Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurus Sakti Guru: Dilema Motivasi Belajar dan Konsekuensi

29 Februari 2024   00:01 Diperbarui: 29 Februari 2024   00:07 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi via image creator Canva 

"Motivasi bagaikan api yang membakar semangat belajar. Guru, bagaikan pemantik yang menyalakan api itu."

Sebagai seorang guru, menemui sekelompok siswa dengan motivasi belajar rendah bagaikan menemukan jalan buntu. Berbagai upaya telah dicoba, namun bagaikan menegakkan benang basah. Di akhir semester, kenyataan pahit menanti: nilai yang tak kunjung terkumpul, dan bayang-bayang siswa tak naik kelas. Dilema pun muncul: antara idealisme pendidikan dan tanggung jawab untuk mengantarkan siswa ke jenjang berikutnya.

Motivasi Belajar: Kunci Utama Pendidikan

Motivasi belajar merupakan kunci utama dalam pendidikan. Tanpa motivasi, siswa bagaikan perahu tanpa nahkoda, terombang-ambing tanpa tujuan. Rendahnya motivasi belajar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

# Faktor internal: Kurangnya minat pada materi pelajaran, rasa bosan, dan rendahnya kepercayaan diri.

# Faktor eksternal: Pengaruh lingkungan keluarga dan teman sebaya, metode pembelajaran yang tidak menarik, dan kurangnya dukungan dari guru.

Guru telah berusaha keras untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Berbagai metode pembelajaran inovatif telah dicoba, namun tak kunjung menunjukkan hasil yang signifikan. Rasa frustrasi pun tak terhindarkan.

Dilema Guru: Idealitas vs Pragmatisme

Dihadapkan pada kenyataan pahit di akhir semester, guru dihadapkan pada dua pilihan:

# Membiarkan siswa tak naik kelas: Sebuah pilihan yang idealis, namun berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi siswa, seperti frustrasi, putus sekolah, dan trauma.

# Memberikan kesempatan kedua: Sebuah pilihan pragmatis, namun berpotensi mencederai nilai-nilai pendidikan dan menurunkan standar kelulusan.

Jurus Sakti Tes dengan Konsekuensi

Di sinilah "jurus sakti" tes dengan konsekuensi menjadi solusi alternatif. Tes ini dirancang dengan beberapa pertimbangan:

# Materi tes: Berfokus pada materi esensial yang wajib dikuasai siswa untuk naik kelas.

# Tingkat kesulitan: Disesuaikan dengan kemampuan rata-rata siswa, sehingga tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah.

# Konsekuensi: Dirancang agar cukup signifikan untuk memotivasi siswa belajar, namun tidak bersifat menghukum atau menyiksa.

Dokumen pribadi via image creator Canva 
Dokumen pribadi via image creator Canva 

Dilema Moral dan Etika

Meskipun "jurus sakti" ini memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan membantu mereka mencapai target kelulusan, beberapa dilema moral dan etika perlu dipertimbangkan:

# Tekanan pada siswa: Tes dengan konsekuensi dapat menimbulkan tekanan dan kecemasan pada siswa, yang berpotensi memicu stres dan mengganggu proses belajar.

# Keadilan dan kesetaraan: Penerapan tes ini dapat dianggap kurang adil bagi siswa yang memiliki kesulitan belajar atau hambatan lain.

# Peran guru: Guru harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam pola "memaksa" siswa untuk belajar, dan tetap mengedepankan peran mereka sebagai fasilitator dan motivator.

Solusi yang Tepat

"Jurus sakti" tes dengan konsekuensi merupakan solusi alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam situasi tertentu. Meskipun memiliki potensi untuk mencapai hasil yang positif, perlu diingat bahwa dilema moral dan etika juga perlu menjadi pertimbangan utama. Guru perlu mengevaluasi situasi dengan seksama dan memilih solusi yang paling tepat untuk setiap siswa.

Lebih Dalam: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Selain faktor internal dan eksternal yang disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa faktor lain yang dapat memengaruhi motivasi belajar siswa, seperti:

# Keterlibatan orang tua: Dukungan dan keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

# Lingkungan belajar: Lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

# Metode pembelajaran: Guru perlu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar dan minat siswa.

# Penghargaan dan pengakuan: Memberikan penghargaan dan pengakuan atas prestasi siswa dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.

Kesimpulan

Meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan tanggung jawab bersama antara guru, orang tua, dan siswa itu sendiri. Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar dan menerapkan solusi yang tepat, diharapkan siswa dapat mencapai potensi terbaik mereka dalam belajar.

Catatan:

Artikel ini tidak bermaksud untuk menghakimi atau menyarankan solusi universal. Setiap guru memiliki situasi dan kondisi yang berbeda, dan perlu memilih solusi yang paling tepat untuk situasi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun