Gagasan kreatif KPPS ini menuai respons positif dari sejumlah masyarakat yang datang ke TPS. Mereka menilai dengan hiasan ala pesta pernikahan tersebut, suasana pemilu jadi lebih meriah dan menyenangkan. Warga pun betah berlama-lama di TPS untuk menunggu hasil penghitungan suara.
"Saya suka dekorasinya yang unik dan khas Belitung ini. Jadi tambah semangat datang ke sini untuk nyoblos. Apalagi suasananya ramai, jadi enak nongkrong nungguin hasil penghitungan suaranya," ujar Dewi warga Manggar.
Namun di sisi lain, ada pula sejumlah pihak yang menilai gagasan hiasan TPS ala pesta pernikahan ini kurang tepat. Menurut mereka, pesta demokrasi seharusnya dijalankan secara sederhana, tanpa berlebihan menghias TPS. Yang terpenting adalah pelaksanaan pemilu yang jujur, adil dan akuntabel.
"Menurut saya sih gak perlu seperti itu, terlalu berlebihan. Lebih baik dana hiasan-hiasan itu digunakan untuk pencegahan politik uang atau sosialisasi pemilu yang lebih masif ke warga. Itu jauh lebih penting ketimbang menghias TPS," ujar aktivis pemilu lokal.Â
Meski demikian, upaya kreatif KPPS dalam mendekorasi TPS patut diapresiasi. Ini menunjukkan antusiasme mereka dalam mensukseskan pesta demokrasi, meskipun dengan cara yang sederhana. Semangat inilah yang sebaiknya terus dipupuk, agar pesta lima tahunan ini semakin dirasakan sebagai milik bersama seluruh rakyat Indonesia. Â
Dengan berbagai cara, mari kita dukung terselenggaranya pemilu yang jujur dan adil. Mulai dari hal kecil seperti ikut menghias TPS, hingga partisipasi penuh dengan datang ke bilik suara. Selamat menikmati pesta demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H