Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bingkisan Lebaran: Mempererat Tali Silaturahmi yang Terjalin

2 April 2024   00:01 Diperbarui: 2 April 2024   00:04 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen Hari Raya Idul Fitri selalu dinantikan oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia. Setelah melewati sebulan penuh puasa dan ibadah di Bulan Ramadhan, Lebaran menjadi puncak kegembiraan yang membahagiakan. Berbagai tradisi dan budaya mewarnai perayaan Idul Fitri, salah satunya adalah tradisi memberi dan menerima bingkisan Lebaran.

Bingkisan Lebaran, atau yang lebih dikenal dengan sebutan "parcel Lebaran", menjadi simbol kedekatan dan tali persaudaraan yang tak lekang oleh waktu. Tradisi ini telah mendarah daging dalam budaya masyarakat Indonesia dan telah menjadi bagian dari identitas kebangsaan kita.

Filosofi di Balik Bingkisan Lebaran

Memberi bingkisan Lebaran bukan sekadar soal materi atau hadiah semata. Lebih dari itu, tradisi ini mengandung nilai-nilai luhur yang patut diteladani. Pertama, bingkisan Lebaran merefleksikan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan memberi sebagian rezeki kita kepada sesama, kita menunjukkan rasa terima kasih atas karunia yang telah kita terima.

Kedua, bingkisan Lebaran menjadi simbol silaturahmi dan persaudaraan. Dengan memberikan bingkisan kepada sanak saudara, teman, atau tetangga, kita memperkuat ikatan persaudaraan dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, tradisi ini menjadi perekat kerukunan dan persatuan di tengah keberagaman.


Ketiga, bingkisan Lebaran merupakan bentuk sedekah dan berbagi kepada sesama. Bagi mereka yang berkecukupan, memberi bingkisan kepada yang kurang mampu menjadi bentuk kepedulian dan rasa syukur atas nikmat yang telah diterima. Ini sejalan dengan semangat Idul Fitri yang mengajarkan kesadaran sosial dan peduli kepada sesama.

Evolusi Bingkisan Lebaran

Sepanjang sejarah, bingkisan Lebaran telah mengalami evolusi seiring dengan perkembangan zaman. Pada masa lalu, bingkisan Lebaran seringkali berupa makanan pokok seperti beras, gula, atau hasil bumi lainnya. Hal ini mencerminkan kehidupan masyarakat agraris yang masih sederhana pada waktu itu.

Seiring dengan perkembangan ekonomi dan industri, bingkisan Lebaran pun berubah wujud. Kue-kue kering, biskuit, dan aneka makanan ringan khas Lebaran menjadi pilihan favorit untuk dibagikan. Bahkan, kini tidak jarang kita menjumpai bingkisan Lebaran yang berisi barang-barang elektronik, pakaian, atau hadiah lainnya.

Meski demikian, esensi dari tradisi ini tetap sama: menjaga silaturahmi dan berbagi kebahagiaan dengan sesama. Bingkisan Lebaran menjadi simbol persatuan dan kebersamaan di tengah keberagaman budaya dan tradisi di Indonesia.

Keseruan Mencari Bingkisan Lebaran

Menjelang Lebaran, suasana di pusat perbelanjaan, pasar tradisional, atau toko-toko selalu ramai dan penuh hiruk pikuk. Banyak orang sibuk berbelanja untuk mencari bingkisan Lebaran yang tepat untuk dibagikan kepada keluarga, teman, atau rekan kerja.

Keseruan mencari bingkisan Lebaran menjadi pengalaman tersendiri bagi banyak orang. Ada yang mencari bingkisan dengan cita rasa khas daerah asalnya, sementara yang lain mencari bingkisan dengan kemasan yang menarik dan unik. Tidak jarang pula ada yang memilih bingkisan dengan merek terkenal atau harga yang cukup mahal sebagai simbol status sosial.

Namun, di balik keseruan ini, kita juga harus bijak dalam memilih bingkisan Lebaran. Hindari bingkisan yang mengandung bahan-bahan berbahaya atau tidak sesuai dengan prinsip halal. Selain itu, jangan lupa untuk mempertimbangkan aspek keberlanjutan dengan memilih bingkisan yang ramah lingkungan dan tidak menyebabkan sampah berlebihan.

Bingkisan Lebaran dan Masa Depan

Meski tradisi bingkisan Lebaran telah berusia ratusan tahun, tradisi ini tidak akan pernah kehilangan relevansinya di masa depan. Justru, dengan semakin modernnya kehidupan manusia, tradisi seperti ini akan semakin bernilai sebagai perekat sosial dan pengikat tali persaudaraan.

Di era digital dan serba teknologi seperti sekarang, bingkisan Lebaran menjadi simbol dari kehangatan dan keakraban yang mulai hilang dalam interaksi manusia sehari-hari. Dengan memberi dan menerima bingkisan Lebaran, kita mengingatkan diri kita sendiri akan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama.

Ke depannya, tradisi bingkisan Lebaran mungkin akan terus berkembang mengikuti zaman. Bingkisan digital, seperti kupon belanja online atau voucher layanan, mungkin akan menjadi tren baru. Namun, apapun bentuknya, esensi tradisi ini akan selalu sama: menjaga silaturahmi, berbagi kebahagiaan, dan memperkuat persatuan di tengah keberagaman.

Oleh karena itu, marilah kita terus melestarikan tradisi bingkisan Lebaran ini. Dengan begitu, kita tidak hanya menjaga warisan budaya yang adiluhung, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan sebagai bangsa Indonesia yang rukun dan damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun