Ilmu bersifat analitis dan kritis. Teori ilmiah harus selalu siap diuji kebenarannya. Itulah yang membedakan ilmu dengan dogma atau kepercayaan semata. Karena sifatnya yang terbuka dan objektif inilah, ilmu menjadi mesin penggerak kemajuan peradaban manusia.
Pengetahuan: Petunjuk Praktis untuk Hidup
Jika ilmu berkutat pada ranah pengetahuan teoretis, pengetahuan lebih ke arah pemahaman praktis. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan pembelajaran sehari-hari.Â
Pengetahuan mencakup aturan pragmatis, petunjuk, dan rambu-rambu untuk melakukan sesuatu. Misalnya, pengetahuan tentang cara menanam padi, merawat hewan ternak, membangun rumah, mengelola keuangan, hingga tata krama pergaulan.
Berbeda dengan ilmu yang bersifat analitis, pengetahuan lebih bersifat aplikatif. Pengetahuan dibutuhkan untuk menjalani kehidupan, menyelesaikan masalah, dan mencapai tujuan praktis. Pengetahuan juga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
Namun, pengetahuan bisa benar atau salah. Validitas pengetahuan bersifat relatif, tergantung dari konteks ruang dan waktu serta pengalaman subjektif si pemilik pengetahuan. Misalnya, pengetahuan cara bercocok tanam di lahan kering bisa berbeda dengan di sawah.
Meski demikian, pengetahuan tetap penting karena memberi petunjuk bagi kehidupan sehari-hari. Pengetahuan juga dapat disempurnakan dengan menggabungkan pengalaman baru dari waktu ke waktu.
Dua Kepak Sayap Ilmu dan PengetahuanÂ
Ilmu dan pengetahuan bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya memiliki fungsi yang saling melengkapi dalam kemajuan peradaban.Â
Ilmu menghasilkan prinsip dasar, teori, dan penemuan-penemuan penting yang melandasi teknologi modern. Sebaliknya, pengetahuan menerapkan ilmu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.Â
Bayangkan jika hanya ada ilmu tanpa pengetahuan. Kita akan memiliki teori canggih tanpa bisa memanfaatkannya. Sebaliknya, tanpa ilmu, pengetahuan kita akan stagnan karena tak ada inovasi.