Di bulan Ramadan ini, kita juga diingatkan untuk lebih bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini, seperti yang diajarkan oleh falsafah sawang sinawang. Rasa syukur adalah salah satu kunci menuju kebahagiaan yang sejati, karena ia membantu kita untuk menghargai setiap anugerah yang diberikan oleh Allah, betapapun kecilnya. Ketika kita bersyukur, kita akan lebih mampu menikmati hidup dan merasakan kepuasan yang sebenarnya, alih-alih terus-menerus merasa kurang dan iri dengan kehidupan orang lain.
Dalam konteks masyarakat modern yang serba kompleks, ajaran sawang sinawang menawarkan perspektif yang sangat berharga, terutama di bulan Ramadan ini. Di tengah kebisingan dan godaan untuk terus membanding-bandingkan diri dengan orang lain, falsafah ini mengingatkan kita untuk tetap rendah hati, bersyukur, dan fokus pada pengembangan diri sendiri.Â
Dengan memaknai kembali ajaran luhur ini, kita akan mampu menavigasi kehidupan modern dengan lebih bijak, mencapai kebahagiaan yang sejati, dan menginspirasi orang-orang di sekitar kita untuk melakukan hal yang sama.
Pada akhirnya, sawang sinawang tidak hanya sekadar pepatah lama, melainkan sebuah prinsip hidup yang sangat relevan dan berharga di era modern ini, termasuk di bulan suci Ramadan. Dengan mengembangkan kemampuan untuk melihat diri sendiri secara jujur dan terbuka, kita akan lebih mampu menghargai setiap tahapan perjalanan hidup kita, sekaligus menemukan kekuatan untuk terus tumbuh dan berkembang sebagai hamba Allah yang taat dan bersyukur. Inilah hakikat sejati dari falsafah sawang sinawang yang patut kita renungkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di bulan penuh berkah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H