Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menggapai Ampunan Seluas Angkasa Raya

24 Maret 2024   09:01 Diperbarui: 24 Maret 2024   09:50 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Masagipedia

Dari Anas bin Malik  beliau berkata, Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, "Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, 'Wahai anak Adam, Sungguh kamu selama berdoa kapadaku dan mengharapkan-Ku, niscaya Aku ampuni semua dosa yang ada padamu. Aku tidak peduli. Wahai Ibnu Adam seandainya dosa-dosamu sampai setinggi awan di langit kemudian kamu memohon ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam seandainya kamu menjumpai-Ku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan kemudian menjumpai-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku sedikitpun tentulah Aku akan memberikan sepenuh bumi pengampunan."

Semua manusia pernah berbuat dosa, tak terkecuali. Namun, Alquran dan hadis Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam mengajarkan bahwa pintu taubat senantiasa terbuka selama kita masih bernafas. Salah satu hadis qudsi yang menyiratkan keluasan ampunan Allah adalah riwayat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu di atas. 

Dalam hadis ini, Allah Yang Maha Pengampun menyampaikan janji-Nya kepada seluruh umat manusia. Janji bahwa selama manusia berdoa dan mengharap ampunan-Nya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka, tanpa peduli sebesar apa dosa itu. Ini merupakan kabar gembira sekaligus motivasi besar bagi setiap orang yang ingin kembali ke jalan yang lurus, sebagaimana firman Allah:

"Barangsiapa mengerjakan kejahatan atau menganiaya diri sendiri, kemudian memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nisaa' [4]: 110)

Betapa mulianya Allah yang tidak membatasi pengampunan-Nya. Dalam hadis tersebut, Allah membuat perumpamaan dosa manusia sebesar awan di langit atau sebanyak bumi ini. Meski demikian, Allah tetap berjanji akan mengampuni selama yang bersangkutan memohon ampun dan bertaubat dengan sungguh-sungguh. Syarat lainnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan apapun, sesuai firman-Nya:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan-Nya), tetapi Dia mengampuni dosa-dosa lain bagi siapa yang Dia kehendaki." (QS. An-Nisaa' [4]: 116)

Perumpamaan besarnya dosa seperti awan di langit atau sepenuh bumi ini menunjukkan ketidakbatasan ampunan Allah. Tak peduli seberapa banyak dosa yang dilakukan, rahmat Allah jauh lebih luas meliputinya selama kita bertaubat dengan tulus. Allah Maha Pengampun terhadap setiap hamba-Nya yang kembali kepada-Nya setelah terjerumus dalam kehinaan dosa, sebagaimana firman-Nya:

  

"Katakanlah, 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.'" (QS. Az-Zumar [39]: 53)

Tentu saja, taubat ini harus dibarengi dengan kesungguhan hati dan kemauan kuat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sebab, meski Allah Maha Pengampun, tentu yang dimaksud adalah dosa-dosa yang dilakukan di masa lalu. Adapun dosa-dosa baru yang disengaja, tentulah kita tidak bisa berharap mendapat ampunan jika niat mengulanginya masih ada. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu'alaihi wasallam:

"Orang yang selalu istighfar dari dosanya bukanlah orang yang melakukan dosa kemudian berkata 'Aku beristighfar kepada Allah,' lalu dia mengulanginya lagi." (HR. Ibnu Majah)  

Dengan demikian, hadis qudsi di atas bukan sekedar kabar gembira bagi mereka yang tengah tenggelam dalam lautan dosa. Tetapi sekaligus adalah motivasi untuk bertaubat dan meninggalkan segala perbuatan tercela. Sebab, pada hakikatnya taubat adalah nikmat itu sendiri bagi seorang hamba untuk bisa melepaskan beban dosa dan kembali ke jalan yang diridhai Allah.    

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yang lain, taubat adalah jalan satu-satunya bagi pelaku dosa untuk kembali dalam keadaan fitrah. Tanpa taubat, betapa sulitnya seorang hamba untuk mencapai ketenangan batin dalam hidupnya. Dosa-dosa yang dipertahankan akan senantiasa membebani jiwa sehingga seseorang tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan yang sesungguhnya. Nabi bersabda:

"Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kamu yakin (akan dikabulkan), dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan lupa." (HR. Tirmidzi)  

Oleh karena itu, bukankah ini kesempatan besar bagi kita semua yang senantiasa terjebak dalam lingkaran dosa? Bersegeralah bertaubat dengan sungguh-sungguh, sebelum terlambat dan nyawa dicabut. Saat ajal tiba, pintu taubat pun tertutup rapat. Allah akan memaafkan segala sesat dan khilaf kita selama kita masih hidup. Hanya saja, syaratnya jangan pernah putus asa dari rahmat-Nya dan tanamkan keyakinan untuk tidak mengulangi perbuatan buruk serupa.  

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam memberi teladan indah dalam hal bertaubat. Meski beliau seorang nabi dan rasul yang terjaga dari dosa besar, namun setiap harinya beliau senantiasa memohon ampunan kepada Allah tidak kurang dari 70 kali, sebagaimana sabdanya:

"Sungguh aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (HR. Bukhari)    

Beliau mengajarkan bahwa taubat adalah amalan yang harus senantiasa dipraktikkan, bukan hanya ketika berbuat dosa besar. Dari sini, kita melihat betapa beliau sangat menghargai nikmat berupa ampunan Ilahi yang insya Allah selalu terbuka untuk kita semua.  

Dengan menyadari  keluasan rahmat Allah dan senantiasa memperbanyak taubat, inilah sesungguhnya yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan sejati. Bukan hanya kebahagiaan di dunia dengan hati yang tenteram, tetapi juga kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak di sisi Allah Yang Maha Pengampun. Semoga kita senantiasa dalam lindungan dan rahmat-Nya, amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun