Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Masa Tenang yang Tak Tenang: Sebuah Realitas Demokrasi Indonesia

13 Februari 2024   00:01 Diperbarui: 13 Februari 2024   00:03 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media massa harus menghindari publikasi yang dapat memicu ketegangan dan perpecahan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengedepankan jurnalisme yang bertanggung jawab dan dengan menghindari sensasi dan provokasi.

5. Pemerintah

# Memperkuat regulasi

Pemerintah dapat memperkuat regulasi terkait pelanggaran pemilu dan memastikan penegakan hukum yang tegas. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan sanksi bagi pelanggar, serta dengan memberikan pelatihan kepada aparat penegak hukum tentang penanganan pelanggaran pemilu.

# Mempromosikan pendidikan politik 

Pemerintah dapat mempromosikan pendidikan politik bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemilu yang bersih dan damai. Hal ini dapat dilakukan melalui program edukasi di sekolah, universitas, dan komunitas.

Pentingnya Masa Tenang yang Tenang

Masa tenang yang tenang bukan hanya ilusi, tetapi sebuah cita-cita yang dapat diraih dengan kerja sama dan komitmen dari semua pihak. Dengan membangun budaya politik yang sehat, memperkuat regulasi, dan meningkatkan partisipasi masyarakat, kita dapat mewujudkan demokrasi Indonesia yang lebih berkualitas.

Kesimpulan

Masa tenang yang gelisah merupakan realitas demokrasi Indonesia yang harus segera dibenahi. Upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk penyelenggara pemilu, kontestan, masyarakat, dan media massa, sangatlah penting untuk menciptakan masa tenang yang benar-benar tenang dan mewujudkan demokrasi yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun