada pagi hari Idul Fithri menjadi bukti bahwa kita telah kembali kepada aktivitas normal setelah sebulan penuh menahan diri dari makan dan minum. Keempat, perayaan Idul Fithri dengan berkumpul bersama keluarga dan saudara memperkuat tali silaturahmi dan persatuan umat Muslim.

Kelima, memaknai Idul Fithri sebagai hari berbuka puasa sejalan dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ini menjadi bukti keimanan kita dalam mengikuti petunjuk beliau dan menjadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Menegakkan Sunnah Rasulullah

Dalam kehidupan seorang Muslim, menegakkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah sebuah keharusan. Beliau adalah contoh teladan terbaik yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk diikuti. Dalam konteks Idul Fithri, memaknainya sebagai hari berbuka puasa adalah wujud ketaatan kepada sunnah beliau.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sendiri memberikan contoh dengan menyunatkan untuk makan terlebih dahulu pada pagi hari Idul Fithri sebelum pergi ke tanah lapang untuk menunaikan shalat 'Ied. Beliau melakukan hal ini agar umat mengetahui bahwa Ramadan telah selesai dan hari itu adalah hari berbuka bersama-sama.

Selain itu, memaknai Idul Fithri sebagai hari berbuka puasa juga sejalan dengan ajaran Islam untuk menjauhi bid'ah dan khurafat. Penafsiran "kembali kepada fitrah" tidak memiliki landasan yang kuat dalam Al-Quran dan Sunnah, sehingga dapat dikategorikan sebagai bid'ah yang harus dijauhi.

Kesimpulan

Berdasarkan dalil-dalil yang sahih dan pemahaman para ulama, Idul Fithri seharusnya dipahami sebagai hari berbuka puasa secara bersama-sama setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Pemaknaan ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak bertentangan dengan sunnah beliau.

Meskipun demikian, kita tetap menghargai perbedaan pendapat dalam memaknai Idul Fithri, asalkan tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang sahih. Yang terpenting adalah kita dapat merayakan Idul Fithri dengan penuh kegembiraan dan keberkahan, serta senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sebagai penutup, marilah kita menjadikan Idul Fithri sebagai momentum untuk menegakkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan menjadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa memberikan petunjuk kepada kita untuk selalu berada di jalan yang lurus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun