Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Daun Kelapa Berkibar, Semangat Demokrasi Berkobar

14 Februari 2024   00:01 Diperbarui: 14 Februari 2024   00:04 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dokumen Elvita (petugas KPPS)

Menyemarakkan Pesta Demokrasi dengan Hiasan Pernikahan Tradisional 

Rabu 14 Februari 2024, Indonesia kembali menggelar pesta demokrasi. Pesta lima tahunan untuk memilih pemimpin baik di tingkat pusat maupun daerah. Di Belitung Timur, mayoritas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) sengaja menghiasi TPS mereka dengan daun kelapa, layaknya hiasan dalam pesta pernikahan tradisional jaman dulu.

Sekeliling pagar TPS dipasangi daun kelapa berwarna hijau yang diikat agar menempel pada kayu. Tak hanya itu, daun-daun kelapa itu juga digunakan sebagai pembatas atau pagar TPS. Biasanya hiasan ini hanya dipakai untuk pesta pernikahan tradisional masyarakat Belitung jaman dulu. 

Menurut Elvita salah satu petugas KPPS di Damar, hiasan daun kelapa ini dimaksudkan untuk ikut memeriahkan suasana pesta demokrasi. Menurutnya, pemilu juga termasuk pesta, yaitu pesta demokrasi. Dengan dipasangnya hiasan seperti pada pesta pernikahan tradisional, diharapkan semakin banyak warga yang datang ke TPS untuk menggunakan hak suaranya.

"Kami sengaja menghias TPS seperti pesta pernikahan jaman dulu agar terlihat lebih meriah dan menarik. Kami ingin warga yang datang ke TPS merasa seperti menghadiri sebuah pesta, bukan sekadar untuk memilih saja. Dengan begitu, semangat masyarakat untuk datang ke TPS dan menggunakan hak pilihnya juga semakin tinggi," ujarnya.

Gagasan untuk menghias TPS dengan gaya tradisional ini muncul dari inisiatif para petugas KPPS di tingkat desa. Mereka ingin menciptakan suasana pesta di TPS agar warga merasa nyaman dan betah berlama-lama di TPS setelah memberikan suaranya. Selama ini banyak warga yang langsung pulang setelah selesai memilih, padahal seharusnya mereka bisa menikmati suasana demokrasi lebih lama lagi di TPS.

"Kalau suasananya ramai dan meriah, warga juga jadi betah untuk menunggu hasil perhitungan suara di TPS. Ini yang kami harapkan, agar warga ikut mengawasi proses penghitungan suara. Dengan begitu, pesta demokrasi kita jadi lebih transparan dan akuntabel," papar Elvita .

Di sisi lain, hiasan TPS ala pesta pernikahan tradisional ini juga dimaksudkan sebagai upaya melestarikan budaya lokal Belitung. Daun kelapa yang disusun apik merupakan ciri khas dari pesta pernikahan tradisional masyarakat Pulau Belitung sejak dulu. Dengan memasangnya di TPS, nilai-nilai tradisi ini diharapkan semakin dilestarikan.

"Kami ingin generasi muda juga tahu, dulu orangtua mereka kalau mau menikah pasti pakai hiasan daun kelapa begini. Jadi ini sekaligus untuk pelestarian budaya kita sendiri," imbuhnya.

Gagasan kreatif KPPS ini menuai respons positif dari sejumlah masyarakat yang datang ke TPS. Mereka menilai dengan hiasan ala pesta pernikahan tersebut, suasana pemilu jadi lebih meriah dan menyenangkan. Warga pun betah berlama-lama di TPS untuk menunggu hasil penghitungan suara.

"Saya suka dekorasinya yang unik dan khas Belitung ini. Jadi tambah semangat datang ke sini untuk nyoblos. Apalagi suasananya ramai, jadi enak nongkrong nungguin hasil penghitungan suaranya," ujar Dewi warga Manggar.

Namun di sisi lain, ada pula sejumlah pihak yang menilai gagasan hiasan TPS ala pesta pernikahan ini kurang tepat. Menurut mereka, pesta demokrasi seharusnya dijalankan secara sederhana, tanpa berlebihan menghias TPS. Yang terpenting adalah pelaksanaan pemilu yang jujur, adil dan akuntabel.

Sumber foto: dokumen Elvita (petugas KPPS)
Sumber foto: dokumen Elvita (petugas KPPS)

"Menurut saya sih gak perlu seperti itu, terlalu berlebihan. Lebih baik dana hiasan-hiasan itu digunakan untuk pencegahan politik uang atau sosialisasi pemilu yang lebih masif ke warga. Itu jauh lebih penting ketimbang menghias TPS," ujar aktivis pemilu lokal. 

Meski demikian, upaya kreatif KPPS dalam mendekorasi TPS patut diapresiasi. Ini menunjukkan antusiasme mereka dalam mensukseskan pesta demokrasi, meskipun dengan cara yang sederhana. Semangat inilah yang sebaiknya terus dipupuk, agar pesta lima tahunan ini semakin dirasakan sebagai milik bersama seluruh rakyat Indonesia.  

Dengan berbagai cara, mari kita dukung terselenggaranya pemilu yang jujur dan adil. Mulai dari hal kecil seperti ikut menghias TPS, hingga partisipasi penuh dengan datang ke bilik suara. Selamat menikmati pesta demokrasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun